Baru-baru ini, jagat media sosial kembali gempar. Adalah akun facebook Mas Dian penyebabnya, yang berhasil menyedot perhatian netizen hingga sebuah stasiun televisi swasta pun turut mengangkatnya sebagai berita.
Bermula dari sebuah postingan yang memamerkaan tumpukan uang beserta pengakuan bahwa uang tersebut merupakan penghasilan dari mBah Google, Mas Dian sontak menjadi sorotan publik. Bermacam-macam respon di kalangan netizen pun mengemuka, ada yang memuji, meminta ilmu, merasa tercambuk dan banyak juga yang mengaku sangat termotivasi dengan sosok Mas Dian.
Perihal memperoleh pendapatan dari blog, terutama dari Google Adsense memanglah benar adanya dan layak dipercaya. Banyak blogger yang sudah mencicipi manisnya penghasilan dari Google Adsense ini. Namn,, yang harus diingat, untuk sampai pada kondisi tersebut –menikmati penghasilan yang tinggi dari blog/web- sungguh tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Ada proses panjang yang harus dilalui pemilik blog/web. Ketekunan, kesabaran, SEO, postingan yang bermutu, dan promosi melalui media sosial (facebook, twitter, pinterest, dan google plus) adalah pekerjaan besar yang harus dilakukan para blogger. Tidak boleh tidak. Karena dengan begitulah, para blogger dapat meningkatkan jumlah pengunjung yang nantinya berpotensi menjadi pundi-pundi uang dari banyaknya iklan yang di-klik pengunjung.
Selain itu, para blogger juga harus pandai “bergaul” dan berkomunitas dengan sesama blogger. Untuk di Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya, para blogger, khususnya yang masih pemula, dapat bergabung dengan Komunitas Blogger Jogja (KBJ), agar dapat menimba ilmu dari blogger-blogger kawakan yang sudah lama malang melintang di dunia per-blogger-an. Sehingga, dengan demikian, para blogger dapat saling bertukar pengalaman, ilmu, trik, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia blog.
Berangkat dari fenomena Mas Dian ini, para blogger- terutama pemula- seyogyanya tidak gelap mata dengan iming-iming penghasilan yang sangat besar itu tanpa memerhatikan beberapa pra-syarat yang telah saya kemukakan di atas. Namun jika hendak menjadikannya sebagai cambuk untuk semakin giat belajar, fokus, dan menekuni dunia blogging sebagai profesi, itu akan sangat menarik. Mengingat bahwa untuk menjadi blogger profesional diperlukan usaha yang keras, ketekunan, komunitas, trik dan strategi, serta rasa haus ilmu dan pengetahuan.
*Artikel ini telah dimuat di Skh. Kedaulatan Rakyat, rubrik Pojok Digital pada edisi Senin, 16 Februari 2015