Asal Usul Air Terjun Putri Malu Way Kanan Lampung - Jurnal Darul Azis

Asal Usul Air Terjun Putri Malu Way Kanan Lampung

Asal Usul Air Terjun Putri Malu Way Kanan Lampung


Di balik keindahannya, terdapat kisah penuh cinta dan berakhir pilu
[Foto Yopie Pangkey]

Kisah Putri Wuni dan Raja Juku Batu


Oleh : Darul Azis

Pada zaman dahulu, sebelum para penjajah datang ke wilayah Nusantara, terdapat sebuah wilayah kerajaan di bukit Menanga Siamang. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja nan gagah perkasa bernama Raja Juku. Berada di dataran tinggi, pemandangan di wilayah kerajaan pun menjadi tampak sangat indah.  

Perkebunan dan area persawahan garapan warga tampak menghampar, menyedapkan mata siapa pun yang memandang. Dari menjelang petang hingga sang surya bersinar, kabut menyelimuti wilayah kerajaan tersebut. Menghadirkan suasana yang teramat sejuk di sepanjang hari. Aliran sungai Umpu yang menjadi sumber pengairan penduduk setempat, tampak mengular ke bawah membelah area pertanian. Amboi  sekali.

Istana yang indah/ Ilustrasi via Pinterest
Kabar keelokan pemandangan wilayah kerajaan Menanga Siamang lambat laun tersebar ke wilayah kerajaan lain. Kerajaan tersebut di antaranya adalah kerajaan Sriwijaya, Skala Brak, dan Blambangan Umpu. Ketiganya sering bertandang untuk sekadar memperkuat tali persahabatan antarkerajaan sekaligus menikmati keindahan alam kerajaan Menanga Siamang.

Tak hanya memiliki panorama alam yang permai, selama berpuluh-puluh tahun lamanya hingga tahta kerajaan dipimpin oleh Raja Juku, kehidupan di kerajaan Menanga Siamang sangat tentram dan damai. Penduduknya hidup rukun. Hasil pertanian melimpah sehingga membawa kemakmuran bagi penduduk dan kerajaan. Ditambah lagi sikap bijak dan adil sang raja terhadap rakyatnya, semakin membawa ketenteraman lahir dan batin di kerajaan tersebut.

Putri Raja/Ilustrasi via www.picswalls.com
Raja Juku mempunyai seorang putri yang sangat cantik jelita bernama Putri Wuni. Putri Wuni adalah satu-satunya anak kandung perempuan Raja Juku, sehingga seluruh perhatian dan kasih sayang raja pun tercurah kepadanya. 

Namun meski menjadi anak kesayangan, Putri Wuni tidak lantas berbanyak tingkah. Ia selalu menurut dan berbakti kepada ayahanda, kakanda, ibunda, kakek-nenek, dan paman-bibinya. Kepada semua pelayan kerajaan, sikap Putri Wuni juga tak kalah baiknya. Ia selalu bersikap lembut kepada semua orang tanpa pernah memandang kasta.

Sebagai salah satu bentuk kasih sayangnya, Raja Jukukemudian menghadiahkan sebuah taman yang indah di belakang kerajaan untuk putrinya. Di taman tersebut terdapat sebuah air terjun yang cukup tinggi dan bebatuan yang disusun rapi untuk tempat bermain dan membasuh diri. Airnya yang begitu jernih membuat dasar lubuk terlihat dengan jelas. 

Raja Juku juga menghiasi dasar lubuk dengan berbagai bebatuan indah yang ia datangkan dari berbagai wilayah kerajaan sahabat-sahabatnya. Tak lupa sang raja juga menebar beberapa jenis ikan di dalamnya.

Putri Wuni girang sekali menerima hadiah tersebut. Tempias air yang beterbangan dan terkena sinar matahari menghadirkan cahaya pelangi. Warna-warni bebatuan di dasar lubuk membuatnya warna air tampak berkilauan. Dan ikan-ikan yang berenang ke sana kemari, membuat hatinya semakin bahagia. Setiap hari ia menghabiskan banyak waktunya di taman tersebut bersama pelayan kerajaan.

Namun tak lama berselang Putri Wuni jatuh sakit. Mulanya hanya pusing dan mual biasa, tetapi lama kelamaan ternyata rasa sakit tersebut semakin parah, membuat Putri Wuni tampak sangat tersiksa. Menyaksikan putri kesayangannya jatuh sakit, gundah nian hati sang raja. Sampai beberapa waktu lamanya, tabib kerajaan tak juga mampu menyembuhkannya. 

Sang raja pun kelimpungan, dicarinya ke sana kemari tabib yang dapat menyembuhkan putrinya. Puluhan tabib sudah mencoba menyembuhkan penyakit sang putri, namun tak kunjung sembuh. Justru semakin hari sakit putrinya semakin parah. Hingga akhirnya, tepat pada malam bulan purnama yang indah, Putri Wuni meninggal. Kesedihan yang teramat dalam menimpa keluarga kerajaan, terutama hati sang raja.

Raja Juku akhirnya memutuskan untuk memakamkan putrinya di taman kesayangan Putri Wuni sebagai bentuk persembahan kasih sayangnya yang terakhir. Kini air terjun tersebut dikenal oleh warga Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung dengan sebutan air terjun Putri Malu. Konon setiap malam bulan purnama sang putri akan menampakkan diri, terutama kepada orang yang bersih hatinya dan berbakti kepada orangtua. Sebaliknya, kepada orang yang kotor hatinya, ia tak akan menampakkan diri. 

4 comments

  1. Sumber dari mana min? Ceritanya memang valid atau karangan ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak ada sumber Bung. Karena cerita ini karangan saya semata.😃

      Delete
  2. Trimkash Pak Darul sudah berbagi cerita kepada kami. Izin share ya Pak? Untuk bahan pembelajaran di kelas saya dan untuk sumber tulisan saya. Trimkash.

    ReplyDelete
  3. Mohon izin pak Darul Azis, cerita ini kami gunakan untuk bahan pembelajaran budaya lokal di kabupaten way kanan jenjang SMP dan sumber kami cantumkan..terimakasih sebelumnya...

    ReplyDelete