Maafkan Aku Tak Bisa Janjikan Apa-apa, Selain Rasa Tanggungjawabku Terhadap Keluarga - Jurnal Darul Azis

Maafkan Aku Tak Bisa Janjikan Apa-apa, Selain Rasa Tanggungjawabku Terhadap Keluarga

Maafkan Aku Tak Bisa Janjikan Apa-apa, Selain Rasa Tanggungjawabku Terhadap Keluarga




Barangkali aku memang berbeda, atau bahkan sangat berbeda, dengan kebanyakan laki-laki di luar sana, yang bisa kaupilih atau memilihmu kapan saja. Laki-laki yang telah memiliki banyak modal maateri untuk menikahimu. Laki-laki yang bisa menjanjikan banyak hal padamu, setelah pernikahannya denganmu.

Aku demikian berbeda dengan mereka. Dan aku memilihmu untuk menjadi calon istriku. 

Ya, aku ingin menikahimu, namun beginilah keadaanku. Tak bisa menjanjikan apa-apa. Selain pertaruhan hidup dan matiku untuk keluarga. 

Aku ingin menikahimu, namun beginilah keadaanku. Belum bisa memberikan apa-apa. Aku hanya punya rasa tanggungjawab atas pilihanku : kamu.

Sebab bagiku,  tanggungjawab jauh lebih penting ketimbang janji-janji manis di awal saja. Kau pun pasti tak mau ‘kan menikah hanya karena janji-janji surga? Sedangkan pada akhirnya kita tak pernah tahu ada berapa banyak rintangan dan ujian yang harus kita hadapi bersama. Karena itulah aku tak berani menjanjikan apa-apa. 

Sebab bagiku, rasa tanggungjawablah yang akan tetap mendorongku untuk senantiasa berjuang untukmu; keluarga kecilku. Ia layaknya pelecut, yang akan senantiasa memacuku untuk terus berlari, tanpa harus meninggalkanmu. Ia adalah gairah, yang akan terus memompa semangatku menapaki jalan menuju cita-cita keluarga kita. 

Sebab sepenuhnya kusadari, memintamu dari orangtuamu bukanlah perkara sepele yang tak butuh pertanggungjawaban. Maka jika orangtuamu memercayakanmu kepadaku, maka sudah selayaknya aku menjaga kepercayaan itu. Jika orangtuamu melimpahkan tanggungjawabnya kepadaku, maka sudah selayaknya aku bertanggungjawab atasmu.
Membina rumah tangga bersamamu, bagiku adalah sebuah pertanggungjawaban atas kelelakianku.
Karena itulah, kutanamkan rasa tanggungjawab itu dalam benakku selalu. Sebagai satu-satunya modal untuk menikahimu.

Kau perlu tahu, selama ini sebenarnya aku sudah berusaha untuk punya apa-apa selama dalam masa kesendirianku. Usaha itu sangat keras. Penuh totalitas. Namun apa yang terjadi? Ternyata aku tak bisa jika hanya seorang diri. Aku butuh seorang perempuan! Seorang perempuan hebat di sisiku. Kerja kerasku, tak akan membuahkan hasil tanpa kehadiran tangan lembutmu. Aku percaya itu.

Maka dari itu aku memilihmu. Aku percaya kau bisa  menjadi penata rumah tangga yang baik untuk keluarga kecilku; keluarga kita.

Tapi sekali lagi kuulangi. Untuk saat ini aku tak bisa menjanjikan apa-apa, juga belum bisa memberikan apa-apa untukmu. 

Hanya rasa tanggungjawab itu, ya....tanggungjawab itu yang kupunya. 

2 comments

  1. Kutipannya itu loh "Membina rumah tangga bersamamu, bagiku adalah sebuah pertanggungjawaban atas kelelakianku"

    ReplyDelete