8 Hal Ini Pasti Pernah Dialami Para Cowok Saat Shalat Jumat - Jurnal Darul Azis

8 Hal Ini Pasti Pernah Dialami Para Cowok Saat Shalat Jumat

8 Hal Ini Pasti Pernah Dialami Para Cowok Saat Shalat Jumat


Ngantuk Saat Salat Jumat/ilustrasi via http://chamoeljana.blogspot.co.id/

Bagi semua laki-laki yang sudah baligh, wajib hukumnya untuk melaksanakan shalat Jumat. Bahkan mereka yang tidak melaksanakannya selama tiga kali berturut-turut tanpa sebab yang jelas, kuat, dan dibenarkan oleh hukum agama, ‘diancam’ akan ditutup mata hatinya oleh Allah Subhanallahu Wata’ala

Karena itulah, sejarang-jarangnya kaum laki-laki ke masjid, kemungkinan besar seminggu sekali ia akan tetap nongol. Nyetor muka sama Yang Punya Rumah. Atau kalau mau dikaitkan dengan ‘ancaman’ tadi, maka sekurang-kurangnya sekali dalam tiga minggu ia akan ke masjid. Untuk shalat Jumat.

Bertahun-tahun turut melaksanakan shalat Jumat, membuat saya sedikit demi sedikit memahami liku-liku kaum laki-laki di hari Jumat, baik pra maupun pascapelaksanaan shalat Jumat di masjid. Berikut ini rangkumannya. 

1. Tiba-tiba Malas Salat Jumat

Ada masanya seorang laki-laki males banget pergi ke masjid buat shalat Jumat. Sebagai laki-laki yang kadar keimanannya naik-turun-bebas-kayak-terjun-payung, saya pernah berada di posisi itu. Bahkan sampai dua kali, saya benar-benar  males untuk shalat Jumat. Udah gitu, ngarepnya masih dingertiin lagi sama Yang Di Atas. Kurang ajar banget ‘kan?

Namun demikianlah, nyatanya sprite itu memang nyegerin, shalat Jumat kadang memang malesin. Tapi kalau ingat ‘ancaman’ itu, maka mereka tak akan meninggalkannya sampai tiga berturut-turut. Takut.

2. Nggak Mandi Karena Buru-buru

Sebelum pergi shalat Jumat, kaum laki-laki sangat dianjurkan untuk mandi wajib. Bagi mereka yang bekerja, sekolah, atau kuliah, barangkali bisalah mandinya dirapel. Mandinya pagi aja, sudah cukup. 

Tapi bagi mereka yang kebetulan hari Jumatnya itu selo atau libur, kadang soal mandi itu bisa jadi masalah. 

Ini masih soal naik-turunnya iman tadi, kalau lagi pas naik bisa dipastikan jam 11.30 boleh jadi ia sudah bersiap-siap. Sudah ganteng. Tapi kalau imannya lagi turun, jam 11.45 pun kadang belum apa-apa. Masih aja leha-leha. Barulah ketika adzan dikumandangkan, buru-buru ia ke kamar mandi—untuk sikat gigi.
Dalam hati, sebenarnya masih males dan penginnya nggak Jumatan aja, namun karena ingat sudah dua kali ia mangkir dan kali ini nggak bisa TA ataupun diwakilkan, maka dengan wajah males dan badan lesu ia berangkat ke masjid. Walau tanpa mandi terlebih dahulu. 


3. Kelamaan Ngantre Wudhu

Karena tadi buru-buru dan enggak mandi, maka ia pun lupa berwudhu. Lagipula, dipikirnya ia bisa berwudhu di masjid saja. 

Namun alamak jang, ternyata masjid ramai jamaah. Untuk berwudhu, ia harus ngantre terlebih dahulu. 

Tak pelak, rasa males dan lesu pun jadi bertambah. Sementara itu, khotbah khatib sudah mlewati wasiat meningkat iman dan taqwa. Khatib terus berkhotbah dengan lantang, tapi antrian masih panjang. 

4. Dicuekin Khatib

Urusan wudhu selesai. Ia keluar dari tempat wudhu dengan wajah yang lebih segar, semangat yang mulai berkobar. 

Ia segera mencari tempat untuk duduk, atau salat tahiyatul masjid. Ia nyaris saja tak kebagian tempat, tinggal tersisa sedikit saja di pojokan. 

Namun begitu ia sampai di tempat, ternyata khotbah sudah hampir selesai (sang khotib tampaknya paham betul bahwa hendaknya khotbah memang singkat saja, salatnya yang diperpanjang).

Sebenarnya ada rasa jengkel, Itu ibaratnya begini : kita baru mau gabung, eh mereka udah bubar. Kalian yang masa kecilnya cukup bahagia, pasti pernah dikerjain macam begitu. Yok yok yok udah yoook, biasanya begitu kata mereka sambil membubarkan diri. Lalu kamu hanya bisa cengar-cengir karenanya. *Cieee dicuekin.

