Apa yang Saya Bicarakan Ketika Saya Berbicara Tentang Buku "Apa Yang Saya Bicarakan Ketika Saya Berbicara Tentang Berlari" - Jurnal Darul Azis

Apa yang Saya Bicarakan Ketika Saya Berbicara Tentang Buku "Apa Yang Saya Bicarakan Ketika Saya Berbicara Tentang Berlari"

Apa yang Saya Bicarakan Ketika Saya Berbicara Tentang Buku "Apa Yang Saya Bicarakan Ketika Saya Berbicara Tentang Berlari"


Saya membeli buku ini setidaknya karena empat  alasan. Pertama, karena dalam beberapa hari sebelumnya saya sering lari pagi. Belakangan ini saya sering merasa dada saya sesak. Bukan, bukan karena gara-gara lihat foto mantan lagi suap-suapan sama pacar barunya di instagram. Ini sungguh, di luar perkara teknis-asmara dan percintaan itu. Hipotesis awal, saya kurang olahraga, kurang lari, dan kurang banyak menghirup udara pagi. Itu saja.  Maka dari itu saya bertekad untuk rutin lari pagi karena saya pikir itu akan bisa membuat saya jadi lebih baik.

Alasan kedua, karena saya sangat menyukai buku-bukunya Murakami. Saya yakin, mungkin banyak juga di antara Anda semua yang dalam membeli buku dipengaruhi oleh rasa suka pada sang penulis. Subjektif memang. Dan saya juga tahu, sebenarnya itu sangat tidak adil, terutama bagi para penulis baru atau yang namanya tidak begitu familiar, membuat buku mereka kurang laku banyak. Tapi ya mau bagaimana lagi, namanya juga soal rasa suka. Pilihan. Nggak ada yang bisa ngalangin lagi kan?

Ketiga, karena dalam buku tersebut, menurut si sampul,  juga berisi tentang perjalanan karir kepenulisan Murakami. Saya sedang belajar berlari, saya menyukai karya-karya Murakami, dan saya sedang belajar menulis. Wah, kombinasi yang sempurnah nih, pikir saya kala itu. Tapi tak cuma itu, Anda tetap perlu membaca alasan selanjutnya.

Dan alasan keempatnya adalah tentu karena saya punya uang. Atau mungkin kalaupun saya waktu itu sedang tidak punya uang, saya akan meminjam teman cari buku saya. Tiga alasan sebelumnya saya rasa bisa dijadikan alasan kenapa saya sampai harus meminjam uang demi mendapatkan buku itu.

                                                                           **********
Buku What I Talk About When I Talk About Running Haruki Murakami/Darul Azis


What I Talk About When I Talk About Running, begitulah judul buku memoar Murakami yang baru diterbitkan Bentang Pustaka bulan April kemarin.  Apa yang saya bicarakan ketika saya berbicara tentang berlari, begitulah jualah kira-kira terjemahan (saya) atas judul buku tersebut.  Maka di sini, saya pun tertarik untuk memberi judul obrolan kita dengan “Apa yang Saya Bicarakan Ketika Saya Berbicara Tentang Buku Apa Yang Saya Bicarakan Ketika Saya Berbicara Tentang Berlari”. Kepanjangan?  Ya terserah. Saya sudah terlanjur sreg sama itu judul je. Saya harap Anda bisa memakluminya.
Buku ini kutulis pada musim panas 2005 dan selesai pada musim gugur 2006—23 tahun sejak pertama kali aku mulai rutin berlari. Jika dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya, buku ini merekam pikiran serta perasaanku sesuai dengan tempat dan waktu saat aku menuliskannya. Satu hal yang kuketahui dari penulisan buku ini adalah bahwa menulis secara jujur tentang berlari dan diri sendiri sebenarnya hampir sama. Jadi kuanggap tidak masalah jika (kamu) membaca buku ini sebagai semacam memoar tentang berlari." Kata Murakami ketika mengantarkan buku tersebut pada saya.
Mendengar itu, keruan saja say jadi tambah senang, karena artinya saya akan benar-benar mengenal sisi lain kehidupan Murakami secara lebih detail dan jujur. Bagi seorang penggemar, saya rasa perasaan itu wajar adanya. Saya jadi tambah bersemangat untuk membacanya.

Selama ini saya mengenal Murakami hanya sebagai seorang penulis. Selain itu tidak ada. Dan begitu membaca lembar demi lembar buku ini, tiba giliran saya sampai pada halaman 30, saya mendapatkan informasi bahwa ternyata ia dulu pernah membuka semacam kelab jazz di sebelah pintu selatan stasiun Kokubunji.

