Bayangan Seorang Perempuan - Jurnal Darul Azis

Bayangan Seorang Perempuan

Bayangan Seorang Perempuan

Bayangan Seorang Perempuan [Ilustrasi via AboveWhispers]


Suara azan Subuh berkumandang lantang memecah keheningan pagi. Aku terjaga dengan tiba-tiba. Terperanjat. Kedua kakiku terasa linu sekali. Badanku seperti baru saja tertimbun reruntuhan batu. Napasku terasa memburu. 

Kurasakan sejenak keterjagaanku. Keringat telah membasahi tubuhku.

Sial! 

Mimpi yang sama hadir kembali dalam tidurku malam ini, seperti malam-malam sebelumnya. Mimpi yang membuatku merasa terlelap tidur adalah sebuah kutukan. Sebuah mimpi yang kini tak lagi menakutkan, karena terlampau seringnya ia datang. Ia tak lebih dari sekadar ucapan para politisi, membosankan. Serta membuat tubuhku benar-benar kelelahan setelahnya.

Radio yang kusetel sejak semalam juga terdengar tengah menyuarakan seruan azan, tapi dengan langgam yang sama sekali berbeda. Ya, langgam Jawa. Dengan kondisi tubuh masih terbaring di atas ranjang, aku mendengar suara azan itu sampai selesai dan kemudian mematikannya.

Perlahan aku bersiap diri untuk bangun. Duduk sejenak. Menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan.  Kulakukan itu sampai tiga kali. Lalu aku bangkit dan berjalan ke dapur, memanaskan air untuk menyeduh kopi.

Cuaca pagi ini terasa begitu dingin. Sembari menunggu air mendidih, aku kembali ke kamarku yang sekaligus juga menjadi ruang kerjaku. Mengambil rokok dan menyulutnya. Aku terduduk lemas di kursi putarku. 

Suasana di rumah ini begitu sunyi, dan menyayat hati.

Kupandangi kamarku lekat-lekat, inci per inci. Hampa. Kamar ini tampak berantakan sekali. Buku-buku tercecer. Botol-botol minuman tergeletak tak beraturan. Kertas-kertas berhamburan di sana-sini. Pakaian menumpuk dan apak. Ini benar-benar buruk. Tapi tak membuatku benar-benar peduli. 

Ada sesuatu hal yang tak kalah berantakan dari kamar ini, yang masih harus aku bereskan. Dan sampai sekarang aku masih belum bisa menemukan dari mana aku akan memulainya. Persoalan ini terlalu rumit. Benang di kepalaku terlalu kusut. Seseorang telah membuat hidupku begitu kacau. Tuhan telah membiarkan diriku menjadi benar-benar terpuruk dalam jurang gelap dan curam.

Bayangan itu. Bayangan itu yang kini menjadi masalah terbesarku hingga kini, pagi ini. Bayangan seorang perempuan.

Di ranjangku, pagi-pagi begini, seharusnya ada sesosok perempuan yang masih tertidur lelap, yang aku bisa lihat tengah memancarkan kecantikannya dengan sangat alami. Kalaulah hari ini dia masih ada di rumah ini, maka kamarku tak akan seberantakan ini. Begitu juga dengan hidupku. Karena aku sendiri pun sebenarnya tidak terlalu suka dengan segala sesuatu yang tak tertata. Begitu pula dirinya.

Maka kemudian pagi-pagi begini, biasanya aku akan memulai aktivitas dari kamar ini. Membereskan kamar, lalu membangunkannya dengan sebuah ciuman. Jika ia yang terjaga lebih dulu, maka itu pulalah yang akan ia lakukan padaku. Membangunkan dengan sebuah ciuman dan terkadang bisikan nakal dan menggoda. 

Bayangan itu. Bayangan itu masih terlihat begitu jelas. Bayangan seorang perempuan.

Bayangan tatkala tangannya begitu piawai menata buku-bukuku dengan susunan yang nyaris sempurna, melebihi seorang pustakawan. 

Ia pula yang rajin mematikan komputerku ketika aku tertidur di kursi hingga pagi. 

Perempuan itu begitu telaten merapikan berkas-berkas proyek penelitian yang sedang kukerjakan. 

Perempuan itu, yang telah menemaniku dua tahun belakangan ini, adalah sosok yang sempurna untuk mengisi kekosongan dalam hidupku. 

***

Seruan dari masjid kembali terdengar lantang memecah keheningan pagi. Aku terkesiap. Seruan itu seolah tengah memanggilku.

Ah, tidak mungkin. Tuhan telah begitu lama meninggalkanku dengan begitu kejamnya. 

Tidak mungkin ia berharap aku datang. Tidak mungkin pula aku akan datang. Aku merasa, kami sudah saling membenci dan terpaut oleh jarak yang sangat jauh.

Suara alarm penanda air sudah mendidih telah berbunyi. Aku segera beranjak menuju dapur. Pagi ini aku ingin minum kopi. Sekental dan sepahit mungkin. 

Jogja, 2017
Please write your comments