KERAJINANBAMBU.COM ~ Suasana di Rumah Sakit Nyi Ageng Serang Sentolo Kulonprogo pada Minggu pagi (4/3) lalu tampak berbeda dari biasanya. Sejak pukul 6.45 ketika saya tiba di rumah sakit tersebut, tampak telah terpasang tenda dan kursi yang tersusun rapi. Satu per satu orang berdatangan. Duduk memenuhi kursi yang telah tersedia. Hari itu, rupanya akan digelar sebuah acara bakti sosial bagi masyarakat Kulonprogro dan sekitarnya. Turut hadir dalam acara tersebut Bupati Kulonprogo Bapak dr. Hasto Wardoyo dan Anggota DPR RI Ibu Siti Hediati Hariyanti (Titiek Soeharto).
Masyarakat yang hadir dalam acara bakti sosial di RSUD NAS Sentolo [Foto: Wawan] |
Peserta acara bakti sosial hari itu sangat banyak. Berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Kulonprogo. Mereka berasal dari pondok pesantren, panti asuhan, dan masyarakat kurang mampu.
Di antara sekian banyak peserta bakti sosial pagi itu, pandangan mata saya terpaku pada sosok perempuan bertubuh kurus yang tampak duduk menunggu di sebuah kursi plastik dengan penuh kesabaran di depan ruang Instalasi Bedah Sentral.
Beberapa kali petugas menghampirinya untuk memberi obat tetes pada mata sebelah kirinya. Obat tetes itu, menurut petugas, berfungsi untuk mempermudah jalannya operasi mata.
Beberapa kali petugas menghampirinya untuk memberi obat tetes pada mata sebelah kirinya. Obat tetes itu, menurut petugas, berfungsi untuk mempermudah jalannya operasi mata.
Para penerima bantuan operasi katarak gratis sedang mengantri menunggu giliran [foto: wawan] |
Saya berhasil mengajaknya berbincang cukup lama, walau tidak berhasil membujuknya untuk saya potret karena malu. Bu Rubini namanya. Beliau merupakan salah satu penerima bantuan Operasi Katarak Gratis yang diselenggarakan oleh Yayasan Dharmais bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) di RSUD Nyi Ageng Serang.
Di antara 37 penerima bantuan operasi mata akibat buta katarak yang akan dioperasi hari itu, beliau masih tampak cukup muda. Usia Bu Rubini baru mau memasuki angka 50 tahun, sementara peserta yang lain rata-rata berusia di atas 60 tahun, bahkan ada yang sudah berusia 80 tahun.
Di antara 37 penerima bantuan operasi mata akibat buta katarak yang akan dioperasi hari itu, beliau masih tampak cukup muda. Usia Bu Rubini baru mau memasuki angka 50 tahun, sementara peserta yang lain rata-rata berusia di atas 60 tahun, bahkan ada yang sudah berusia 80 tahun.
Pemeriksaan kesehatan pra-operasi [foto: Wawan] |
Keluhan para peserta operasi massal kali ini berbeda-beda. Ada yang nyaris tidak bisa melihat sehingga untuk berjalan mereka harus dituntun, ada juga yang hanya mengalami gangguan pandangan pada sebelah mata. Namun bagaimanapun, mata merupakan indera yang sangat vital bagi manusia. Sehingga apabila mengalami gangguan sedikit saja, aktivitas keseharian pun akan menjadi sangat terganggu pula.
Bu Rubini mengalami gangguan mata di sebelah kiri. Ia mulai menderita gangguan pada mata sejak hampir 30 tahun yang lalu. Sejak keempat anaknya masih kecil-kecil.
Faktor mahalnya biaya operasi dan kemampuan ekonomi keluarga yang sangat lemah menjadi kendala besar baginya.
Sehingga selama bertahun-tahun, ia pun hanya bisa pasrah dan bertahan dengan kekaburan pandangan. Padahal setiap hari, layaknya seorang ibu rumah tangga, ia punya segudang pekerjaan yang harus diselesaikan.
Faktor mahalnya biaya operasi dan kemampuan ekonomi keluarga yang sangat lemah menjadi kendala besar baginya.
