Bagaimana Agar Dapat Menghasilkan Konten Blog yang Berkelas? - Jurnal Darul Azis

Bagaimana Agar Dapat Menghasilkan Konten Blog yang Berkelas?

Bagaimana Agar Dapat Menghasilkan Konten Blog yang Berkelas?


Tren penyajian informasi digital terus bergerak menuju ke arah informasi berbasis visual. Informasi yang tersebar di internet kini tidak lagi hanya berupa teks polosan, melainkan juga disertai gambar-gambar ilustrasi dan infografik. 

Beberapa perusahaan media massa dalam jaringan pun, terlihat sudah mulai bergerak ke arah tersebut. Kita bisa ambil contoh Kompas.com dengan VIK-nya atau Tirto.id yang selalu menyisipkan infografis dan ilustrasi dalam setiap artikelnya. 

Begitu juga dengan Kumparan.com, yang memang sejak awal terlihat berusaha mendefinisikan ulang media massa dalam jaringan dengan format yang lebih menarik, di mana salah satu luarannya adalah cara penyajian berita yang sangat visualistik. 

Tak ketinggalan pula Beritagar.id, mereka melakukan hal serupa lengkap dengan ciri khasnya. Katadata.co.id bahkan lebih menarik lagi, perusahaan media massa ini menyajikan berbagai macam data dalam berbagai format, ada Pdf, Png, Xls, dan lain sejenisnya.

Dari sisi pemerintah, ada Indonesiabaik.id, platfrom penyebar informasi-informasi baik garapan pemerintah melalui infografis-infografis yang imenyegarkan mata. Selain menampilkan infografis, mereka juga menampilkan video-video singkat namun tetap informatif.

Akun media sosial hampir semua kementerian/lembaga di Indonesia saat ini juga sudah terlihat adaptif terhadap perubahan zaman. Mereka secara aktif membagikan foto ilustrasi dan infografis. Bahkan BPJS terlihat semakin sering membagikan komik-komik lucu nan menggelitik di akun medsosnya. 

Cause visual speak louder than words. Pemahaman atas teori itulah yang mungkin melatarbelakangi fenomena di atas. Gagasan ini pertama kali dicetuskan Laura Ries dalam bukunya yang berjudul Visual Hammer. Menurut Ries, cara terbaik untuk menanamkan kata-kata dalam pikiran manusia adalah bukan dengan kata-kata itu sendiri, melainkan dengan penggambaran. Kata-kata saja tidak cukup. Slogan saja kurang lengkap.

Menurutnya, kata-kata itu ibarat paku dan palunya adalah gambar. Jadi, keduanya harus saling melengkapi. Gambar dapat menjadi perumpamaan sederhana dari kata-kata. Namun ia lebih kuat, mudah dimengerti, dan gampang diingat. Selain itu, gambar memiliki kekuatan emosional daripada kata-kata.

Maka dari itu pula, kemampuan memvisualisasikan sesuatu, dalam hal ini menjadi sangat penting yang meliputi: selera estetik, desain grafis, komunikasi visual, pengkodean, dan daya cipta. Bukan hanya itu, aspek-aspek lain seperti dukungan perangkat yang baik juga menjadi hal yang tak kalah penting dalam menghasilkan informasi-informasi yang menarik dan visualistik. 

Hal ini, seharusnya juga sudah menjadi pengetahuan umum bagi para blogger sebagai penyampai informasi alternatif di luar perusahaan media massa. Sebagai salah satu pembuat konten di internet, mau tak mau blogger juga harus beradaptasi dengan hal ini. Tampilan blog dan cara penyajian konten yang menarik dan ramah mata, sudah menjadi kebutuhan netizen.

Jika blogger tidak mampu beradaptasi dengan hal ini, maka selamanya ia hanya akan menjadi biasa-biasa saja. Tidak diperhitungkan dalam dunia perbloggeran. Lalu secara perlahan akan mati dan hilang dari dunia perblogeran.

Saya sendiri adalah salah satu contoh blogger yang sampai saat ini belum cukup cakap beradaptasi dengan perubahan tersebut. Saya yang dulu sering memenangkan lomba menulis, semakin ke sini semakin tersisih dari daftar pemenang karena kalah dengan peserta lain yang kontennya lebih menarik secara visual.

