Bumi Itu Memang Datar - Jurnal Darul Azis

Bumi Itu Memang Datar

Bumi Itu Memang Datar

Bumi Itu Memang Datar/ Via youtube.com


Ketika saya ngobrol dengan bapak tentang arah-arah suatu wilayah dan didapatinya saya tidak begitu nyambung, biasanya bapak akan langsung nyeletuk “Geografimu itu loh, jelek betul!”. Lalu setelah itu, biasanya bapak akan membanggakan dirinya yang memang pandai membaca peta. Bahkan untuk wilayah yang belum disambanginya pun, akan dengan fasih ia gambarkan hanya karena sudah melihat petanya. Asalkan sudah paham arah-arahnya.

Bapak memang benar, saya kurang begitu cakap dalam membaca peta dan memvisualisasikannya. Terhadap tempat-tempat baru, saya juga butuh waktu yang relatif lama dan pengalaman berulang untuk kemudian dapat menghapalnya. Salah satu contohnya adalah ketika saya melewati area kraton; alun-alun utara, alun-alun selatan, dan pasar ngasem, dapat dipastikan saya akan kesasar. Sampai sekarang, sejak lima tahun yang lalu berada di Jogja.


Nah, sebagai orang yang nilai pelajaran geografinya jelek, maka saya akan percaya begitu saja kalau ada yang bilang bumi itu datar, sebagaimana yang belakangan ini ramai diperbincangkan oleh umat media sosial. Tapi kepercayaan saya itu, bukan karena teori yang mereka utarakan, melainkan karena teori saya sendiri. Eh bukan, maksud saya, karena pemahaman saya sendiri—sebagai orang yang nilai pelajaran geografinya jelek.


Tiga alasan berikutlah yang mendasari kepercayaan saya bahwa bumi itu datar.

1.    Coba bayangkan saat ini Anda berdiri di tanah yang sangat lapang dan lihatlah sekeliling tempat Anda berdiri. Sejauh mata memandang, bagaimana bentuk bumi yang Anda pijaki saat ini ? Datar bukan? Ya, demikianlah bumi kita, terlihat datar. Sama sekali tidak terlihat bulat. Saya yakin demikian pula jika kita berada di bulan yang kelihatan bulat itu, pasti akan kelihatan datar juga. Ini artinya, bulat datarnya bumi itu tergantung dari daya lihat kita. Kalau kita melihatnya dari bumi itu sendiri, ya jelas datar. Sedangkan kalau kita melihatnya dari luar bumi ya akan terlihatlah bentuk aslinya yang entah gimana (kalau Anda benar-benar ingin membuktikannya, membuktikannya sendiri adalah solusinya. Karena kalau cuma lewat teori, itu tetap akan terus ada yang membantah).

Begitu juga dengan hukum gravitasi (nah ‘kan jadi melebar ke mana-mana!). Bagi orang yang belum pernah jatuh dari pohon, ia boleh jadi tidak percaya bahwa gaya gravitasi itu tidak ada. Bahkan kalau pun ia jatuh dari pohon dan kebetulan nyangkut di mana gitu, ia bisa saja tidak akan percaya kalau gaya gravitasi itu ada.

Berbeda dengan orang yang pernah jatuh dari pohon, ia pasti akan langsung percaya bahwa berdoa sebelum memanjat pohon dan senantiasa berhati-hati ketika berada di atas itu penting. 

Boro-boro mau mikirin gravitasi, nahan sakit aja kayak udah mau mati.

2.    Coba bayangkan saat ini Anda sedang jalan-jalan dan menemukan ada mobil pick-up yang sedang mangkal di pinggir jalan. Di sana terdapat dua orang, yang satunya menggoreng tahu dan satunya lagi melayani pembeli yang dengan begitu sabarnya mengantri. Mendekatlah dan turut mendekatlah.

Dan lihat tahu-tahu itu! 

Bagaimana bentuknya? Bulat bukan?

Sekarang keluarkan uang Anda dan jika giliran Anda sudah tiba, berikan uang Anda pada si penjual tahu, jangan lupa bilang ke do’i pesen yang pedes-asin. 

Sudah di tangan tahunya? 

Coba hirup aromanya. Hmmmmmm.....Ntap! 

Jangan terlalu lama menghirupnya, segera ambil tusukannya dan tancapkan pada salahsatu tahu bulat di kantong plastik yang sedang sedang Anda pegang.

Hap! Nikmat  sekali bukan?

Masihkah Anda berpikir bahwa bumi itu bulat?
Saya yakin tidak. Karena yang lebih Anda pikirkan saat ini adalah mencari tempat pembuangan sampah sebab ternyata tahu-tahu itu langsung ludes dalam waktu sekejap.
Situ doyan apa laper?


3.    Coba bayangkan, saat ini pacar Anda sudah didesak oleh papah-mamahnya untuk segera menikah. Lalu pacar Anda pun mendesak Anda. Dan Anda, sebagai orang yang telah berjanjinya akan menikahinya, belum cukup siap. Pekerjaan tetap belum ada, penghasilan masih dikit, dan alasan apalah-apalah lainnya.


Apa yang kemudian akan Anda lakukan?


Mengeluh? Jelas tidak akan menyelesaikan tantangan. Ini soal harga diri. Soal masa depan. Soal seberapa laki-laki diri Anda. 


Maka saya yakin, yang Anda lakukan kemudian adalah membulatkan tekad untuk berjuang lebih keras lagi demi dapat menikahi pacar Anda itu. Mboh piye carane!

Bukan malah memikirkan ‘apakah bumi itu bulat?’


Rasa-rasanya tidak mungkin lagi pikiran itu hinggap di otak Anda. Karena yang ada di pikiran ada hanya ada hanya ada satu yang bulat di dunia ini, yakni tekad untuk melamar. Titik.


Jadi, sepertinya memang benar. Bumi itu datar, yang bulat itu hanya tahu dan tekad.





Please write your comments