Sehingga selama bertahun-tahun, ia pun hanya bisa pasrah dan bertahan dengan kekaburan pandangan. Padahal setiap hari, layaknya seorang ibu rumah tangga, ia punya segudang pekerjaan yang harus diselesaikan.
Tak hanya itu, setiap pekan, ia harus berjalan kaki sejauh 3,3 km atau selama kurang lebih setengah jam dari rumah menuju pasar untuk berjualan tempe benguk.
“Selama ini kalau jalan ke pasar ya menunduk. Karena kalau tidak begitu, pandangan jadi silau dan tidak bisa melihat jalan.” kisahnya.
Ibu rumah tangga yang tinggal di desa Karangsari Kecamatan Pengasih ini hidup serba kekurangan. Suaminya bekerja sebagai seorang penggali batu. Penghasilan suaminya pun tidak seberapa, terlebih saat ini lokasi penggalian sudah semakin dalam dan tenaga suaminya kian melemah.
“Satu minggu paling-paling cuma mampu menghasilkan satu rit. Kalau dijual dapat duit Rp200.000.” kisahnya.
Melihat kondisi ekonomi keluarga yang demikian itu, Bu Rubini tidak mau berpangku tangan. Bermodal keahlian membuat tempe benguk, ia pun kemudian turut membantu meringankan beban hidup keluarga dengan berjualan tempe benguk di pasar.
Namun ia hanya mampu berjualan tempe sepekan sekali karena pengolahan tempe benguk memerlukan waktu yang cukup lama, yakni selama tujuh hari. Apabila kurang dari itu, maka tempe akan terasa langu dan tidak enak.
Uang hasil penjualan tempenya pun sebenarnya tidaklah seberapa. Margin keuntungan yang ia dapatkan sangat sedikit, bahkan tak jarang ia merugi ketika tempe tidak habis terjual.
Uang hasil penjualan tempenya pun sebenarnya tidaklah seberapa. Margin keuntungan yang ia dapatkan sangat sedikit, bahkan tak jarang ia merugi ketika tempe tidak habis terjual.
“Uang hasil jualan tempe itu kalau habis semua paling-paling hanya 200 ribu, sementara modalnya kalau mau dihitung benar ya bisa habis 190 ribu.” terangnya.
Karena kondisi tersebut, oleh tetangga maupun teman sesama penjual di pasar, Bu Rubini sering disarankan agar berjualan barang dagangan jenis lain, namun ia bingung akan berjualan apa. Ia juga kebingungan karena tidak mempunya sangu (modal, DA).
“Saya juga sering disarankan agar bekerja di kota, ikut orang (jadi pembantu rumah tangga, DA), namun saya kepikiran anak-anak. Empat belum ada yang menikah, nanti siapa yang ngurusin.” katanya.
Beban hidup keluarga Bu Rubini memang terlihat sangat berat. Kemiskinan yang mendera keluarganya itu pun sudah turun-temurun.
“Kehidupan orang tua saya dulu juga miskin. Makanya saya juga tidak bisa sekolah.” katanya.
Mereka juga tidak punya lahan pertanian untuk diharap, terlebih lagi tinggalnya merupakan daerah gersang. Namun meski demikian, anak-anak Bu Rubini terbilang beruntung. Kegigihan kedua orangtuanya mampu mengantarkan mereka untuk duduk di bangku sekolahan, walau hanya sebatas tingkat SMP.
Kini, ketiga anak laki-lakinya bekerja serabutan. Sementara anak perempuannya bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik pembuatan wig di Kulonprogo.
Kini, ketiga anak laki-lakinya bekerja serabutan. Sementara anak perempuannya bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik pembuatan wig di Kulonprogo.
Oleh karenanya, acara operasi mata akibat katarak yang diselenggarakan oleh Yayasan Dharmais ini sangat berarti baginya. Sebab selama ini aktivitasnya sangat terhambat oleh pandangan matanya yang kabur. Ia berharap, setelah matanya dioperasi ia dapat lebih produktif lagi dalam bekerja.
“Alhamdulillah sanget Mas. Bisa mendapatkan bantuan operasi gratis. Kalau tidak begini ya saya tidak mungkin bisa operasi.” ujar Bu Rubini bersyukur.
