Paket bantuan sembako/monitor.co.id |
Beberapa kali melihat paket bantuan sembako untuk masyarakat terdampak Covid-19, saya menemukan ada yang tidak tepat komposisinya.
Di antara komposisi paket bantuan sembako bagi warga terdampak Covid-19, barang yang paling sering ada selain beras adalah mie instan, roti, sarden. Bahkan, ada yang lebih aneh dan kurang relevan dengan kebutuhan pokok, misalnya saus dan susu.
Terlepas dari "niat baik" pemberi bantuan, namun hal itu kiranya perlulah untuk direnungkan ulang. Bantuan, hendaknya sesuai dengan kebutuhan rill yang dibantu, dalam hal ini warga (rentan) miskin. Untuk mengetahui hal itu, kita harus memahami suasana batin dan cara berpikir masyarakat (rentan) miskin terlebih dahulu, dan percayalah ini bukan sesuatu yang sulit. Saya berikan sedikit gambarannya.
Di tengah situasi sulit seperti sekarang ini, suasana batin masyarakat (rentan) miskin itu sedang tidak baik karena terusik kelangsungan hidupnya, terutama setelah mereka kehilangan (mungkin sebagian besar) pendapatan. Kegelisahan itu terutama perihal terpenuhinya kebutuhan pangan pokok.
Apa itu kebutuhan pangan yang paling pokok? Anggaplah beras, karena itu makanan "pokok" kita selama ini. Oh iya, ini kita tidak berbicara tentang gizi ya, melainkan bicara tentang yang membuat perut kenyang. Oleh karena itu, paket bantuan pokok yang menyertakan beras 5 kg sudah tepat, tapi tidak dengan barang lain seperti mi instan, sarden, ataupun roti.
Kita ambil contoh, misalnya anggaran per paket bantuan sembako itu 100 ribu per keluarga. Anggaran segitu, karena dipecah menjadi beberapa barang, jadi terlihat tidak berarti. Terlihat sedikit. Kurang memuaskan yang diberi bantuan. Akan berbeda dengan jika dibelikan beras semua, terasa sekali nilai dan manfaatnya.
Perlu diingat ulang, ketika seseorang memiliki beras yang cukup, ada perasaan tenteram yang akan muncul di dalam benak orang itu. Mereka sudah ayem, karena ditunggoni pangan. Sehingga sehari-hari mereka hanya tinggal memikirkan lawuh, yang tidak terlampau sulit dan berat untuk didapat. Bahkan, mentok-mentoknya pakai jelantah ikan asin pun sudah kenyang dan enak.
Belum lagi jika kita berbicara tentang siapa yang diuntungkan dengan adanya paket bantuan sembako. Kalau yang diberikan berupa mi instan, roti, saus, dan susu misalnya, dan belinya pun di minimarket atau bahkan supermarket, yang untung ya perusahaan-perusahaan besar itu. Uang tidak berputar ke masyarakat, melainkan hanya pada pengusaha besar.
Akan berbeda jika yang diberikan adalah full beras, maka yang untung adalah petani, atau setidaknya koperasi petani.
Ini perlu dipikirkan ulang.