Ilustrasi/Youtube.com |
Sejak dulu Jogja dikenal sebagai daerah dengan masyarakat yang sangat santun. Budaya Jawa masih begitu kental dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jogja. Lemah lembut, sopan, dan berwibawa adalah karakter khas masyarakat Jogja yang bisa Anda rasakan langsung ketika berkunjung ke Jogja. Di Jogja Anda akan menemuikan banyak orang yang menawarkan jasa atau barang dagangannya dengan lemah lembut, bahkan tak jarang mereka juga menggunakan bahasa yang sangat halus.
Kelembutan masyarakat Jogja akan tetap terlihat bahkan ketika mereka sedang memberi peringatan atau imbauan. Seperti peringatan agar tidak membuang sampah sembarangan, peringatan agar tidak parkir sembarangan, atau peringatan-peringatan lain yang pada intinya mencegah Jogja dari hal-hal yang sifatnya semrawut, kotor, dan kurang nyaman, karena statusnya sebagai kota pelajar, kota wisata, dan kota yang berbudaya.
Pesan-pesan tersebut, biasanya selain disampaikan secara langsung melalui media plakat atau spanduk, juga disampaikan melalui media elektronik seperti radio.
Setiap stasiun radio di Jogja dapat dipastikan selalu menyebarkan pesan-pesan kearifan, sesuai dengan ciri khas stasiun radio masing-masing, melalui acara, iklan, maupun guyonan khas Jogja. Boleh dibilang, stasiun radio di Jogja itu tidak hanya gaul, update, dan trendy, dan muda, tetapi juga syarat dengan nilai-nilai budaya lokal, atau kalau dalam istilah Jawa bisa dibilang nJawani. Dan mereka mengemas hal-hal semacam itu dalam bentuk iklan layanan masyarakat.
Salah satu iklan layanan masyarakat yang disampaikan oleh radio Retjo Buntung ini, yang barangkali akan menampar telak para wisatawan atau bahkan masyarakat Jogja sendiri yang kerap membuang sampah sembarangan. Berikut ini saya kutipkan transkripnya.
(Di tengah suasana yang ramai, anggaplah di Malioboro, terdengar percakapan antara seorang ibu dan anak perempuannya dengan seorang tukang andong)
Ibu : Pak, tolong antarkan kami ke gembira loka ya.
Tukang andong : Iya Den. Mari, silakan
(Di tengah suasana yang ramai, anggaplah di Malioboro, terdengar percakapan antara seorang ibu dan anak perempuannya dengan seorang tukang andong)
Ibu : Pak, tolong antarkan kami ke gembira loka ya.
Tukang andong : Iya Den. Mari, silakan
(Tak lama kemudian terdengar suara derap kaki kuda sedang berjalan)
Si Anak : Wah enak ya bu, jalan-jalan sambil naik Andong
Tukang Andong : Tapi di Jogja ndak boleh buang sampah sembarangan loh Den
Si Anak : Tapi pak Kusir, kudanya tadi buang kotoran di jalan
"Iya juga ya," gumam Sang Ibu.
Setelah berpikir agak lama, ibu si anak tadi menjawab, "Tapi, kuda kan binatang?"
Sampai di situ, percakapan mereka selesai. Dilanjutkan dengan pesan yang disampaikan oleh narator iklan.
Tanpa perlu dijelaskan secara detail lagi, begitu mendengar iklan tersebut, pasti Anda akan terhenyak. Sungguh sindiran yang sangat pedas bukan?
Begitulah cara orang Jogja memberi peringatan kepada mereka yang membuang sampah sembarangan. Jadi jangan coba-coba membuang sampah sembarangan di Jogja. Mari, ikut menjaga keindahan dan kebersihan Jogja agar tetap nyaman dikunjungi.
Hanya kuda, yang binatang, yang boleh membuang kotorannya sembarangan.
Si Anak : Wah enak ya bu, jalan-jalan sambil naik Andong
Tukang Andong : Tapi di Jogja ndak boleh buang sampah sembarangan loh Den
Si Anak : Tapi pak Kusir, kudanya tadi buang kotoran di jalan
"Iya juga ya," gumam Sang Ibu.
Setelah berpikir agak lama, ibu si anak tadi menjawab, "Tapi, kuda kan binatang?"
Sampai di situ, percakapan mereka selesai. Dilanjutkan dengan pesan yang disampaikan oleh narator iklan.
Tanpa perlu dijelaskan secara detail lagi, begitu mendengar iklan tersebut, pasti Anda akan terhenyak. Sungguh sindiran yang sangat pedas bukan?
Begitulah cara orang Jogja memberi peringatan kepada mereka yang membuang sampah sembarangan. Jadi jangan coba-coba membuang sampah sembarangan di Jogja. Mari, ikut menjaga keindahan dan kebersihan Jogja agar tetap nyaman dikunjungi.
Hanya kuda, yang binatang, yang boleh membuang kotorannya sembarangan.