Biaya operasi mata akibat katarak memang bervariasi. Yang paling murah mulai dari 6 jutaan, hingga yang paling mahal sampai 28-an juta. Namun jelas bagi Bu Rubini, biaya termurah pun akan sangat berat baginya. Sebab jangankan untuk beroperasi, untuk biaya hidup sehari-hari saja Bu Rubini masih harus berjuang dengan sangat keras.
Bu Rubini adalah satu di antara sekian banyak orang penderita katarak di Indonesia yang sangat bersyukur karena ada pihak-pihak yang mau membantunya. Sehingga pandangan mata mereka bisa kembali normal dan semakin menunjang kelancaran aktivitas sehari-hari.
Karena itu, keterlibatan berbagai pihak untuk turut meringankan beban masyarakat kurang mampu yang menderita katarak akan terus dibutuhkan.
Karena itu, keterlibatan berbagai pihak untuk turut meringankan beban masyarakat kurang mampu yang menderita katarak akan terus dibutuhkan.
Komitmen Yayasan Dharmais
Selama ini Yayasan Dharmais memang sangat berkomitmen dalam menyelenggarakan kegiatan sosial kemanusiaan.
Ketua Yayasan Dharmais, Bapak Indra (kiri) dan Ibu Titiek (tengah) |
Ketua Yayasan Dharmais Bapak Indra Kartasasmita dalam acara bakti sosial tersebut menjelaskan, kegiatan yang selama ini telah dilakukan oleh Dharmais mencakup berbagai bidang.
“Sejak didirikan pada tahun 75, yayasan Dhamais telah membantu pemerintah dalam bidang sosial dan kemanusiaan dengan bantuan peningkatan gizi dan kesehatan bagi penghuni panti asuhan, Pesantren Singkat Pelatihan Usaha Produktif (PSUP) untuk anak jalanan, remaja putus sekolah di Bogor, Kulonprogo, Magetan, dan Bondowoso, operasi bibir sumbing, operasi kornea bagi tuna netra, bantuan untuk penderita kusta dan Thallasaemia, melaksanakan perpustakaan kelilingm dan mendukung program Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA).” jelasnya.
Bapak Indra menambahkan, kegiatan-kegiatan sosial tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 1976 dan sampai Januari 2018 lalu total nilai bantuan yang telah diberikan oleh Yayasan Dharmais telah mencapai Rp1,073.941.571.505,-.
Ibu Titiek Soharto dan Ketua Yayasan Dharmais saat mengunjungi pasian [Foto: Wawan] |
Operasi mata akibat katarak merupakan salah satu program yang menjadi fokus perhatian yayasan Dharmais. Kegiatan tersebut kini dilaksanakan secara rutin setiap tahun. Pelaksanaan operasi mata akibat buta katarak telah dilaksanakan sejak tahun 1986 hingga sekarang dan telah melaksanakan operasi kepada kurang lebih 133 ribu penderita dengan biaya sebesar Rp37,1 miliar.
Dalam kesempatan yang sama, Ibu Siti Hediati Hariyanti (Titiek Soeharto) mewakili keluarga Alm. HM Soeharto sebagai pendiri yayasan mengatakan semua kegiatan yang telah dilakukan yayasan merupakan wujud kepedulian terhadap masyarakat Indonesia.
“Banyak hal besar yang telah dilakukan oleh Yayasan Dharmais. Salah satunya adalah membangun rumah sakit kanker Dharmais yang sekarang menjadi rujukan di seluruh Indonesia. Insya Allah yayasan ini terus memberikan darmabaktinya kepada masyarakat.” terangnya.
Ibu Titiek juga memberikan resep mengapa yayasan tersebut masih eksis hingga sekarang.
“Rahasianya adalah amanah dan tidak aneh-aneh. Kami berkomitmen untuk mengelola yayaasan ini secara transparan dan bertanggungjawab.” Pungkasnya.
Semoga program ini bisa tetap eksis n membantu masyarakat luas
ReplyDeleteAamin Mas Priyo. Saya yakin, komitmen pengurus yayasan yang begitu tinggi akan berdampak sangat siginifikan bagi perkembangan yayasan ini, sehingga terus bisa berkontribusi membantu masyarakat.
