Andi Taufan Garuda/prfmnews.pikiran-rakyat.com |
Seharusnya hari-hari ini kita lebih disibukkan dengan upaya pencegahan agar Covid-19 tidak semakin meluas penyebarannya. Seharusnya, hari-hari ini kita juga lebih disibukkan dengan penanggulangan dampak pandemi ini.
Tapi kenyataan ternyata lebih pahit. Di saat-saat seperti ini, kita justru malah dipaksa menonton adegan seronok yang dimainkan oleh para bandit negara. Pandemi yang menimpa bangsa kita ternyata tidak hanya dianggap sebagai ancaman, melainkan peluang, oleh para penjahat itu.
Tengoklah misalnya, kelakuan Staf Khusus Presiden yang so called milenial, si Garuda Garuda itu. Di tengah situasi seperti ini, dia manfaatin institusi kenegaraan demi kepentingan perusahaannya. Dengan jabatan sebagai staf khusus presiden, dia ngirim surat ke camat se-Indonesia dan mencatut lambang institusi kenegaraan. Alangkah saktinya!
Sebagai bos lembaga keuangan mikro, Amartha, Garuda Garuda itu tengah berusaha menarget masyarakat menengah ke bawah. Inisiatif Garuda pastilah sekaligus untuk memasarkan bisnisnya dia. Kalau sudah terkenal, kan terus panen dia. Bajingan memang!
Terus soal pelatihan online, yang katanya sebagai insentif bagi para (calon) pekerja yang terdampak Covid-19, itu lebih absurd lagi. Di saat-saat seperti ini, pelatihan sama sekali tidak relevan. Buat apa pelatihan lha wong penyerapan tenaga kerja rendah. Kita lebih butuh sesuatu yang lebih rill, bukan soft skill. Ha nek mung pelatihan online, di Yutub mah banyak. Sama-sama ngabisin kuotanya.
Kita lebih sakit hati lagi setelah mendapati fakta bahwa pihak yang ditunjuk ternyata memiliki hubungan dekat Staf Khusus Milenial yang lain, yang adalah CEO Ruang Guru itu. Ha kalau kayak gini, yang dapat pelatihan belom tentu dapet kerjaan, yang punya aplikasi dah pasti dapet duit. Pemerintah ini kok ya maksa banget bikin programnya, alias mengada-ada.
Lama-lama kita ini mati bukan karena virus Corona. Tapi karena dijejali dengan tontonan horor yang dimainkan oleh para penyelenggara negara. Sudah DPR masa bodoh, pemerintah gak kompak, elite politik sibuk nyari untung, KPK dan aparat penegak diem-diem bae.
Beruntungnya mereka, rakyat Indonesia begitu tabah melihat tontonan ini. Tak ada yang lebih tabah dari rakyat Indonesia, meski harga dirinya telah diinjak-injak begini. Kalau rakyat negara lain, barangkali sudah ngamuk. (DA)