Bulan ini bangsa Indonesia kembali diingatkan pada tokoh nasional wanita, yakni R.A Kartini, pahlawan nasional wanita Indonesia dari Jepara.
Wanita kelahiran Jepara, 21 April 1879 ini merupakan salah satu putri Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat.
Perjuangannya yang menghendaki persamaan antar sesama manusia, walaupun ia sendiri keturunan keluarga bangsawan menjadi identitas heroisme tersendiri bagi Kartini di antara pejuang-pejuang lain.
Kartini tidak pernah membanggakan diri lantaran ia keturunan keluarga ningrat, sebaliknya ia justru memandang kehidupan yang dijalaninya melalui kacamata demokrasi baik pada kehidupan sosial maupun politik, yakni semua orang memiliki hak dan kedudukan yang sama sebagai masyarakat.
Wanita kelahiran Jepara, 21 April 1879 ini merupakan salah satu putri Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat.
Perjuangannya yang menghendaki persamaan antar sesama manusia, walaupun ia sendiri keturunan keluarga bangsawan menjadi identitas heroisme tersendiri bagi Kartini di antara pejuang-pejuang lain.
Kartini tidak pernah membanggakan diri lantaran ia keturunan keluarga ningrat, sebaliknya ia justru memandang kehidupan yang dijalaninya melalui kacamata demokrasi baik pada kehidupan sosial maupun politik, yakni semua orang memiliki hak dan kedudukan yang sama sebagai masyarakat.
Selama ini kita hanya menganggap Kartini sebagai sosok pejuang emansipasi yang mengangkat eksistensi wanita, hal ini terlihat pada tanggal 21 April selalu diramaikan oleh peringatan seremonial, pemakaian kebaya massal, lomba masak, lomba merias serta berbagai aktivitas yang berusaha menghadirkan nuansa feminin.
Padahal roh perjuangan Kartini tidak hanya sebatas itu, ia memperjuangkan tegaknya nilai-nilai demokrasi di Indonesia. Ia memperjuangkan kesetaraan hak bagi setiap orang.
Sebagai seorang pribumi yang menggali tata kehidupan Barat secara mendalam, Kartini telah membawa pengaruh amat besar, yakni konsepsi kehidupan sosial ekonomis yang berdasar pada demokrasi dan kerakyatan, bukan lagi budaya feodal atau kasta yang berpatokan pada keluhuran golongan tertentu saja dari masyarakat yang turun-temurun.
Pengetahuan tentang demokrasi inilah yang pada akhirnya menjadi latar belakang perjuangan Kartini untuk merebut kembali kemerdekaan dari tangan penjajah. Demokrasi memang mengusung gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara, tak terkecuali perempuan.
Padahal roh perjuangan Kartini tidak hanya sebatas itu, ia memperjuangkan tegaknya nilai-nilai demokrasi di Indonesia. Ia memperjuangkan kesetaraan hak bagi setiap orang.
Sebagai seorang pribumi yang menggali tata kehidupan Barat secara mendalam, Kartini telah membawa pengaruh amat besar, yakni konsepsi kehidupan sosial ekonomis yang berdasar pada demokrasi dan kerakyatan, bukan lagi budaya feodal atau kasta yang berpatokan pada keluhuran golongan tertentu saja dari masyarakat yang turun-temurun.
Pengetahuan tentang demokrasi inilah yang pada akhirnya menjadi latar belakang perjuangan Kartini untuk merebut kembali kemerdekaan dari tangan penjajah. Demokrasi memang mengusung gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara, tak terkecuali perempuan.
Berangkat dari kondisi kehidupan yang feodal, Kartini berjuang pertama-tama dengan memahami dasar demokrasi dan dilanjutkan dengan perjuangan persamaan hak-haknya sebagai manusia yang merdeka.
Oleh karena itukah, dalam memaknai hari Kartini, bangsa Indonesia terlebih kaum perempuan, sebaiknya didasarkan pada hal tersebut.
