Masjid yang Diberaki dan Respon Sang Kiai - Jurnal Darul Azis

Masjid yang Diberaki dan Respon Sang Kiai

Masjid yang Diberaki dan Respon Sang Kiai

Masjid/ Foto by www.deviantart.com


Subuh tadi jamaah dan takmir Masjid Nurul Hidayah Puluhdadi Seturan heboh. Eh, nggak heboh ding, cuma heran dan ngerasa aneh saja. Pasalnya, berembus kabar bahwa tadi, tepat di belakang tempat imaman, terdapat setumpuk tahi manusia. 


Pada karpet shaf terdepan juga tampak bekas telapak kaki yang kemungkinan adalah pelaku aksi tak terpuji tersebut. Untuk yang ini para jamaah bisa melihatnya karena memang belum dihilangkan. Sedangkan soal tahi tadi, tentu saja sudah dibersihkan. Berkat kesigapan seorang takmir karena kebetulan ia sudah berada di sana sejak pukul 03.30, jadi jamaah tidak sampai harus melihat tahi tersebut secara "live".


Bekas tempat tahi tadi, oleh si takmir kemudian ditutup dengan sebuah papan tulis, shaf dimundurkan, dan salat tetap bisa dilaksanakan seperti biasa.


Kemudian, seperti biasa pada hari Minggu selepas salat subuh usai, ada pengajian sebentar. Sekitar 30-an menit. Bab pembahasannya kali ini adalah soal adzan. Salah satu yang saya ingat adalah barang siapa (muadzin) yang secara konsisten mengumandangkan adzan selama tujuh tahun, tanpa mengharapkan bayaran atau pahala, insya allah dihindarkan dari siksa api neraka. Kabar gembira itu seketika mengingatkan saya kepada Kang Sabar, Kang Lan, Kang Nor (yang kini sudah jadi modin), Kang Podin, Lik Bono, Kang Bakir (kini juga sudah jadi Modin), Lik Diono, dan Kang Maskur. Mereka semua adalah guru ngaji saya sekaligus muadzin masjid dan langgar di tempat saya menghabiskan masa kanak. Teriring doa, semoga mereka kelak dijauhkan dari siksa api neraka karena adzan yang telah mereka kumandangkan selama lebih dari tujuh tahun ini.


Dikisahkan pula tadi, dulu pernah ada seoorang ahli ibadah yang ingin sekali meninggal dalam keadaan sujud dan terus-menerus berdoa kepada Allah akan hal itu. Dan benar, doanya dikabulkan setelah ia hidup selama lima ratus tahun lamanya. Karena khusnul khatimah, orang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam surga-Nya. Namun sebelum itu, malaikat bertanya kepada si ahli ibadah, "Tahukah kamu sebab kamu bisa masuk surga?". Dengan penuh percaya diri si ahli ibadah menjawab, "Karena ibadahku selama lima ratus tahun." Mendengar jawaban tersebut, malaikat menyangkal, "Bukan. Bukan karena itu. Kamu masuk surga karena rahmat Allah, bukan karena ibadahmu." Si ahli ibadah pun bungkam.


Kembali lagi soal tahi tadi, akhirnya jadi masuk pembicaraan pengajian sang kiai setelah seekor lalat tampak mengganggunya. 


Menurutnya, aksi tersebut bukan yang pertama kali terjadi di Masjid Nurul Hidayah. Ini adalah kali keempat. Dulu hanya dilakukan di pojok bagian belakang, di karpet juga. Artinya, aksi seakan mengalami kemajuan. Sang kiai bahkan berseloroh, untuk aksi kelima besok mungkin orang tersebut bakalan berak di bagian imaman. 


Sang kiai yakin bahwa pelakunya adalah manusia. Namun ia tidak bisa memastikan apakah orang tersebut waras atau tidak.


Karena itu, ia kemudian mengajak para jamaah untuk mendoakan si pelaku semoga diberi petunjuk oleh Allah s.w.t.


Mari kita doakan. (DA)

Catatan : 

Pesan moral dari cerita di atas adalah jangan berak sembarangan karena bisa merepotkan orang.

Jogja, 6 November 2016



Please write your comments