Di luar terlalu benderang, masuklah kemari. Di sini kau bisa mengistirahatkan pandanganmu dan mengakrabi gelap. Agar kita bisa bercakap-cakap sembari memeriksa diri, lalu mencuci mata dengan air penyesalan untuk silap yang kausengajakan.
Di luar terlalu bising oleh suara-suara sumbang dan keangkaramurkaan, maka masuklah. Di sini kau bisa menyepikan telinga dan mengintimi senyap. Agar kita bisa saling mendengar walau lidah tiada perlu berucap, lalu memeriksa kata yang telanjur lepas ke udara. Ia memang tak mungkin dapat kembali, namun kita masih bisa menginsyafi.
Di luar terlalu banyak orang, maka masuklah. Di sini kau bisa kembali menyapa dan memelukku, dengan sepenuh penerimaan. Agar kita bisa kembali menyatu, lalu berjalan menuju tujuan yang telah lama kaulupakan.
Di luar malam tak pernah mengantuk. Maka masuklah! Di dalam kau bisa terlelap dalam tidur namun terjaga dari sisa umur. Agar kau bisa sejenak bertafakur dan memperbanyak syukur.
Cukuplah Ia yang tak pernah tidur, kamu jangan.
(Darul Azis, 2018)
Ilustrasi: The Manta