Membangun Indonesia Dari Pinggiran Melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi - Jurnal Darul Azis

Membangun Indonesia Dari Pinggiran Melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi

Membangun Indonesia Dari Pinggiran Melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi

Dunia dalam genggaman/Ilustrasi via ncc.co.id


Bagi Anda yang saat ini hidup di kota-kota besar, saya yakin jaringan internet bukan lagi menjadi sebuah masalah. Sinyal kencang, area wifi acces tersebar di mana-mana, dan harga paket data internet cenderung lebih murah. Karena itu, kehidupan Anda pun menjadi sangat terbantu. Setiap hari Anda bisa mendapatkan informasi beragam, aktual, dan berlimpah. Bahkan dalam hitungan detik, Anda dapat dengan bebas mengakses informasi lain secara silih berganti dan sesuka hati. 


Tak hanya kebutuhan informasi, Anda juga dimudahkan dalam hal lain, seperti saat ingin berkomunikasi melalui panggilan video, berbelanja, bertransaksi, berbagi data, mengontrol karyawan melalui CCTV, atau mungkin untuk menunjang pemasaran bisnis Anda. Dengan berlimpahnya jaringan internet di tempat tinggal Anda, mobilitas dan segala aktivitas Anda menjadi sedemikian mudah dan cepat. Bahkan bisa dilakukan hanya dengan memainkan jari di hape pintar Anda, sambil minum kopi atau makan roti bersama orang yang Anda cintai.

Semua itu bisa terjadi karena Anda termasuk kelompok masyarakat “yang memiliki” akses pada teknologi informasi dan komunikasi. Berbeda dengan mereka, saudara-saudara Anda di daerah lain “yang tak memiliki” akses pada teknologi informasi dan komunikasi, jangankan untuk bervideo-call, untuk menelepon saja masih harus memanjat pohon demi mendapatkan sinyal. Atau kadang harus pergi ke kota dengan jarak berkilo-kilo meter dari tempat tinggalnya. Bagi mereka, informasi dan komunikasi menjadi demikian mahal dan mewah. Inilah yang disebut The National Telecommunicaton and Information Administration (NITA) --sebuah badan pemerintahan federal AS yang membidangi telekomunikasi dan informasi—sebagai kesenjangan digital (digital devide).

Kesenjangan digital antardaerah di Indonesia masih sangat tinggi dan nyata. Selain karena memang infrastruktur telekomunikasi yang masih sangat terbatas, hal lain yang turut mempengaruhi adalah kondisi geografis yang sangat sulit untuk dijangkau. Kondisi ini biasanya akan semakin diperparah dengan rendahnya taraf ekonomi, demografi, dan daya tawar politik masyarakat di daerah tersebut.
 Dengan demikian, bisa dikatakan kesenjangan digital memang tak hanya menyangkut soal infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, melainkan ada hal lain yang turut mempengaruhinya, seperti kesenjangan sosial, politik, geografi, dan demografi.


Dari Pinggiran

Jika merujuk pada visi dan misi kepemimpinan Jokowi-JK yang tertuang dalam Nawacita, maka akan terlihat jelas ke mana sebenarnya pembangunan di Indonesia sedang diarahkan. Komitmen politik Presiden Jokowi untuk membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan menjadi angin segar bagi mereka saat ini hidup di daerah perbatasan, terluar, dan terdepan dengan segenap keterbatasannya. Pemerintah saat ini tengah gencar menggalakkan pembagunan infrastruktur Indonesia sentris (dari yang sebelumnya hanya bersifat Jawasentris). Sehingga dengan demikian pembanguan infrastruktur dapat terdistribusi secara lebih merata dan adil. Sebab ketersediaan infrastruktur inilah yang nantinya akan menjadi kunci daya saing ekonomi, produktivitas, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.


Salah satu sektor pembangunan infrastruktur yang sedang gencar diupayakan adalah di bidang telekomunikasi. Hal tersebut tercermin dalam program kerja utama Kementerian Komunikasi dan Informatika berikut.


Program Kerja Utama Kemenkominfo 2015-2019 

Dikutip dari penjabaran yang termuat dalam lampiran Rencana Strategis Kemenkominfo 2015-2019, masing-masing program kerja tersebut akan ditempuh melalui strategi berikut.


Pengembangan infrastruktur pitalebar termasuk layanan 4G

  • Menata sumber daya spektrum frekuensi radio
  • Menjaga keberlangsungan orbit satelit Indonesia, agar tetap menjadi milik dan kendali Indonesia
  • Menggelar jaringan tulang punggung serat optik nasional (Palapa Ring) untuk menghubungkan 497 kab/kota di Indonesia.

Efisiensi industri telekomunikasi


  • Mendorong operator telekomunikasi untuk berkonsolidasi dalam rangka efisiensi industri
  • Membangun infrastruktur pasif bersama dalam rangka meringankan biaya investasi pembangunan infrastruktur telekomunikasi
  • E-licensing spektrum radio (Machine to Machine)


Meningkatkan keamanan informasi dan optimalisasi tata kelola internet

  • Menyiapkan rujukan standardisasi security untuk sektor strategis
  • Menerapkan sertifikasi sistem elektronik strategis
  • Pembentukan panel untuk penanganan situs bermuatan negatif
  • Pemberian tanda daftar sistem penyelenggaraan elektronik
  • Penyusunan dan pengesahan Permen Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) dan Permen Lembaga Sertifikasi Keandalan (LSK)

Mendorong Pertumbuhan E-Commerce


  • Merumuskan Roadmap E-commerce nasional untuk 5-10 tahun ke depan
  • Melakukan pengumpulan data proliferasi e-commerce 
  • Mendorong pengembangan dan peningkatan jumlah start up company

Mengintegrasikan Layanan E-Government

  • Menyusun masterplan dan memastikan penetapan Perpres e-government sebagai dasar penetapan layanan
  • Mendorong tercapainya index PeGI Nasional 3,4
  • Integrasi database layanan e-government di instansi pemerintah


Mempercepat Proses Migrasi TV analog ke digital
  • Menyusun kebijakan/regulasi percepatan migrasi TV analog ke digital
  • Memastikan migrasi selesai sesuai pada tahun 2018
  • Mendorong percepatan revisi UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran


Jika kita cermati, rencana pemerintah di atas pada akhirnya bermuara pada keinginan agar kita dapat menjadi pemain pasar (penjual) dunia. Upaya membangun dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi tersebut cenderung diarahkan untuk kepentingan bisnis dan ekonomi. Terlebih sekarang kita sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dan itu hanya bisa diraih jika kita terhubung satu sama lain, salahsatunya melalui jaringan telekomunikasi dan informasi. 

Namun demikian, kita juga harus menyiapkan segala sesuatunya. Karena biar bagaimanapun, jaringan dan platform TIK hanya lah alat, sementara usernya tetaplah manusia. Oleh karena itu, gerakan literasi TIK juga perlu dilakukan guna meminimalisasi kemungkinan penyalahgunaan dan justru menimbulkan hal-hal yang sifatnya kontraproduktif seperti aksi sebar berita hoax, klik -like-comment-share-dan-ketik-aamiin- dan aksi over-narsis. Kalau itu sampai terjadi, tentu sangat tidak lucu. 





Please write your comments