Kebiasaan makan nasi bagi kebanyakan orang Indonesia telah membawa dampak tersendiri. Dalam kehidupan keseharian, orang Indonesia jadi sering merasa belum makan kalau belum makan nasi.
Jadi misalnya hari itu mereka makan roti, singkong rebus, kacang rebus, atau kentang goreng dalam jumlah yang cukup banyak dan membuat perut kenyang, mereka belum akan merasa sudah makan. Karena ya itu tadi, belum makan nasi.
Saya sendiri juga sering merasa seperti itu. Makan nasi, seakan sudah menjadi budaya dalam kehidupan saya dan juga mungkin kehidupan sebagian besar orang Indonesia. Dengan demikian, sumber utama karbohidrat bagi tubuh orang Indonesia hanyalah nasi. Maka tak mengherankan kalau kemudian orang Indonesia sangat berisiko terhadap penyakit diabetes.
Beranjak dari fakta tersebutlah, Potatoes USA Representative for Indonesia bersama Kafi Kurnia dari Sembutopia mengajak para bloger di Jogja untuk ikut memasyarakatkan diversifikasi pangan dan bahan pangan, agar secara perlahan orang Indonesia dapat mengurangi ketergantungannya terhadap nasi. Acara tersebut digelar sekaligus dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Dunia pada 7 April 2018 lalu.
Bertempat di Roof Top Hotel Grand Aston, kami 25 blogger Jogja diajak untuk mengenal berbagai macam penganan berbahan kentang dengan beraneka rasa dan tampilan. Penganan-penganan tersebut tentu saja sangat asing bagi saya, karena memang selama ini saya jarang menemukannya.
Beberapa jenis makanan yang kami nikmati dengan lahap. |
Namun untunglah, lidah saya cukup teebuka terhadap penganan-penganan asing itu sehingga saya pun dapat menyantapnya dengan lahap. Maklum juga, sebelum datang ke acara itu saya memang sengaja untuk tidak makan karena tahu pada acara-acara undangan untuk para blogger, akan selalu tersedia hidangan penganan. Haha
Acara malam itu juga menghadirkan Chef Jojo dari Grand Aston dan Mbak Alifatun, seorang Food Specialist dari Jogja. Sepenangkapan saya, tak terlalu banyak hal yang dibicarakan oleh keduanya karena kegiatan lebih difokuskan pada icip-icip berbagai macam makanan yang luar biasa lezat. Chef Jojo dan Mbak Alifatun hanya memberikan sedikit pengantar tentang penganan yang terhidang pada malam itu, dengan persepektifnya masing-masing.
Menurut Kafi Kurnia orang Indonesia kurang memberikan perhatian terhadap kesehatannya sendiri. Mereka baru sadar bahwa kesehatan itu penting ketika penyakit sudah melanda badan.
Kafi merasa sangat prihatin dengan hal tersebut dan kemudian terpanggil untuk membentuk sebuah gerakan kampanye kesehatan melalui media sosial Instagram bernama @sembutopia. Kedekatan masyarakat era sekarang dengan media sosial dimanfaatkannya untuk memberikan edukasi kesehatan.
"Fokus gerakan Sembutopia adalah menyosialisasikan pola hidup sehat. Pola hidup sehat merupakan cara paling efektif untuk mencegah agar tidak sampai sakit." kata Kafi.
Mengubah Kebiasaan Hidup yang Tak Sehat
Melalui Sembutopia Kafi ngin menampilkan sebuah media yang bisa bermanfaat untuk melakukan kegiatan komunitas seperti edukasi, inspirasi dan motivasi di self healing atau pemberdayaan kesehatan nasional.