Peran Kartini tak hanya sebatas pejuang emansipasi wanita, melainkan pejuang demokrasi yang meleburkan faham foedal dengan menggunakan tulisan sebagai medianya, bermula dari kegelisahan, kepekaan, dan keprihatinan terhadap kondisi sosial politik di sekelilingnya.
Sampai pada akhirnya Kartini berprofesi sebagai pengarang. Dari tulisan-tulisannya, kita bisa melihat betapa luas wawasan Kartini waktu itu.
Luasnya pengetahuan Kartini itu tak lain karena keberaniannya melawan arus kekuasaan yang mengekang hak-haknya sebagai manusia, sebagai perempuan.
Kemudian ia mencoba mengakrabkan diri dengan orang-orang Barat dan menggali seluas-luasnya pengetahuan dari mereka.
Selain itu juga Kartini telah mampu keluar dari zona nyaman keningratannya hingga kemudian berjuang demi bumi kelahirannya.
Dari sini kita bisa menilai betapa besar cinta Kartini terhadap tanah kelahirannya dan rakyat di bawahnya.
Peran Kartini tak hanya sebatas pejuang emansipasi wanita, melainkan pejuang demokrasi yang meleburkan faham foedal dengan menggunakan tulisan sebagai medianya, bermula dari kegelisahan, kepekaan, dan keprihatinan terhadap kondisi sosial politik di sekelilingnya.
Sampai pada akhirnya Kartini berprofesi sebagai pengarang. Dari tulisan-tulisannya, kita bisa melihat betapa luas wawasan Kartini waktu itu.
Luasnya pengetahuan Kartini itu tak lain karena keberaniannya melawan arus kekuasaan yang mengekang hak-haknya sebagai manusia, sebagai perempuan.
Kemudian ia mencoba mengakrabkan diri dengan orang-orang Barat dan menggali seluas-luasnya pengetahuan dari mereka.
Selain itu juga Kartini telah mampu keluar dari zona nyaman keningratannya hingga kemudian berjuang demi bumi kelahirannya.
Dari sini kita bisa menilai betapa besar cinta Kartini terhadap tanah kelahirannya dan rakyat di bawahnya.
Dalam menikmati manis perjuangan Kartini, ketika perempuan telah mendapatkan hak-hak yang sama di hampir segala bidang kehidupan ada satu hal yang tak boleh dilupakan oleh perempuan Indonesia, yaitu berupaya memperkaya wawasan, menuangkannya ke dalam bentuk tulisan karena hanya dengan cara tersebutlah puncak perjuangan dapat dinikmati oleh banyak orang, dan sejarah akan mencatat dengan sendirinya.
Cara cerdas inilah yang pernah dicontohkan Kartini untuk perempuan Indonesia, bukan semata-mata demi mengangkat eksistensi wanita secara sementara saja. Fenomena cabe-cabean, caleg dari artis asal-asalan, goyang-goyang erotis di TV, adalah salah satu akibat dari nafsu eksistensi yang sesaat itu.
Kartini telah mencontohkan bagaimana perempuan dapat muncul ke permukaan secara bermartabat dengan sebenar-benarnya. Hal inilah yang harus direfleksikan serta dapat diterapkan oleh perempuan Indonesia. Selamat hari Kartini.
Cara cerdas inilah yang pernah dicontohkan Kartini untuk perempuan Indonesia, bukan semata-mata demi mengangkat eksistensi wanita secara sementara saja. Fenomena cabe-cabean, caleg dari artis asal-asalan, goyang-goyang erotis di TV, adalah salah satu akibat dari nafsu eksistensi yang sesaat itu.
Kartini telah mencontohkan bagaimana perempuan dapat muncul ke permukaan secara bermartabat dengan sebenar-benarnya. Hal inilah yang harus direfleksikan serta dapat diterapkan oleh perempuan Indonesia. Selamat hari Kartini.
Opini ini pertama kali terbit di kolom Swara Kampus Skh. Kedaulatan Rakyat (22 April 2014)
[gambar: www.locus.or.id]