Dari situ saya kemudian sadar, juri lomba blog pun memiliki kecenderungan untuk lebih menyukai karya yang visualistik. Meskipun di saat yang sama saya juga menemukan satu kelemahan dari kecenderungan tersebut, terlebih jika dikaitkan dengan kecenderungan netizen Indonesia dalam mengakses informasi. 

Pengguna internet Indonesia tidak suka dengan web/blog lemot, sementara web/blog yang dipenuhi gambar cenderung akan lemot. Terlebih jika web/blog tersebut diakses dari wilayah minim sinyal. Belum juga selesai memuat separuh halaman, pasti pengunjung akan berbalik arah dan mencari web/blog lain yang lebih cepat. 

Dengan demikian, saya menilai, informasi yang visualistik, sebenarnya cocok ditaruh melalui media sosial. Selain karena memang fungsi media sosial sangat cocok dengan gambar, peluang daya sebarnya pun lebih luas, apalagi jika dikaitkan dengan jumlah pengguna media sosial Indonesia yang sangat besar dan intensitas penggunaan medsos yang tinggi.

Namun terlepas dari semua itu, kemampuan membuat konten blog secara menarik tetap harus dimiliki oleh setiap blogger, termasuk saya tentu saja. Saat ini, sembari terus berusaha mengejar ketertinggalan dalam hal desain grafis, saya berusaha tetap menjaga beberapa prinsip agar konten blog saya dapat terus naik kelas. 

***

Seperti halnya menahan rindu, menghasilkan konten yang berkelas itu sebenarnya juga berat. Tak semua orang akan kuat. Betapa tidak, dibutuhkan proses yang sangat panjang, usaha ekstra, alokasi tenaga, waktu, dan biaya yang juga tidak sedikit. Sekali lagi, ini jika konten yang dibuat adalah yang benar-benar berkelas. Kalau cuma konten yang ecek-ecek dan menye-menye mah gampang. Apalagi kalau sekadar konten yang salin-tempel atau konten hasil parafrase dari postingan blog orang lain. Gampang banget!


Bagi saya, menciptakan konten digital yang berkelas itu nyaris sama seperti orang menggarap skripsi atau tesis. Persepsi ini mungkin dipengaruhi oleh posisi saya sebagai seorang akademisi. Sebagai patokan awal, konten tersebut harus mampu menjawab dua pertanyaan mendasar, yakni: mengapa konten tersebut penting untuk ditulis dan dibaca orang? Seberapa unik konten yang kita garap dibanding dengan konten-konten lain dan apa pembedanya?

Selain itu, konten yang berkelas ialah yang berangkat dari sebuah persoalan. Ini tak lain agar konten yang kita buat bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Secara lebih teknis, inilah langkah-langkah sederhana agar dapat menghasilkan konten blog yang berkelas:

  • Meriset Data Sebanyak-banyaknya
Lakukan pencarian data sebanyak-banyaknya baik melalui penelusuran di internet maupun pustaka. Langkah ini sangat berguna untuk memahami duduk persoalan yang akan ditulis secara lebih mendalam, objektif, dan detail.
  • Mengolah dan Menganalisis Data
Setelah data terkumpul lengkap, maka langkah selanjutnya ialah pengolahan data dengan menggunakan analisis tertentu. Tidak harus muluk-muluk, karena analisis di sini bisa juga dengan teori-teori nan sederhana.
  • Menyajikan Informasi Sebaik Mungkin
Sebaik apa pun informasi yang kita miliki, namun jika penyajiannya buruk maka ia tidak akan tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Maka dari itu, informasi haruslah disajikan dengan cara yang tepat. Informasi bisa disajikan melalui dua cara, yakni komprehensif (luas, lengkap, detail, dan panjang) dan ringkas dalam bentuk infografik. 
Di antara kedua cara ini, terus terang saja, yang terakhir belum bisa saya lakukan. Selain karena payah dalam hal desain grafis, perangkat yang saya gunakan pun sampai saat ini masih sangat terbatas. Laptop Asus K43U yang saya miliki sejak 6 tahun lalu sudah ngoyo banget kalau dipakai untuk desain grafis, sehingga secara praktis saya memang sudah harus berganti perangkat (iya, ini memang curcol..haha).
Untuk sementara ini, kata-katalah yang bekerja dan hadir menemui pembaca, semampunya. 
Soft Skill + Perangkat Mumpuni = Konten yang Berkelas

Saya memercayai rumusan ini, tapi 75 persen saja karena 25 persen sisanya ada pada variabel lain. Blogger yang memiliki kemampuan menulis, desain grafis, editing, dan fotografi yang tinggi serta didukung oleh perangkat mumpuni, maka kemungkinan besar akan dapat menghasilkan konten yang berkelas.

