'Om Telolet Om' Tak Ada Hubungannya Dengan Politik dan Agama - Jurnal Darul Azis

'Om Telolet Om' Tak Ada Hubungannya Dengan Politik dan Agama

'Om Telolet Om' Tak Ada Hubungannya Dengan Politik dan Agama

Bus Telolet, Telolet Trans
Bus Telolet Trans

Media sosial belakangan ini diramaikan dengan frasa lucu yang sangat Indonesia, yakni 'om telolet om'.  Akun media sosial para artis, atlit, dan tokoh publik dunia pun kemudian banyak yang ikut mencuitkan frasa tersebut atau sekadar menjadi sasaran komentar 'om telolet om'. 


Ya, demam telolet memang sedang mewabah dan mendunia.

Menyusul fenomena tersebut, kemudian muncul pulalah berbagai komentar dan analisis. Beberapa di antaranya ada yang kemudian membikin geli dan heran, karena dikait-kaitkan dengan situasi politik dan agama. Salah satunya adalah komentar berikut ini. 
"Populernya 'om telolet om' merupakan bentuk lain dari kejengahan masyarakat kita atas berbagai kekisruhan yang terjadi belakangan ini. Kita bosan dengan informasi seputar politik dan agama yang memecah belah anak bangsa.''
Komentar seperti itu tentu saja layak pertanyakan ulang. Benarkah demikian?


Selama ini kita tahu, aksi perburuan bunyi klakson telolet itu semata-mata murni untuk hiburan dan kesenangan. Pelakunya pun adalah anak-anak. Jadi, mana mungkin mereka akan peduli dengan berbagai persoalan dan kekisruhan yang terjadi belakangan ini?


Sementara mereka [yaitu orang-orang yang berpendapat seperti di atas] selama ini  tidak pernah berburu bunyi klakson telolet. Sebaliknya, mereka justru larut dengan kekisruhan-kekisruhan itu. Sehingga bisa dikatakan bahwa mereka itu jelas berbeda dengan anak-anak atau para pemburu telolet itu. 
Dan sekarang kok bisa-bisanya mereka bilang seperti itu? 
Kok bisa-bisanya sekarang mereka 'mencatut' fenomena om telolet om sebagai peredam kekisruhan yang selama ini mereka ciptakan dan gempitakan sendiri? 

Lagi pula, bukankah aksi perburuan bunyi klakson telolet 'kan sudah dari dulu? Setidaknya jauh sebelum mereka meributkan perihal Pilgub DKI, penistaan agama, aksi-aksi bela agama dan jaga kebhienikaan, makar, hoax, Tito, Panglima TNI, dan lain sebagainya. Dan pemviralan 'om telolet om' pun berjalan secara perlahan, natural, dan tanpa kepentingan. Semua berjalan apa adanya.

Jadi perlu ditegaskan, aksi para pemburu bunyi klakson telolet itu sama sekali tak ada hubungannya dengan berbagai persoalan dan kekisruhan yang terjadi belakangan ini, yang selama ini juga mereka ributkan. Sebab keduanya benar-benar berbeda dan berada pada dimensi yang berbeda pula.
Para pemburu bunyi klakson telolet itu mampu menciptakan kesenangan, tawa, dan kebahagiannya sendiri. Karena mereka adalah anak-anak. Karena mereka adalah orang-orang yang biasa disebut sebagai orang kampung(an). Satu lagi keistimewaan mereka adalah mereka tak pernah merasa punya musuh. Karena mereka telah berdaulat atas hidupnya sendiri. 
Sementara para buzzer kekisruhan itu tidak demikian. Untuk menciptakan kebahagiaan, mereka merasa mengalahkan, merendahkan, dan menghinakan orang lain terlebih dahulu--yang mereka anggap sebagai musuh atau orang bodoh. Mereka takut dengan berbagai hal karena kalian memang terlalu memikirkan banyak hal pula.
Bahwa sekarang mereka turut bahagia dan senang dengan 'om telolet om', kalau mereka bersedia untuk jujur, itu karena mereka sendiri bosan dengan dunianya sendiri. Mereka diam-diam merasa ngiler dengan kegembiraan para pemburu bunyi klakson telolet. Dan kini mereka mulai sadar bahwa kesenangan dan kebahagiaan mereka ternyata jauh lebih sederhana dari standar yang selama ini mereka yakini. Lalu tanpa malu mereka turut menge-buzz 'om telolet om' dan mendaku bahwa itulah kebahagiaan mereka. Wagu sekali.
Telolet adalah murni hiburan bagi anak-anak dan masyarakat yang berdaulat serta mampu berbahagia dengan caranya sendiri. Jadi sebaiknya jangan kaitkan fenomena ini dengan persoalan dan kekisruhan di negeri ini, yang sebagian buzzernya adalah kalian sendiri.
Menjadikan fenomena 'om telolet om' sebagai hiburan karena Anda merasa lelah dengan kesimpangsiuran informasi dan berbagai persoalan negeri ini adalah wajar dan itu menjadi hak Anda. Tapi tolong, jangan pernah seenak jidat menyamaratakan persoalan Anda itu kepada semua orang, terlebih jika Anda sama sekali tidak pernah ikut berburu bunyi klakson telolet. 
Sadarlah, yang pusing dan butuh istirahat dari gegap gempita persoalan politik dan agama negeri ini adalah Anda, bukan anak-anak dan para pemburu telolet itu. 
Sekarang yang perlu Anda lakukan adalah nikmatilah kegembiraan itu dan jangan lupa berterimakasihlah kepada mereka yang telah menunjukkan kepada Anda bahwa menjadi anak-anak itu membahagiakan, tak pernah merasa punya musuh itu menenteramkan, dan hidup tanpa prasangka itu menenangkan.

Om telolet Om.

3 comments

  1. Menurut saya viral nya fenomena ini benar karena jengahnya rakyat pengguna medsos yg tidak punya kepentingan terhadap isu politik/agama. Dan hal ini memberikan angin segar di medsos sehingga banyak yg ikut merasakan kebahagiaan sederhana ini sehingga frase ini semakin viral, meski byk yg tidak tau persis apa itu telolet; yg penting "yuk kita nikmati hidup yg bersahaja", karena telolet merupakan jati diri kebersahajaan hidup rakyat yg bahagia tanpa ambisi kekuasaan dan hal-hal "berat" lainnya. Suatu eksistensi kalimat yang mengalir apa adanya tapi menyejukkan berbagai golongan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak. Kalo viralnya memang bisa karena netizen sudah jengah dgn isu agama/politik. Terutama justru bagi mereka yang selama ini berkepentingan /larut dgn isu2 itu (saya mengambil contoh tmen2 Medsos saya).

      Tapi untuk fenomena perburuannya, itu saya yakin benar2 alami.

      Delete
  2. Hiburan om telolet om asli dari rakyat,,gk ada hubunganya dgn politik RAS,ataupun lainya yg bikin kisruh negara ini,,dgn adanya om telolet om kebhinekaan bangsa ini trjaga,,,salam BHINEKA TUNGGAL IKA ,,,NKRI harga mati,,,Om TELOLET Om,,,,,lanjutkan!!!,,,

    ReplyDelete