Gerakan Nasional "Ayo Kerja", Kado Ulang Tahun Kemerdekaan Terindah dari Pemerintah untuk Rakyat Indonesia Tercintah - Jurnal Darul Azis

Gerakan Nasional "Ayo Kerja", Kado Ulang Tahun Kemerdekaan Terindah dari Pemerintah untuk Rakyat Indonesia Tercintah

Gerakan Nasional "Ayo Kerja", Kado Ulang Tahun Kemerdekaan Terindah dari Pemerintah untuk Rakyat Indonesia Tercintah

      
      Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan negara kita tahun ini agaknya cukup menarik, karena pemerintah kembali membuat gebrakan yang luar biasa. Pemerintah, melalui media sosial, menebar slogan “Ayo Kerja” untuk rakyat Indonesia. Slogan itu divisualisasikan melalui gambar-gambar yang saya yakin Anda sudah melihat, atau bahkan telah memasangnya sebagai gambar tampilan BBM, foto profil fesbuk, avatar twitter, postingan di instagram, maupun di media sosial jenis lainnya.
       Tak tanggung-tanggung, slogan “Ayo Kerja” ini ternyata telah/akan dijadikan sebagai Gerakan Nasional. Dalam rilis Gerakan Nasional “Ayo Kerja” yang berhasil saya dapat, disampaikan bahwa hanya dengan bekerjalah cita-cita kemerdekaan sebagaimana telah disematkan dalam pembukaan UUD 1945 itu bisa tercapai. Demikian katanya.
         Gerakan Nasional “Ayo Kerja” ini saya kira harus dicamkan oleh seluruh rakyat Indonesia. Artinya, rakyat harus mandiri. Cari duit sendiri. Cari makan sendiri. Inilah barangkali manifestasi puncak dari gagasan revolusi mental itu. Karena hanya dengan bekerja (keras)lah, rakyat akan mendapatkan upah. Kalau rakyat sudah mendapatkan upah, mereka bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tanpa harus memelas-melas kepada pemerintah (sebagaimana dulu pemerintah memelas-melas memohon “doa restu” darinya agar mereka sampai di istana pemerintahan).
        Kalau sebagian besar kebutuhan sehari-hari rakyat Indonesia sudah terpenuhi, berarti angka kefakiran akan menurun. Sehingga tahun depan pemerintah bisa pidato sambil tersenyum manis dalam sidang istimewa, menyatakan bahwa angka kefakiran di Indonesia telah berhasil “ditekan” hingga kempes. 
        Rakyat harus paham, kerja adalah cara terbaik untuk melawan kelaparan dan kefakiran. Kalau rakyat sudah kenyang perutnya, kecil kemungkinan mereka akan ngamuk-ngamuk di jalanan; mendemo pemerintah, seperti mahasiswa. Apalagi kok sampai menggulingkan tampuk kepemimpinan presiden. Itu sangat kecil kemungkinannya. Sekecil atomnya atom.
          Kalau rakyat sudah punya cukup uang, apalagi jika sudah bisa dibilang kaya, juga makin kecil kemungkinan mereka untuk berkoar-koar mengkritik pemerintah. Sebobrok apa pun itu. Hambok dari pada begitu kan lak mending piknik ke mall, atau mantai, terus selpi, terus diunggah di media sosial. Tentu hal-hal yang demikian itu akan lebih menyenangka, bukan?
Syahdan, kalau rakyat sudah kaya, apakah rakyat boleh berhenti bekerja? Oh, tentu. Tentu saja tidak maksudnya. Rakyat tetap harus bekerja. Punya cukup uang, atau kaya sekalipun tidak lantas membolehkan kita untuk berleha-leha. Karena bisa saja, ke depan, zaman semakin menuntut terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang makin besar. Atau kalaupun tidak, hal itu kelak yang akan mendongkrak derajat masing-masing individu untuk sampai ke level sejahtera.
Njut, kalau sudah demikian, apakah rakyat harus berhenti bekerja? Sekali lagi tidak. Kerja rakyat tidak akan berhenti sebelum negaranya disebut sebagai negara maju. Negara makmur. Sebab apa, ketika sebagian besar rakyat Indonesia sudah sejahtera, barulah negara, diwakili oleh pemerintahnya bisa membusungkan dada seraya mencatatkan diri dalam buku sejarah bahwa mereka telah berhasil membawa Indonesia menjadi negara yang kaya raya, makmur, dan sentosa.
Jadi sekali lagi, kata pemerintah, buat seluruh rakyat Indonesia, Ayo Kerja.
Perkara wakilnya di pemerintahan mung sibuk sama kepentingannya sendiri, kepentingan kelompoknya sendiri, itu lain soal. Perkara para pemerintahnya di sana makin amburadul dan mung sibuk nyocotsana-sini di depan kamera tipi, itu juga lain soal. Yang penting rakyat kerja, kerja, kerja.
            Karena siapa tahu, kelak ada krisis moneter jilid II. Jadi rakyat nggak kaget-kaget amat, nggak menderita-menderita amat. Karena sudah terlalu lama sendiri, sudah terlalu biasa perih, dan sudah terlalu sering tersakiti. Lagi pula kan sudah kerja. Sudah punya gaji tetap. Perkara gajinya cukup atau tidak untuk memenuhi kebutuhan pokok yang harganya meroket itu, tentu itu lain soal lagi. Semua itu kembali ke individu masing-masing. Ya kalau memang mau selamat sampai gajian berikutnya, kencangkan ikat pinggang  lah ya. Tutup mata tutup mulut. Masa’ iya mau nunggu pemerintah bikin Gerakan Nasional “Ayo Puasa”, “Ayo Nabung”, “Ayo Prihatin”. Ingat, rakyat harus mandiri.
            Di sini terkadang saya merasa salut dan hormat dengan pemerintah. Konsep di atas sungguh di luar ekspektasi terhadap pemerintahan di bawah kendali Presiden Jokowi. Rakyat harus bekerja (keras). Agar nasib negara makin jelas. Saya yakin, banyak orang yang akan mengangguk-anggukkan kepala atas slogan brilian ini. Gerakan Nasional “Ayo Kerja” pasti akan mendapatkan jempol dobel.
            Barangkali, satu-satunya kelompok masyarakat yang tak setuju dan malah menggerutu plus misuh-misuh atas slogan ini hanyalah para sarjana  fresh graduate yang masih nganggur.
            Kerja ndiasmu, Su. Lamaran wis disebar sana-sini, ngasi kaya poster kampanyemu mbiyen we urong oleh2 panggilan je. Meh kon kerjo piye?
            “Yo pokok’e kerjo, Cuk!” Nek ora yo lanjut S2 wae kono.          
Please write your comments