Acara Muslim United yang digelar di Yogyakarta beberapa waktu lalu sepertinya berjalan meriah. Beberapa teman bercerita pada saya tentang macetnya jalan akibat adanya acara tersebut. Linimasa akun WhatsApp saya juga banyak berseliweran foto-foto yang menunjukkan kemeriahan acara. Ada yang sampai baper dan bla-bla-bla.
Saya tidak datang ke acara itu. Tapi saya Insya Allah Muslim atau setidaknya di KTP agama saya tertulis "Islam". Pada malam yang sama, saya mendatangi acara lain yang sebenarnya tidak terlalu penting-penting amat.
Entah mengapa, saya sama sekali tidak tertarik dengan acara itu. Padahal kalau dipikir-pikir, lokasinya sangat dekat dengan tempat tinggal saya. Masjid Kauman juga bukan masjid yang asing bagi saya, begitu juga dengan pengajian. Ada Ustadz Abdul Somad dan Ustad Oemar Mita serta Ustad Salim A Fillah yang dari beliau bertiga saya telah banyak mendapatkan ilmu.
Ah, ya! Saya menemukannya.
Jadi begini, meskipun acara itu diklaim sebagai ajang bersatunya umat Muslim, namun saya justru skeptis dengan jenis persatuan yang diusung panitia.
Singkatnya, saya tidak menemukan ke-united-an umat Muslim karena penceramah yang diundang dominan dari golongan tertentu. Bukan dari lintas golongan sebagaimana yang diam-diam saya harap dan asumsikan.
Aku malah tinggal di belakang masjid gede,lho.Tapi selama acara tersebut berlangsung, aku malah tak pernah sholat di situ.Tak kebagian tempat sholat, bro hehehe.... Selain itu ya memang galau kayak gerundelanmu ituuh.
ReplyDelete