Kredit Gambar : Dreamstime |
Tak ada larangan bagi siapa pun untuk bertanya, selama dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Yakni dengan memerhatikan etika, waktu, dan tempat. (Salah satu contohnya bisa Anda baca dalam artikel Etika Saat Bertanya di Jalan)
Karena pada dasarnya bertanya adalah kebutuhan setiap orang. Namun sayang, banyak yang belum menyadari hal itu. Padahal banyak keuntungan yang bisa didapatkan oleh mereka yang gemar bertanya. Berikut ini saya rangkumkan 5 keuntungan yang bisa didapat oleh orang yang gemar bertanya.
Tidak Gagal Paham
Jika diminta untuk memilih, Anda akan pilih mana antara gagal fokus, gagal move on, gagal nikah, gagal jadian, atau gagal paham? Kalau saya sendiri, lebih baik gagal fokus ketimbang harus mengalami gagal move on, gagal nikah, gagal jadian ataupun gagal paham. Rasanya sungguh menyakitkan, memilukan, dan memalukan, karena sialnya saya pernah mengalami sebagian di antaranya. Sumpah, saya kapok. #Ehmalahcurcol.
Kalau cuma gagal fokus kan, kita tinggal minum air putih (mitosnya sih gitu). Lha kalau gagal move on, gagal nikah, gagal jadian, dan gagal paham? Mau? Kalau saya sih No! Beneran!
Karena itulah, rajin-rajinlah bertanya. Apa pasal? Sebab bagi orang yang suka melontarkan pertanyaan, kemungkinannya untuk gagal paham sangat kecil. Karena begitu merasa kurang paham, tanpa ragu ia akan langsung melontarkan pertanyaan untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut--sampai ia benar-benar paham dan semuanya menjadi lebih jelas.
Tahu Lebih Dulu, Tahu Lebih Banyak.
Di saat orang lain diam dalam ketidaktahuannya, ia justru aktif bertanya demi mengejar jawaban dan kebenaran. Di sinilah salah satu keistimewaan orang yang gemar bertanya, ia akan tahu lebih dulu dan tahu lebih banyak dibandingkan orang yang malu bertanya. Orang yang suka bertanya berarti memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan untuk memenuhi rasa ingin tahunya itu, ia pun tak akan lelah bertanya : kepada orang-orang di sekelilingnya, kepada buku-buku, kepada Mbah Gugel, Mbah Wiki, dan apapun itu asalkan bisa menjawab rasa ingin tahunya. Itulah sebab kenapa ia tahu lebih dulu dan tahu lebih banyak dari orang lain.
Dikenal
Ini saya alami sendiri ketika masih duduk di bangku sekolah. Mulai dari ibu-ibu kantin, staf kantor, guru, dan teman-teman sekolah banyak yang mengenal saya. Orang yang gemar bertanya menandakan bahwa ia merupakan orang yang terbuka, supel, luwes, dan bisa bergaul dengan banyak orang. Sebagaimana telah saya jelaskan dalam postingan sebelumnya bahwa memang pertanyaan dapat menjadi 'alat' efektif untuk memulai sebuah hubungan (pribadi, sosial, dan karir). Dari sinilah mulanya mengapa orang yang gemar bertanya akan banyak dikenal orang. Karena pertanyaan adalah bagian penting dari sebuah obrolan.
(Baca : Bertanya, Latihan Awal untuk Bersikap Jujur dan Apa Adanya )
Masih tentang masa-masa sekolah dan berlanjut ke masa kuliah, karena suka bertanya kepada dosen, saya lantas mendapat predikat baru dari mereka, yang penjelasannya dapat Anda baca di poin selanjutnya.
Dianggap Cerdas
Ya.. gara-gara suka bertanya kepada guru dan dosen, saya kemudian malah dikira orang cerdas. Padahal faktanya justru sebaliknya. Saya tidak menganjurkan Anda untuk senang dan bangga ketika dianggap cerdas oleh orang-orang sekeliling Anda. Itu terlalu remeh menurut saya. Lebih dari itu, orang yang dianggap cerdas seyogyanya menjadikan anggapan tersebut sebagai suatu kepercayaan dan amanah yang memiliki beban moral, serta harus dipertanggungjawabkan. Sehingga mau tidak mau, ia akan lebih banyak belajar dari sebelumnya. Ini sama halnya ketika Anda dianggap sebagai orang alim, dianggap mampu, atau dianggap layak untuk menduduki posisi tertentu dalam lingkungan masyarakat atau lingkungan kerja. Kalau sudah begitu, tak pilihan lain bukan selain menjaga kepercayaan yang telah diberikan? Ya... karena sering kali penilaian dari orang lain terhadap kita dapat menjadi pelecut diri untuk berbuat lebih baik lagi.
Menjadi Lebih Kreatif dan Kritis, Walau Kadang Lebih Banyak Konyolnya (3K)
Orang yang kreatif dan kritis sering kali diidentikkan dengan orang cerdas. Kita bisa lihat fenomena belakangan ini, ketika humor semakin mendapat tempat di hati masyarakat (populer), orang yang kreatif, lucu, dan konyol, juga dianggap sebagai orang yang cerdas. Banyak orang yang menganggap bahwa daya kreativitas, daya kritis, dan daya kekonyolan yang dimiliki seseorang itu menandakan tingkat kecerdasan yang dimiliki. Padahal nyatanya tidak seperti itu. Mereka bukan orang cerdas, melainkan orang yang gemar bertanya. Iya, mempertanyakan banyak hal, terutama yang terjadi di sekelilingnya. Mengapa begini? Kok tidak begitu? Apa sebabnya? Dan lain sebagainya.
Jadi... mulai dari sekarang, mumpung masih awal tahun, mari kita biasakan untuk bertanya, sebelum Anda yang ditanya dan tidak tahu.