Surat Pendek untuk A - Jurnal Darul Azis

Surat Pendek untuk A

Surat Pendek untuk A



Sumber Gambar : Pakarcinta.com

Ini surat pertama yang berhasil kutulis sejak perpisahan kita enam tahun silam. Sejak kita sepakat untuk saling meninggalkan, kau bersama kekasih barumu yang sama sekali tak kau cintai itu, sementara aku bersama impian gilaku, menemukan gadis yang selalu hadir dalam mimpiku bahkan, setiap kali kita tidur bersama. 

Jujur, perpisahan tolol itu kemudian membuat jiwaku terguncang. Aku kerap dibilang punya masalah kejiwaan oleh orang-orang di sekelilingku. Aku berubah menjadi orang yang sangat pendiam, pemurung, pemalu, dan egois serta asyik dengan duniaku sendiri. Keadaan itu semakin parah karena gadis yang kuidam-idamkan itu tak kunjung kutemukan. Aku frustasi berat. Pertama karena telah meninggalkanmu, kedua karena gagal menemukan gadis itu. Rasanya hancur benar hidupku.

Dua tahun lamanya aku terpuruk dalam kondisi itu, hingga seorang teman menyarankan agar aku kuliah saja. Meski itu usul yang tak masuk akal untuk disebut sebagai terapi pemulihan, pada akhirnya aku hanya menurut saja. Kuliah, pikirku waktu itu, barangkali bisa menjadi pelarian untuk sebuah keputusasaan. Aku mengambil minat  pada ilmu Psikologi. Memang benar, di kampus aku bertemu dengan banyak sekali orang-orang yang menurutku juga sakit jiwa. Sama sepertiku. Aku cukup senang karenanya walau itu tak menjamin kesembuhanku.

Ada satu hal lagi yang harus kau tahu, entah kenapa sejak perpisahan itu, aku tak bisa lagi menulis surat untuk perempuan selainmu. Aku merasa, tak ada alasan lagi untukku menulis surat. Selama enam tahun ini, aku menahan kata-kata di dalam hati, sangat dalam. Karena itulah, pikiranku semakin kacau dan penyakit jiwaku tak kunjung sembuh.

Ah, andai saja dulu kau tak jatuh cinta dengan surat-surat yang kukirim, barangkali aku tak akan semenderita ini –barangkali juga kau. Ah...maaf, kalimatku terlalu pengecut, aku tak akan melanjutkannya.

Oh ya, apa kabarmu sekarang? Kau sudah menikah dan punya anak ya? Jika benar demikian,  aku akan sangat senang mendengarnya. Pasti lucu-lucu sekali mereka, sepertimu. Kelak jika mereka sudah besar, apa kau berminat mengajari mereka cara menulis surat yang baik dan memikat?

A, di kota tempatku tinggal sedang musim dingin. Musim ini selalu akan mengembalikan seluruh ingatanku tentangmu. Semua tentangmu, termasuk hal terkecil sekalipun, aku mampu mengingatnya. Aku tampak semakin bodoh, terasing, dan kesepian di kota ini.

Semalam aku melihat bulan purnama. Malam yang ajaib memang, sebab cuaca tampak begitu cerah dan menggembirakan.  Bulan itu tampak cantik sekali. Ia begitu anggun dan sungguh, pikiranku kembali tertuju pada gadis dalam impianku itu. Aku sepertinya telah menemukannya, A. Hingga aku berpikir harus menulis surat untukmu. Dan aneh, pikiran, hati, dan tanganku bekerja dengan sangat selaras untuk menulis suratini.

Bagaimana denganmu, A? Sudahkah kau berhasil menipu dirimu sendiri dan menjadi istri yang penuh cinta untuk suamimu?

Oh iya, bulan depan, sepertinya aku akan pulang. Menziarahi kenangan yang terkubur di kota tempat pertama kali kita berpisah! Semoga semua akan baik-baik saja.

Salam dariku,

Penulis surat itu
Please write your comments