2015 : Tahun Kebangkitan Ekonomi Indonesia - Jurnal Darul Azis

2015 : Tahun Kebangkitan Ekonomi Indonesia

2015 : Tahun Kebangkitan Ekonomi Indonesia


Oleh : Darul Azis*

      Melihat keberhasilan bangsa Indonesia melewati tahun 2014 -tahun yang dipenuhi dengan peristiwa politik dan seringkali membuat kepala memanas itu- membuat saya semakin optimis, bangsa Indonesia sudah mendekati masa kejayaannya. Keyakinan tersebut mulai muncul tatkala menyaksikan betapa besar dukungan masyarakat dari berbagai elemen terhadap Capres-cawapres pilihannya dalam pilpres lalu, dengan segenap totalitas dan sukarela. Menariknya, totalitas dukungan tersebut tidak lantas menjadikannya abai terhadap siapa pemimpin yang terpilih, terlihat betapa besar kesadaran bahwa siapa pun presiden dan wakil presiden yang terpilih, pada dasarnya adalah satu, untuk Indonesia, sehingga mendorong mereka untuk tetap mendukung presiden terpilih, meskipun bukan calon pilihannya di bilik suara.


       Tak berhenti sampai di situ, setelah presiden dan wakil presiden republik ini dilantik pun,  partispasi masyarakat seolah tak pernah surut, justru semakin membesar baik dalam kerangka mendukung program pemerintah atau sebagai masyarakat yang terus memberikan kritik dan saran, menyuarakan aspirasi kepada pemerintah. Jalan yang dipilih pun bermacam-macam, media paling populer adalah akun media sosial yang saat ini banyak digunakan masyarakat Indonesia.
       
      Diakui atau tidak, di abad 21 ini masyarakat Indonesia sudah semakin kritis, aktif, partisipatif dan cerdas. Hal ini terlihat dari kepedulian masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan, sikap tegas masyarakat terhadap terorisme dan korupsi misalnya. Bukti lain,  barangkali masih belum lekang dari ingatan kolektif kita, menyangkut keputusan pemerintah mengalihkan subsidi BBM ke sektor yang diyakini lebih produktif, penolakan memang tetap ada, tetapi tak sebesar dari sebelum-sebelumnya. Padahal keputusan ini diambil tak lama setelah presiden baru dilantik. Tak hanya itu, masyarakat Indonesia saat ini juga cepat sekali terpanggil rasa kemanusiaannya, terbukti saat terjadi bencana tanah longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah belum lama ini, bantuan dan perhatian publik tersedot dengan cepat ke sana.
     
      Berbekal contoh-contoh di atas, agaknya bukan suatu hal yang berlebihan jika suksesi kepemimpinan di tahun 2014 kita anggap sebagai momentum kebangkitan partisipasi publik terhadap cita-cita kemajuan bangsanya. Tingginya partisipasi publik ini tampaknya juga tak lepas dari sistem demokrasi yang telah kita reformasi sejak 16 tahun yang lalu, di mana kebebasan berserikat, bersuara, berpartisipasi dalam pemilu ataupun bertindak untuk kemajuan bangsa semakin terbuka lebar.
    
    Jika merujuk pada pendapat Arief Budiman (1982) yang mengenalkan empat bentuk negara berdasarkan netralitasnya, yakni pluralis, marxis, organis, dan korporatis, maka posisi negara kita saat ini sebagai negara pluralis, di mana negara dalam kedudukan tidaklah mandiri, karena memunyai sifat demokratis. Yaitu, menerima partisipasi dan usulan-usulan secara penuh dari kalangan masyarakat.Lalu apa sebenarnya yang membuat partisipasi masyarakat meningkat sedemikian drastis?
    
    Menurut Nyoman Sumaryadi (2010 : 45) tingginya tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah tergantung pada seberapa besar tercapainya harapan masyarakat akan terpenuhinya kebutuhan yang dapat dilihat melalui kinerja pemerintah. Selain itu hal ini tampaknya juga dipengaruhi oleh legitimasi sosiologis sebagaimana telah diungkapkan Suseno (1991), yang menjelaskan bahwa kepercayaan publik dipengaruhi oleh adanya keyakinan masyarakat terhadap pejabat penguasa berdasarkan legitimasi tradisional, karismatik, dan rasional-legal.
    
     Dari sini semakin jelaslah penyebabnya, yakni kemunculan sosok-sosok terpercaya ke hadapan publik, yang dianggap benar-benar mewakili dirinya (penampilan, kinerja, dan sikap), sehingga kemudian mereka benar-benar mempercayakan dukungan sepenuhnya dan menaruh harapan sebesar-besarnya. Agaknya kita juga perlu berterima kasih kepada media massa yang telah berhasil memunculkan tokoh-tokoh tersebut secara gamblang tanpa tedheng aling-aling. Ini semua tak lepas dari peran media massa.
     
      Kita telah meninggalkan tahun 2014 dan memulai lembaran baru di tahun 2015, tahun dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Agaknya kita perlu bersesolusi, jika tahun 2014 adalah tahun kebangkitan partisipasi publik, maka tahun 2015 idealnya dapat menjadi tahun kebangkitan ekonomi Indonesia dan menjadikannya raksasa perekonomian dunia. Kita perlu optimis untuk itu. Selamat datang tahun ekonomi.
 

Please write your comments