DeleteAduh mata sebelah kanan saya juga mulai ada kataraknya nih. Padahal saya baru mau berumur 20 tahun.
ReplyDeleteMasalah ekonomi memang jadi hambatan untuk kembali sehat.
Salut dengan Yayasan Dharmais bisa berkontribusi dalam membantu masyarakat kecil.
Semoga resep dari Ibu Titiek bisa terus dijaga dan Yayasan Dharmais bisa terus konsisten dalam membantu masyarakat miskin yang membutukan.
Kalau memungkinkan, segera diperiksakan saja Mas Nuhan. Biar tahu tindakan apa yang harus dilakukan.
DeleteYayasan Dharmais sudah dipercaya masyarakat selama lebih dari 40 tahun. Jadi insya allah Yayasan ini bakalan terus eksis karena telah terbukti mampu memegang amanah masyarakat dengan baik.
saya ingat dharmais ini pas ngenter temen dapet bantuan GNOTA awal 2010an
ReplyDeletebaru tau juga kalau mbak Titiek berperan di dalamnya
saya tahunya semacam beasiswa supersemar itu
yah baiklah acara semacam ini
semoga bisa diteruskan
Alm Pak Harto telah mendirikan cukup banyak yayasan Mas Ikrom. Beasiswa Supersemar itu juga merupakan salah satu program yayasan peninggalan Pak Harto. Yang kemudian sampai sekarang masih diurus oleh anak2nya.
Deletethank for Yayasan Dharmais... semoga makin kedepan pemerintah memberikan support penuh terhadap program2 kemanusiaan seperti ini
ReplyDeleteAamiin. Semoga demikian Mbak, dan tak hanya pemerintah semoga masyarakat dan swasta pun demikian.
DeleteYayasan yang positif dan membawa banyak manfaat ini harus didukung nich...
ReplyDeleteSukses selalu buat semua kegiatan sosial Yayasan Dharmais...
Betul Mas. Sebagai blogger, ini juga merupakan dukungan saya terhadap Yayasan Dharmais,yakni ikut memberitakan hal positif yang sudah dilakukan oleh Yayasan peninggalan Pak Harto ini.
Deleteperannya dalam membantu masyarakat yang membutuhkan, semoga sukses
ReplyDeleteAamiin. Semoga demikian ya, usaha yang baik pasti akan mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak dan jalan yang juga beragam.
DeleteMudah-mudahan operasi katarak Bu Rubini berjalan lancar dan pengelihatannya bisa kembali normal agar bisa membantu menambah penghasilan suaminya, dan saya juga berdoa semoga penderita katarak yang kurang mampu bisa mendapat bantuan operasi :)
ReplyDeleteAlhamdulillah acaranya kmren berjalan lancar Mbak.
DeleteHarapan yang sama dari semua pihak, terutama Yayasan Dharmais.
Smoga program2 seperti ini bisa terus di jalankan
ReplyDeletekarena memang banyak yang membutuhkan
Aamiin. Semoga begitu Mas Adi. Dan juga ini membutuhkan peran semua pihak untuk turut terlibat.
DeleteAduh telat ya infonya, orang tua saya juga kena katarak nih. Kalau tahu, pastinya saya ingin daftar. Semoga saja lain waktu masih ada kesempatan.
ReplyDeleteSaya juga malu jika diphoto ,tapi suka photo-photo orang :)
Nanti kalau ada info lagi saya kabarin Mas. Yayasan Dharmais rutin kok ngadainnya.
DeleteSemoga semakin banyak program sosial dari yayasan Dharmais yang dirasakan masyarakat.
ReplyDeleteAamiin. Selama 40an tahun belakangan ini sudah banyak sekali manfaat yang dirasakan masyarakat dari adanya Yayasan ini. Harapannya memang ke depan bisa lebih banyak masyarakat yang bisa merasakan manfaatnya. Tapi ini tentu juga membutuhkan resources yang besar, sehingga kmudian memerlukan keterlibatan berbagai pihak untuk turut membantu Mbak Nur.
Delete