Saat ini Sembutopia memiliki 5 pilar pokok untuk program edukasi dan motivasinya, yakni
- Hope (dibutuhkan harapan untuk Sembuh)
- Heal (juga upaya penyembuhan)
- Habitat (lingkungan yang sehat)
- Health (kondisi sehat yang optimum)
- Happiness (tingkat kebahagiaan setelah pencapaian kondisi optimum)
Apa yang sedang dilakukan Kafi, boleh dibilang sederhana. Namun upaya sederhana itu bisa memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia. Benar kata Kafi, orang Indonesia memang baru peduli dengan kesehatannya ketika sudah terserang penyakit. Tengoklah misalnya pada kasus awal-awal BPJS beroperasi. Orang baru mengurus BPJS setelah masuk rumah sakit.
Hal itu yang kemudian membuat BPJS dulu mengalami kerugian cukup besar. Menurut laporan Katadata, kerugian mencapai Rp4 triliun (2015).Secara keseluruhan, dari tahun 2014-2016 Pemerintah menyuntikan dana ke BPJS Kesehatan dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 6,82 triliun untuk mengatasi mismatch penerimaan.
Hal itu yang kemudian membuat BPJS dulu mengalami kerugian cukup besar. Menurut laporan Katadata, kerugian mencapai Rp4 triliun (2015).Secara keseluruhan, dari tahun 2014-2016 Pemerintah menyuntikan dana ke BPJS Kesehatan dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 6,82 triliun untuk mengatasi mismatch penerimaan.
Lantas bagaimana perilaku orang Indonesia ketika masih dalam kondisi sehat?
Makan sembarangan. Malas berjalan kaki. Kurang berolah raga dan melakukan aktivitas fisik. Demikianlah kebanyakan orang Indonesia.
Soal makan, pada umumnya orang Indonesia menggemari makanan-makanan instan, berminyak, dan memiliki kadar kolesterol dan gula yang tinggi. Nutrisi makanan masih belum menjadi perhatian, karena orientasi makannya adalah rasa kenyang.
Sedangkan soal malas berjalan kaki, penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Stanford membuktikan hal itu. Penelitian ini menggunakan data menit per menit dari 700.000 orang yang menggunakan Argus--aplikasi pemantau aktivitas--pada telepon seluler mereka.
Hasilnya, penduduk Indonesia tercatat sebagai yang paling malas sedunia karena menduduki posisi terbuncit dengan mencatat 3.513 langkah per hari. Dibandingkan dengan masyarakat Hongkong, Indonesia hanya separuhnya. Rata-rata publik Hong Kong berjalan kaki sebanyak 6.880 langkah setiap hari.
Dalam kehidupan keseharian, apabila kita amati hal ini memang benar adanya. Kehadiran sepeda motor sedikit banyak telah mengubah pola hidup masyarakat Indonesia menjadi manja.
Ini terlihat dari, misalnya, untuk sekadar ke warung yang hanya berjarak 100 meter dari rumah, banyak orang yang enggan berjalan kaki. Mereka memilih naik motor. Jarang ada orang yang mau berjalan lewat tangga kalau sudah ada fasilitas lift. Fenomena-fenomena tersebut tentu semakin menguatkan temuan dari penelitian tadi.
Kondisi tersebut menurut saya adalah soal kebiasaan. Kebiasaan yang telanjur "membudaya". "Budaya" kehidupan keseharian masyarakat Indonesia saat ini masih belum sehat.
Karena itu, jika kita ingin kualitas kesehatan masyarakat Indonesia meningkat, maka yang perlu dilakukan adalah dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang sehat itu menjadi kebiasaan yang mendukung pola hidup sehat.
Selanjutnya, kita berharap kebiasaan-kebiasaan baik tersebut dapat membudaya secara nasional.
Sembutopia telah melakukannya, saatnya kita untuk turut mengambil peran.
Karena itu, jika kita ingin kualitas kesehatan masyarakat Indonesia meningkat, maka yang perlu dilakukan adalah dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang sehat itu menjadi kebiasaan yang mendukung pola hidup sehat.
Selanjutnya, kita berharap kebiasaan-kebiasaan baik tersebut dapat membudaya secara nasional.
Sembutopia telah melakukannya, saatnya kita untuk turut mengambil peran.