Sarung batik sekarang ini kok terlihat semakin populer di kalangan ya masyarakat perkotaan dan perdesaan, khususnya di Jawa dan Sumatera. Di media sosial, saya sering kali melihat banyak anak-anak muda dengan penuh percaya diri berfoto dengan mengenakan sarung.
Melalui foto sedang bersarung itu, mereka, dalam tafsir saya, seolah sedang ingin menunjukkan identitas keindonesiaan dan keislaman/ke-NU-annya.
Mengapa begitu?
Tak lain sarung sendiri selama ini lekat sekali dengan budaya pesantren, terutama di masyarakat Islam NU.
Sementara batik, ia sudah diakui dunia sebagai warisan leluhur bangsa Indonesia. Mengenakan pakaian bermotif kini tak hanya di acara formal semata, melainkan di acara-acara nonformal pun sudah bukan pemandangan asing lagi.
Mengenakan sarung, terlebih yang bermotif batik, saat ini bukan lagi sesuatu hal yang memalukan. Sebaliknya, justru membanggakan. Karena itu dapat menjadikan seseorang tampak berbeda dan unik. Di Jogja saya sering menemukan para generasi muda yang nongkrong di kafe dengan mengenakan sarung. Di Malioboro misalnya, saya juga sering menemukan pemandangan serupa. Termasuk saya sendiri, hehe, yang juga merupakan penggemar sarung batik sejak dua tahun belakangan ini. Saya sering keluar rumah, pergi ke tempat wisata, warung kopi biasa atau kafe tempat anak-anak muda stylish dengan mengenakan sarung. Selain semriwing, ternyata itu mampu menjadikan saya tampak berbeda dan mencuri perhatian.
Kembali ke soal sarung batik.
Sebagai akibat dari makin diminatinya sarung batik, produksi kain batik di beberapa kota yang selama ini dikenal sebagai pusat produksi batik seperti Jogja, Pekalongan, dan Solo kian meningkat. Ada yang secara khusus memproduksi sarung batik tulis, cap, dan cetakan.
Lapak-lapak penjualan online yang memasarkan sarung pun terlihat semakin banyak. Tentu ini memudahkan banyak orang untuk mendapatkan sarung batik yang berkualitas dengan beragam pilihan harga dan kualitas. Sebut saja misalnya, kehadiran lapak Beringharjo Online yang menjual beragam sarung batik dengan kualitas yang bagus dan harga yang terjangkau.
Melihat fenomena tersebut, saya jadi semakin optimistis, masa depan industri batik di Indonesia masih sangat menjanjikan. Batik akan selalu diminati. Untuk itu, dibutuhkan kreativitas yang tinggi dari para produsen batik. Sensitivitas dalam merespon perkembangan zaman juga sangat diperlukan mengingat perkembangan mode amatlah cepat.
Oh iya, satu lagi. Hampir ketinggalan nih.
Saya pikir, semakin diminatinya sarung batik di Indonesia juga tidak terlepas dari peran Sudjiwo Tedjo. Seniman cum dalang inilah, yang dulu paling sering terlihat mengenakan sarung batik. Sejak dia makin terkenal karena kutipan-kutipan dan buku-bukunya, gaya berpakaiannya pun jadi sering diikuti oleh generasi mudah yang mengidolakannya.
Sujiwo Tedjo, bagi saya adalah pelopor sarung batik di Indonesia. Dia patut dijadikan sebagai icon sarung batik nasional.