Sepasang sejoli berseragam sekolah SMP tampak sedang duduk berduaan di taman sekolah. Keduanya terlihat sedang mengobrolkan sesuatu. Lalu beberapa saat kemudian, muncul adegan seolah-olah si tokoh laki-laki akan mencium bibir si tokoh perempuan. Dengan bantuan monolog batin tokoh perempuan dan gestur yang diadegankan, tokoh perempuan tampah sudah bersiap menerima ciuman itu.
Adegan itu benar-benar nyata tayang di stasiun tivi Indonesia. Saya menontonnya ketika kebetulan sedang makan di warung makan padang langganan saya. Acara sinetron besutan salah satu stasiun tivi swasta Indonesia ini tayang pada jam-jam di mana anak-anak kebanyakan sedang menyaksikan; yakni pukul setengah lima sore.
Demikianlah kondisi siaran televisi di Indonesia kini. Semakin lama-lama semakin memprihatinkan saja. Memang tidak semua, namun kebanyakan memang demikian. Sementara pemerintah seakan tiada berdaya menghadapi itu semua. KPI, sebagai lembaga negara independen yang bertugas mengawasi program televisi di Indonesia tidak pernah mampu bertindak tegas. Tengoklah di situs resminya, yang ada hanya peringatan-peringatan semata. Itu pun tidak terbarukan dan jumlahnya jauh lebih sedikit ketimbang pelanggaran yang sebenarnya terjadi. Karena pelanggaran penyiaran ada banyak sekali, kalau kita mau lebih jeli.
Karena itulah, kini saatnya masyarakat yang bergerak dari bawah. Menuntut para 'perampas' frekuensi publik itu agar tak lagi menyiarkan tayangan-tayangan sampah. Bukan cuma sinetron-sinetron kejar tayang, melainkan juga reality show yang sebenarnya tidak nyata, acara gosip berkedok acara musik, acara komedi penuh kekerasan, dan lain sebagainya.
Mari kita berhenti menonton tayangan-tayangan sampah di televisi. Ilustrasi-ilustrasi berikut ini, semoga mampu menyadarkan Anda, Anda, dan Anda untuk lebih selektif memilih tayangan tivi. Atau jika memang tidak ada tayangan yang bagus, segera matikan tivi Anda dan beralihkan ke buku atau berbincang hangat dengan keluarga.
1. Jadilah tuan atas tivi Anda! Jangan biarkan ia menusuk Anda dari belakang ataupun mengendalikan kehidupan Anda.
2. Berhati-hatilah, tivi selalu berusaha agar kita tak pernah memberi kesempatan kita untuk membaca ataupun berpikir untuk diri kita sendiri. Maka dari itu, sekali lagi, jadilah tuan atas TV Anda sendiri.
3. Tivi terus-menerus mencekoki kita dengan berbagai tayangan sampah. Sehingga otak pun menjadi kosong, tergantikan oleh tivi. Duh!
4. Lihat, secara perlahan otak kita tersedot oleh televisi. Ya, karena tivi-tivi di Indonesia jarang yang menayangkan hal-hal edukatif. Melainkan hanya menayangkan hal-hal imajinatif dan di luar nalar.
5. Kepala Anda ibarat kakusnya, lalu si pengisi acara tivi itulah yang mengisi kepala Anda.
6. Semakin lama Anda menghabiskan waktu bersama televisi, maka semakin kosonglah isi otak Anda.
7. Dan mereka terus-menerus mencekoki Anda dengan tayangan-tayangan sampahnya. Tidakkah Anda merasa muak dan ingin muntah?
8. Inilah yang terjadi jika Anda tetap ingin dan mau menonton acara-acara sampah itu.
Sumber semua gambar : The Controversial Files
Setuju.....acara2 di tv bener2 bikin saya ngelys dada....akhirnya....jd jarang (gak pernah) nonton tv termsk berita.
ReplyDelete😁 Makanya sampe ada istilah gini Mbak, "Turn of your tv, turn on your life".
Delete