Ngomog-ngomong soal perangkat yang mumpuni nih, ASUS Vivobook A407 bisa menjadi pilihan agar kita dapat menghasilkan konten yang berkelas.



Mengapa harus ASUS Vivobook A407?

Berikut penjelasannya:

Dapat Membuat Kita Jadi Lebih Produktif

Laptop ini telah ditanami prosesor Intel® Core™ i3, sehingga dapat diandalkan dalam mendukung kinerja dan kelancaran pekerjaan kita, misalnya untuk membuat infografik. Dengan begitu ini akan mendukung produktivitas kita sebagai pekerja kreatif.

Di samping itu, kapasitas penyimpanan laptop ini sangat besar. RAM ASUS Vivobook A407 ini dapat di-upgrade hingga 8 GB loh, sehingga kita tidak perlu khawatir jika harus menyimpan banyak file hasil kerjaan kita.

Sesuai Dengan Kebutuhan Generasi Milenial

Bagi kita generasi milenial yang punya mobilitas tinggi, laptop ini tidak akan membikin kita susah apalagi memberatkan untuk dibawa, karena beratnya cuma 1,5 kg. Jadi, kita bisa bekerja, belajar, dan bermain di mana saja. Kapan pun.

Bagi sebagian orang, membawa laptop memang sering kali menjadi ameng-amengen. Saya sendiri sering merasakannya. Laptop saya beratnya 2,5 kg, belum lagi jika harus membawa buku dan air minum, sehingga beban yang harus saya bawa bisa 5 kg lebih. Cukup sering membuat punggung terasa pegal. Parahnya, ini pernah sampai membuat struktur tulang punggung saya rusak.


Memiliki laptop ini juga bakalan menjamin diri kita untuk tidak bosan karena kurang hiburan. Teknologi GeForce® MX110 graphics besutan NVIDIA® membuat laptop ini sangat cocok untuk digunakan buat main game.

Antilemot, Antimaling, dan Antiribet

Jika ada yang mencari laptop yang berani menjamin kenyamanan penggunanya, maka ASUS Vivobook A407 ini sangat cocok. Pasalnya, laptop ini telah dilengkapi dengan sensor sidik jari untuk login cepat dan mudah menggunakan Windows Hello.

Sekarang ini kita hidup di era serba cepat dan bekerja sebagai blogger sering kali harus berpacu dengan waktu. Waktu dan mood menjadi sangat berharga. Maka jangan sesuatu hal yang berharga itu menjadi rusak hanya gara-gara laptop yang lemot dan ribet ketika mau login.



Selain itu, teknologi ini juga membuat laptop kita jadi lebih aman dari maling loh. Baik maling data maupun maling laptop. :D

Perlu Didukung Oleh Kultur Kreativitas yang Kondusif dan Teman-Teman yang Juga Kreatif, Serta Kemauan Untuk Terus Belajar. 

Semua yang kita bicarakan di depan tadi, baru menyumbang angka kira-kira 75 persen terhadap kualitas konten yang kita hasilkan. Masih ada daya dukung lain yang sebaiknya juga tidak kalah penting, yakni kultur dan ekosistem yang baik.

Karena biar bagaimana pun, kreativitas perlu terus dirangsang. Ia hanya bisa terus tumbuh jika kita selalu bersinggungan dengan teman-teman yang memiliki ketertarikan serupa. Ia hanya bisa terus tumbuh jika kita selalu berusaha untuk terus memperbarui ilmu. Maka dari itu, agar dapat menghasilkan kontenn blog yang berkualitas, maka kita pun harus sering-sering kopdar, ngumpul bareng, atau bahkan kerja bareng. Dijamin deh, konten blog lama-lama bakalan naik kelas.

***

Eh tapi, ngomong-ngomong konten ini kok B aja ya? Minim visualisasinya juga!

Ya, memang. Pengin tahu kenapa? 

(-_-)

Karena saya belum punya Asus Vivobook A407. Nanti kalau udah punya ASUS Vivobook A407 deh, bakalan bikin konten yang lebih berkelas dari ini. Janji!


Please write your comments

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)