Dulu Kita Bersatu Karena Cinta, Kini Kita Berpisah Karena Agama - Jurnal Darul Azis

Dulu Kita Bersatu Karena Cinta, Kini Kita Berpisah Karena Agama

Dulu Kita Bersatu Karena Cinta, Kini Kita Berpisah Karena Agama

Cinta Beda Agama/Via Youtube
Saat itu kita tak sempat memikirkannya. Gejolak asmara yang menggelora telah lebih dahulu mengisi ruang dada. Gejolak rindu yang terus menggebu, telah lebih dulu memenuhi kalbu.

Saat itu kita juga tak sempat melihatnya, sebab yang ada dalam pandangan mataku hanyalah kamu; yang ada dalam pandangan matamu hanyalah aku.

Kita begitu berambisi untuk bisa saling memiliki, sampai mati. Kita berkhayal untuk tetap bersama sembari berjanji hanyalah maut yang berhak memisahkannya, (dan itu pun untuk sementara saja. Karena kita pikir, kita masih bertemu di sana; surga-Nya yang penuh dengan cahaya cinta). Kita sangat meyakini bahwa cinta itu abadi, hidup membersamai dua insan manusia yang memang telah digariskan menjadi jodohnya. 

Cinta, demikianlah cinta. Yang telah membuat kita bersatu sedemikian padu. Rindu, demikianlah rindu, yang telah membuat hati ingin selalu bertemu. Karena cinta kita bersatu. Karena rindu, hati kita ingin senantiasa bertemu dan berpaut setiap waktu. Cinta dan rindu, adalah dua alasan kenapa kita senantiasa saling mengingat, saling mendoakan, dan saling menjaga.

Waktu terus berjalan, sebagaimana cinta yang terus menghadirkan angan. Kita mulai menyusun cita-cita cinta ke jenjang yang lebih membahagiakan bernama pernikahan. Kita mulai membicarakan hal-hal yang semestinya memang dibicarakan, terbentuknya keluarga di masa depan.

Kita mulai mempertimbangkan hal-hal lain di luar diri kita, di luar cinta kita. Ada ayah, ibu, dan saudara dalam keluarga kita. Ada tetangga di sekeliling rumah kita. Ada ajaran agama yang selama ini telah enjadi pedoman masing-masing hidup kita.

Hingga sampailah kita pada satu pertanyaan, siapa yang harus mengalah? Sebab untuk sampai ke jenjang pernikahan, kita harus memiliki persamaan keyakinan agama (bukan hanya persamaan keyakinan cinta!). Sementara nyatanya, agama kita berbeda. Cara beribadah kita berbeda, hari raya kita berbeda, kitab suci kita berbeda. Kita menyebut Tuhan juga dengan nama yang berbeda, meski meyakini bahwa Tuhan kita tetaplah sama.
Lagu-lagu yang mengisahkan tentang cinta beda agama tak cukup menolong kisah cinta kita. Syair-syair cinta tak mampu menepis kenyataan yang ada. Di negara kita, semua mengakui bahwa Tuhan hanyalah esa, walau di saat yang sama mereka juga mengakui bahwa agama kita tetaplah beda-beda.

Pun demikian kita tidak bisa mempersenjatakan hak asasi manusia, walaupun ia sudah memberikan hak sebebas-bebasnya untuk memilih agama. Toh kita tak bisa bebas memilih. Karena ada keluarga di sana. Karena ada masyarakat di sekeliling kita.

Sementara jika kita tetap ingin menikah dengan tanpa meninggalkan masing-masing agama, kita lagi-lagi harus berhadapan dengan hukum negara yang tak membolehkannya. Lagipula, kita telah sama-sama berpegang teguh pada ajaran agama masing-masing, yang tak pernah mengizinkan pernikahan yang berbeda.

Kita mulai sering berselisih dan gemar bertengkar. Rasa cinta perlahan diselimuti api amarah karena mendapati kenyataan bahwa kita berbeda. Kita marah dengan diri sendiri, marah dengan takdir, bahkan marah dengan Tuhan.

Mengapa dipertemukan, jika kemudian dipisahkan dengan cara yang menyakitkan?

Mengapa rasa cinta disemayamkan di hati, jika di kemudian hari harus tergantikan oleh rasa benci?
Kita terus berdiskusi dengan atau tanpa menemukan secercah solusi. Kita terus berbicara, dengan atau tanpa amarah yang menyertainya. Kita ingin berpisah, tapi hati tak kuasa. Kita ingin bersatu menembus tingginya tembok penghalang itu, namun terasa begitu berat untuk kita menggempurnya. 

Hingga sampailah kita pada sebuah keputusan yang menyakitkan itu.

Kita sepakat untuk tak lagi bertemu secara nyata, cukuplah doa yang menjadi wakilnya.
Kita sepakat untuk tak menikah secara raga, sebab cukuplah menikah antar batin saja. Antar hati yang tak pernah mendua.

Kita sepakat hanya menahan rindu tanpa pernah sengaja bertemu, sebab pertemuan hanya akan menjadi candu.

Dulu kita bersatu karena cinta, kini kita berpisah karena agama. Dan Tuhan tahu itu.


Please write your comments

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)