Pernahkah Anda mencoba menghayati segenap aktivitas yang Anda lakukan sehari-hari? Mulai dari yang Anda anggap aktivitas ringan dan remeh-temeh hingga yang berat dan Anda anggap penting. Katakanlah misalnya aktivitas membereskan tempat tidur, melangkah ke kamar mandi, menyiram kloset, dan mengunci pintu.
Jujur, saya sendiri sering melupakan hal itu. Ketika melakukan berbagai aktivitas keseharian, saya tidak benar-benar menjiwainya. Tidak benar-benar merasakannya. Tidak benar-benar menyadarinya. Saya melakukan sekadarnya saja. Tanpa pemaknaan sama sekali. Sehingga mungkin saya hanya selayak robot yang beraktivitas secara mekanis.
Misalnya, secara normal dan sadar saya melakukan berbagai aktivitas fisik seperti mandi, makan, menggosok gigi, menuruni tangga, mengenakan baju, menyisir rambut, memakai kaos kaki dan sepatu, menyisir rambut, dan lain sebagainya. Namun sering kali dalam melakukan berbagai aktivitas keseharian tersebut, walau saya melakukannya secara sadar secara akal dan pikiran, namun secara hati saya tidak sadar. Saya kurang menyadari, menghayati, dan merasakan bahwa saya sedang melakukan hal itu.
Mungkin jika dipersentasekan, tingkat penghayatan saya dalam melakukan aktivitas-aktivitas tersebut hanya 1 persen. Dugaan saya, itu semua disebabkan oleh karena saya terburu-buru atau karena aktivitas tersebut sudah dianggap sebagai kebiasaan.
Eksperimen Kesadaran
Eksperimen Kesadaran
Beberapa waktu belakangan ini, saya mencoba melakukan eksperimen kesadaran dan penghayatan diri dalam melakukan setiap aktivitas. Sekecil dan seremeh apa pun aktivitas tersebut.
Tak ada tujuan apa pun sebenarnya, selain demi mengetahui bagaimana rasanya menghayati setiap aktivitas yang saya lakukan dan adakah dampaknya bagi diri saya.
Tak ada tujuan apa pun sebenarnya, selain demi mengetahui bagaimana rasanya menghayati setiap aktivitas yang saya lakukan dan adakah dampaknya bagi diri saya.
Hasilnya, memang penyelesaian aktivitas menjadi lebih lamban. Namun meski demikian ada rasa nikmat tersendiri yang saya rasakan. Saya bisa menjadi lebih intim dengan aktivitas tersebut dan karenanya setiap aktivitas menjadi lebih bermakna.
Sebagai contoh adalah ketika saya sedang memakan sesuatu. Selama ini saya makan hanya dengan menggunakan organ-organ seperti tangan, lidah, dan akal, sebagaimana orang biasa melakukan. Sehingga rasa nikmat yang saya rasakan pun ya hanya sebatas rasa makanan itu; asin, gurih, manis, dan lain sebagainya. Namun sangat berbeda hasilnya ketika saya juga melibatkan hati dan menghayati momen tersebut. Rasa makanan menjadi lebih luar biasa nikmatnya, melebihi rasa nikmat makanan tersebut.
Contoh lain adalah ketika saya sedang mandi. Selama ini saya mandi ya sekadar mandi saja. Membasahi badan dengan air, menggosoknya dengan sabun, bilas, dan mengeringkan badan dengan handuk.
Berbeda ketika kemudian saya menghadirkan hati dan menghayatinya. Proses mandi menjadi lebih nikmat. Setelah mandi selesai pun, badan dan otak menjadi lebih segar dibanding ketika hanya mandi biasa. Selain tentu saja badan menjadi lebih bersih.
Pada aktivitas yang lain saya juga mencoba untuk lebih menghayatinya. Seperti ketika saya menulis cerita ini. Hati, jiwa, dan rasa, semuanya saya libatkan.
Yang terjadi kemudian adalah, saya merasa saat ini sedang berkomunikasi dengan Anda dengan penuh perhatian, dekat, dan akrab. Berbicara tentang sebuah hal penting karena saya kemudian juga tersadar, saya sedang berbicara dengan Anda, yang begitu penting dan berharga.
Nah, bagaimana dengan Anda? Pernahkah Anda mencoba menjiwai segenap aktivitas keseharian? Jika belum, tertarikkah Anda untuk melakukannya?
Jika jawabannya adalah iya, Anda bisa memulainya sekarang. Yakni dengan menyadari bahwa saat ini kita sedang berkomunikasi, dekat, penuh perhatian, dan akrab.
Berbeda ketika kemudian saya menghadirkan hati dan menghayatinya. Proses mandi menjadi lebih nikmat. Setelah mandi selesai pun, badan dan otak menjadi lebih segar dibanding ketika hanya mandi biasa. Selain tentu saja badan menjadi lebih bersih.
Pada aktivitas yang lain saya juga mencoba untuk lebih menghayatinya. Seperti ketika saya menulis cerita ini. Hati, jiwa, dan rasa, semuanya saya libatkan.
Yang terjadi kemudian adalah, saya merasa saat ini sedang berkomunikasi dengan Anda dengan penuh perhatian, dekat, dan akrab. Berbicara tentang sebuah hal penting karena saya kemudian juga tersadar, saya sedang berbicara dengan Anda, yang begitu penting dan berharga.
Nah, bagaimana dengan Anda? Pernahkah Anda mencoba menjiwai segenap aktivitas keseharian? Jika belum, tertarikkah Anda untuk melakukannya?
Jika jawabannya adalah iya, Anda bisa memulainya sekarang. Yakni dengan menyadari bahwa saat ini kita sedang berkomunikasi, dekat, penuh perhatian, dan akrab.