Saya, Radio, dan Pekerjaan Sebagai "Konselor" - Jurnal Darul Azis

Saya, Radio, dan Pekerjaan Sebagai "Konselor"

Saya, Radio, dan Pekerjaan Sebagai "Konselor"


Kita lanjutkan cerita sebelumnya. Kali ini saya akan sedikit bercerita soal relevansi kebiasaan mendengarkan radio dengan diri saya sekarang.

Hasil tes psikologi yang mengatakan bahwa saya cocok menjadi konselor, itu ada benarnya. Dan sayangnya, bidang pendidikan saya bukan psikologi.

Saya menyesal, tapi tidak terlalu. Karena ternyata, berdasarkan yang sudah-sudah, saya sudah bisa menjadi konselor untuk orang-orang di sekeliling saya. Saya ralat, terlalu tinggi kalau saya menyebut diri sebagai konselor. Kita sebut pendengar yang baik saja, ya.

Selama ini, saya memang selalu lebih banyak mendengarkan cerita-cerita dari orang lain daripada cerita tentang diri sendiri. Saya tidak terlalu bisa menceritakan diri sendiri, dan saya memang tidak tertarik. Saya lebih tertarik mendengarkan cerita dari bapak, ibu, kakak perempuan, kakak laki-laki, teman baik laki-laki maupun perempuan, maupun bapak dan ibu kos.

Ada banyak cerita hidup yang sudah saya dengar dari orang-orang sekeliling saya. Mulai dari hal-hal yang umum, sampai hal yang sangat pribadi dan rahasia. Dan itu merupakan keuntungan bagi saya, karena selain bisa menjadikan cerita-cerita itu sebagai pelajaran hidup, mereka juga merupakan inspirasi untuk saya menulis cerita.

Saya tadi membaca bukunya Larry King yang berjudul Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, di Mana Saja, dan Kapan Saja. Dalam buku itu King mengatakan bahwa kemampuan tertinggi dalam ilmu komunikasi itu justru mendengarkan, bukan berbicara.

Oh, saya langsung merasa tersanjung dan beruntung.Di saat yang sama saya berpikir, sepertinya saya akan tidak akan terlalu bermasalah jika mendapatkan pasangan yang cerewetnya minta ampun. Telinga saya akan bisa menampung.

Please write your comments