Tapi di sisi lain, ia pun senang karena itu artinya ia tak perlu berlama-lama di masjid. Bisa segera pulang.


5. Kehilangan Sandal

Shalat berlangsung agak lama. Khatib membaca surat Jumu’ah pada rakaat pertama dan beberapa surat Ar-rahman pada rakaat kedua. Sang Imam membacanya dengan yang intonasi yang menggugah hati. Membuat hati jamaah tersentuh karenanya, bahkan ada jamaah yang sampai menitikkan air mata. Karena itu, setelah shalat usai, ia tak langsung buru-buru pulang. Wirid dan dzikir dibacanya semua, dengan begitu khusyuk.

Usai berdzikir, ia pun masih menambahnya dengan shalat ba’diah hingga membuatnya termasuk orang-orang yang pulang belakangan.

Semua selesai, ia bergegas pulang. Namun masya allah, tak didapatinya sandal yang ia bawa tadi. Yang tersisa hanyalah sandal jepit, dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Pertama-tama ia mencoba menahan diri, karena takut kalau-kalau sandal buruk itu pun ada yang punya dan belum pulang. Maka ditungguinya sandal itu dengan sabar. Satu per satu jamaah pulang dan ternyata tak ada seorang pun yang menyenggol itu sandal buruk.

Fix, itulah jatah sandalnya hari itu. Ia pulang dengan perasaan dongkol dan lesu. 

Sesampainya di kos, bertapa terkejutnya ia begitu melihat sandalnya sudah berada di bawah tangga kosnya. Sontak itu membuatnya menjadi girang. Namun sesaat kemudian ia sadar, ia tadi buru-buru. 

Oke, permasalahannya semakin jelas sekarang. Sandal yang ia bawa tadi bukan miliknya, melainkan punya teman kosnya.


6. Ngelangkahin Orang

Kejadian itu membuat ia sadar dan terketuk hatinya agar Jumat depan bisa lebih mempersiapkan segala sesuatunya. Ia pun berjanji untuk itu.

Ia telah sampai pada hari Jumat lagi. Dan benar, walau masih ada sedikit rasa malas, namun setidaknya sekacau Jumat lalu. Hari itu ia sudah sedikit mempersiapkan dan memikirkan segala sesuatunya sejak pagi, sehingga pada pukul 11.45 ia sudah bisa berangkat ke masjid dengan pakaian putih-bersih dan wangi lagi suci.

Ia sampai di masjid dengan kesadaran penuh dan keimanan yang agak naik. Di masjid sudah banyak orang, hampir penuh bahkan. Namun sebagaimana biasa ada saja jamaah yang datang duluan tapi enggan duduk di depan. 

Karena hari itu ia ingat betapa besar pahala orang yang duduk di depan, maka ia pun berinisiatif untuk mematuhi pesan protokol salat Jumat agar mengisi shaf depan yang masih kosong. Alhasil, ia pun harus melangkahi banyak orang yang tak jarang banyak di antara mereka yang sudah cukup nyenyak dalam duduknya.


7. Ngantuk Luar Biasa

Selepas salat tahiyatul masjid, ia duduk dan bershalawat. Cukup khusyuk. Sementara di atas, kipas angin terus berputar dengan kecepatan sedang. Ada angin sepoi-sepoi yang dihasilkan dan banyak yang mengenainya. Perlahan namun pasti, rasa kantuk pun datang. Merasuk tanpa ampun dan hanya dengan ditidurkan sambil duduklah, rasa kantuk berdamai. 

Ya Allah, nikmat sekali.


8. Dimarahin Khatib

Namun kondisi berubah drastis ketika sang khatib mulai berkhotbah. Rupanya hari itu sang khatib begitu bersemangat untuk berdakwah. Kemungkinan ia sangat mengagumi sang proklamator negeri ini. Maka khotbah kali itu, ia sampaikan dengan penuh semangat dan menggelora. Menggemparkan masjid dan seisinya. Membangunkan jamaah yang tidur dan mulai terlena dengan mimpinya. 

Ia pun tersentak. Merasa telah dibentak-bentak oleh sang khatib yang berdiri tak jauh darinya. Rasa kantuk pun seketika hilang, berubah menjadi rasa jengkel dan gerutuan. Ia ingin beranjak dan keluar dari masjid atau melancarkan interupsi kepada yang sedang berkotbah, tetapi ia tak punya cukup nyali. Membuatnya bertahan sampai batas waktu yang ditentukan.

“Ya Allah, berilah hamba kesabaran.” Doa itu terus-menerus ia panjatkan. 

Please write your comments