Pengurbanan Ibrahim dan Ismail Ajarkan Nilai Kemerdekaan Sejati - Jurnal Darul Azis

Pengurbanan Ibrahim dan Ismail Ajarkan Nilai Kemerdekaan Sejati

Pengurbanan Ibrahim dan Ismail Ajarkan Nilai Kemerdekaan Sejati



Pengurbanan Ibarahim dan Ismail/Ilustrasi via cakirosman.wordpress.com


Hikmah qurban dalam peristiwa nabi Ibrahim dan Ismail dapat menjadi media pembelajaran bagi kaum yang beriman untuk menguatkan kembali kualitas ketaqwaannya kepada Allah secara berkelanjutan atau terus-menerus.


Karena itu, seorang mukmin seharusnya memiliki grafik ketaqwaan yang semakin tahun semakin meningkat, seiring dengan semakin bertambahnya usia. Bertaqwa kepada allah berarti menerima kebenaran Allah dengan penuh kesadaran dan melaksanakannya dengan penuh totalitas dan keikhlasan yang tinggi (kaffah).


Hal itu disampaikan Dr. Mudzakir, Dosen Fakultas Hukum UII Yogyakarta Senin lalu (12/09) di Yogyakarta. Dalam kesempatan tersebut Mudzakir bertindak sebagai imam sekaligus khotib pelaksanaan shalat Ied di Stadion Mandala Krida.


“Oleh sebab itu, orang yang beriman dan bertaqwa adalah orang yang memiliki kebebasan yang tinggi, karena telah berhasil memasrahkan dirinya hanya kepada Allah semata (Lillahi ta’ala). Hanya bergatung kepada Allah semata (Allahu shommad). Menyerahkan hidup dan matinya hanya kepada Allah semata (Inna sholaati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil ‘alamin).” Ujarnya.



Ia menambahkan, kemerdekaan atau kebebasan bagi orang yang beriman dan bertawa adalah apabila telah berhasil melepaskan dirinya dari ketergantungan keada sesuatu yang dituhankan, kecuali hanya kepada Allah SWT. Sebagaimana kata mendiang Imaduddin, intelektual Islam ITB yang mendefinisikan ‘tuhan’ adalah sesuatu yang kita pentingkan dan membiarkan diri kita dikuasai oleh sesuatu yang kita pentingkan itu, sehingga kita bergantung kepada sesuatu tersebut.


“Lalu, pertanyaan untuk kita adalah, apakah masih ada tuhan lain selain Allah atau masih ada sesuau yang kita pentingkan dan biarkan diri kita dikuasai oleh sesuatu dalam hidup dan kehidupan yang kita pentingkan dan biarkan diri kita dikuasai oleh sesuatu tersebut yang dapat mengalahkan Allah SWT?”



Karena menurutnya, dari peristiwa Ibrahim dan Ismail ini kita dapat memperoleh pembelajaran tentang makna "kemerdekaan yang sejati" dan merasakan "sejatining kamardikan" (Jawa), yaitu terbebas dari segala bentuk ketergantungan kepada Tuhan-tuhan lain yang membelenggu kehidupan manusia, seperti dari menuhankan materi (materialism), obat-obatan terlarang, perjudian, kekuasaan; atau menuhankan Tuhan-tuhan lain yang membuat dirinya semakin jauh dari Allah dan semakin jauh dari "Sirathol mustaqiem" (jalan lurus menuju Allah).


Mudzakir menutup khotbahnya dengan mengajak para jamaah untuk dapat melakukan penghambaan diri hanya kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.


“Orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah-lah yang benar-benar merdeka dan menikmati kemerdekaan yang sebenar-benarnya. Dialah orang yang memperoleh kemerdekaan sejati dan merasakan ‘sejatining kamardikan’." Tandasnya (DA)

Panitia PHBI Mandala Krida saat berfoto bersama dengan khatib/Dok. Azis

Please write your comments