Ilustrasi Mantan Kekasih/askmen.com |
Wahai kamu yang dulu pernah menjadi kekasihku,
Saat ini kita memang sudah tak bersama lagi, setelah waktu itu kita memutuskan untuk mengakhiri kisah, berpisah dan kemudian saling pergi. Berusaha saling melupakan walau (kalau kita mau jujur!) tetap saja ingatan tentang kita akan tetap kekal di hati. Sebab aku percaya cinta akan tetap abadi selamanya.
Namun karena memang tangan ini tak bisa lagi mengenggam, biarlah tangan orang lain yang menggenggam. Karena bagiku, tak ada yang lebih membahagiakan selain kenyataan bahwa hidupmu baik-baik saja dan kamu selalu diliputi rasa tenteram.
Wahai kamu yang dulu pernah menjadi kekasihku,
Dulu memang kita pernah bersama. Menjalin cinta kasih layaknya Adam dan Hawa. Kau dan aku pun tahu, cinta tetaplah cinta. Ia tak butuh jarak atau bahkan status hubungan. Cinta itu bebas dan tak terikat oleh batas-batas yang kita ciptakan.
Maka sekarang, walau kita sudah berpisah dan punya kehidupan masing-masing, aku akan tetap menjadi teman baikmu, bukan orang asing. Dengan atau tanpa izinmu. Aku akan tetap menyapamu. Dengan atau tanpa balasanmu. Aku akan tetap mengingatmu, dengan atau tanpa pengakuanmu. Tapi itu bukan berarti aku sedang berusaha atau memaksamu untuk kembali padaku (dan aku yakin kau tak akan berpikir sepicik itu). Itu semua kulakukan karena memang demikianlah yang harus kulakukan.
Dan sampai kapan pun aku akan tetap mencintaimu. Tak ada hati yang tak dibagi. Hatiku pernah terbagi untukmu. Meski kelak, hati ini juga akan kubagi untuk orang lain, namamu akan tetap menjadi bagian dari sana. Sekali lagi, tak ada hati yang tak dibagi. (Dalam hidupku, aku tak banyak meletakkan nama di hati. Dan kamu, sudah kupilih untuk mengisinya. Aku tak hendak meminta pengertianmu. Aku hanya ingin kamu tahu.)
Wahai kamu yang dulu pernah menjadi kekasihku,
Kita percaya, cinta bukan hanya soal ada tidaknya hubungan. Cinta bukan hanya soal kebersamaan. Cinta adalah ketika aku menyayangi setiap orang memang seharusnya kusayangi. Hanya saja memang porsinya yang akan berbeda, seiiring dengan jalannya waktu merenggut usia.
Kini kita sama-sama telah dewasa. Ya, perpisahan itulah yang membuat kita semakin dewasa. Kini kita telah mampu membedakan mana yang seharusnya dilakukan dan diputuskan. Kita juga sudah sama-sama mengerti dan mampu menjadi penentu atas jalan hidup yang akan kita jalani.
Wahai kamu yang dulu pernah menjadi kekasihku,
Aku tak akan mengganggumu, kecuali melalui sedikit doa-doa yang kupanjatkan kepada Tuhan.
Pahamilah, aku hanya tak ingin melupakan orang-orang yang telah mencintai dan kucintai. Aku akan senantiasa mengingatnya.
Sebab kutahu, setiap cinta melahirkan pelajaran-pelajaran hidup yang akan menuntunku menyelesaikan tugas di dunia.