Berkat kegigihan dan kerja kerasnya (di halaman lain Murakami menyebut dirinya sebagai kuda pekerja), usahanya tersebut bisa dibilang sukses. Sambil mengelola usaha, ia juga mampu menyelesaikan dua novel, Hear The Wind Song dan Pinball, 1973 yang keduanya dinominasikan untuk penghargaan Akutabawa walaupun akhirnya tidak menang.

Namun meskipun demikian, dua novel tersebut ternyata tidak membuat Murakami puas, karena digarap di sela-sela ia mengelola bisnis. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menutup kelab untuk sementara dan berfokus menulis. Sebuah keputusan yang kontroversial, berani, dan berisiko. (Tapi memang demikianlah sosok Murakami, ia selalu berpikir jika ia gagal maka ia akan kehilangan semua yang ia punya, maka ia harus benar-benar serius mengerjakannya. Seperti yang dulu ia lakukan pada bisnisnya).

Sejak mendedikasikan diri sebagai seorang penulis itulah, Murakami kemudian merasa punya masalah besar; ia mudah sekali gemuk ketika tidak banyak melakukan aktivitas fisik dan ia jadi kebanyakan merokok. Hal tersebut membuatnya berpikir, kalau memang berniat menjalani kehidupan yang panjang sebagai penulis, maka ia harus mencari cara untuk mempertahankan kebugaran tubuh dan menjaga berat badan yang ideal atau menyeimbangkan antara keduanya (hal. 40). Dan berlari, adalah jenis olahraga yang akhirnya ia pilih karena begitu sederhananya olahraga tersebut. Iya sih memang, tapi kadang malasnya itu loh.

Dalam sehari, Murakami menargetkan berlari minimal sejauh 10 km. 60 km per minggu. 1800 km per bulan. 21.600 km per tahun. Target yang gila! Setidaknya menurut saya. Saya saja sekarang baru sanggup di jarak 1 km. Itu pun ngos-ngosannya benar-benar luar biasa. Padahal saya tidak ngerokok. Juga tidak dirokok. 

Agaknya hipotesis saya memang benar, saya kurang olahraga. Atau lebih tepatnya, tak pernah punya jadwal dan target untuk berolahraga. (Hal itulah yang kemudian membuat saya sadar, rajin ibadah, rajin mandi, dan rajin menyayangimu saja tidak cukup, saya juga harus rajin berolahraga. #halah.)

Menetapkan target pribadi dalam berolahraga itu penting, di halaman 12 Murakami menjelaskan,  apabila seorang pelari mampu berlari dalam target waktu yang telah ditetapkannya, baginya akan terasa “sudah menghasilkan prestasi atau sesuatu”.

Bahkan meskipun misalnya, ia tidak mampu menyelesaikan lari sesuai target, seorang pelari akan tetap mendapatkan kepuasan karena sudah melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Hal yang sama, masih menurut Murakami, juga berlaku bagi penulis. Seorang penulis harus menetapkan target pribadi untuk dicapai, terutama soal kualitas tulisan. 

Menulis dan berlari, Murakami bersaksi, ternyata memiliki banyak kesamaan prinsip yang bisa dijalankan secara beriringan. Bahkan sebagian besar pengetahuannya tentang menulis justru ia pelajari melalui berlari setiap hari. Yakni tentang seberapa banyak ia harus bersikap keras kepada dirinya.

Seberapa banyak istirahat yang diperlukan- dan sebanyak apa yang berlebihan?

Sejauh mana ia bisa melakukan sesuatu dan tetap melanjutkannya dengan baik serta konsisten?

Kapan ia menjadi berpikiran sempit dan tidak fleksibel?

Seberapa banyak ia harus memperhatikan dunia luar, dan sebanyak apa ia harus berfokus pada dunianya sendiri?

Hingga sejauh mana sebaiknya ia merasa percaya diri pada kemampuanku, dan kapan ia harus meragukan diri sendiri? (hal. 92-93)

Ia juga memberikan semacam tips untuk para pembacanya. Katanya, ada tiga syarat utama untuk menjadi seorang penulis dan atau pelari yang sukses, yakni bakat, fokus, dan daya tahan. Bagaimana penjelasan detailnya? Tentu Anda harus membacanya sendiri.

Yang jelas, kalau saat ini Anda sedang menyimpan keinginan menjadi seorang penulis atau pelari profesional, atau menjadi kedua-duanya seperti Haruki Murakami, buku ini sangat cocok untuk Anda jadikan referensi.

Melalui buku ini, Anda akan diajak untuk turut serta merasakan pengalaman demi pengalaman yang dirasakan Murakami saat mengikuti berbagai lomba lari dan lomba triatlon.

Gaya bertuturnya yang lugas dan khas, membuat buku ini sangat menyenangkan untuk dibaca. Anda pasti akan terhipnotis olehnya.

Selamat membaca.


Please write your comments