Mengantisipasi Perubahan Dalam Organisasi - Jurnal Darul Azis

Mengantisipasi Perubahan Dalam Organisasi

Mengantisipasi Perubahan Dalam Organisasi


Bagi seorang pemimpin organisasi, tuntutan untuk dapat mengantisipasi perubahan-perubahan dalam organsiasinya tak boleh luput dari perhatiannya. Apa pasal? Karena antisipasi ini dimaksudkan agar organisasi, berikut anggotanya, dapat menyesuikan diri dengan lingkungan yang sangat dinamis dan cepat berubah itu. Perubahan-perubahan dalam organsiasi ini dapat berwujud seperti misalnya, perkembangan teknologi, perubahan kondisi ekonomi dan politik, perubahan kualitas dan sikap anggota organisasi, semakin pentingnya tanggung jawab sosial organsasi, dan perubahan-perubahan lainnya. Perubahan tersebut merupakan tantangan yang harus dikelola agar dapat berjalan secara efektif dan tidak menganggu kinerja organisasi berikut anggota-anggota yang berada di dalamnya.

Banyak sekali faktor-faktor yang memengaruhi perubahan dan perkembangan suatu organsiasi, dan sebagian besar faktor-faktor tersebut berubah secara kontinyu. Faktor-faktor yang menimbulkan atau menyebabkan perubahan itu bisa berasal dari luar dan dari dalam organisasi. Dari luar organsiasi dapat meliputi kebudayaan, pendidikan, sosial, politik, teknologi, dan ekonomi. Sementara dari dalam organisasi dapat meliputi tujuan organisasi, teknologi, strategi, kebijaksanaan, dan kegiatan-kegiatan karyawan.

Terkait faktor-faktor yang memengaruhi perubahan dan perkembangan organisasi ini, dapat kita buat analogi sederhana dengan ilustrasi tubuh manusia. Manusia akan memberikan tanggapan terhadap rangsangan (stimulan) eksternal dalam lingkungannya seperti temperatur, cuaca, jadwal kerja, dan situasi lain yang mungkin muncul sehari-hari. Selain itu, manusia juga akan memberikan tanggapan terhadap rangsangan internal, seperti rasa lapar, rasa lelah, rasa pusing, rasa ngantuk, dan lain sebagainya.

Dua pendekatan penanganan perubahan

Ada dua pendekatan utama penanganan perubahan organisasi yang dapat digunakan pemimpin organsiasi. Pendekatan pertama adalah proses perubahan reaktif. Dalam pendekatan ini, pemimpin organisasi bereaksi atas tanda-tanda bahwa perubahan sangat dibutuhkan, atau perlu memodifikasi sedikit demi sedikit untuk menangani masalah-masalah tertentu yang sedang timbul. Pendekatan ini terhitung lebih murah dan sederhana, namun memerlukan kecakapan pemimpin organisasi dalam memecahkan masalah.

Contoh, ketika sebuah organisasi publik terus menerus mendapatkan komplain dari masyarakat, pemimpin organisasi tersebut harus segera mencari penyelesaiannya, misalnya dengan mengevaluasi kinerja bawahannya, sudahkah ada standar pelayanan, jika sudah apakah hal tersebut sudah diketahui bawahan, jika sudah diketahui bagaimana pelaksanaannya. Tindakan dari pemimpin organisasi itulah kemudian yang kita sebut sebagai reaksi atas permasalahan yang terjadi.

Pendekatan kedua adalah dengan mengembangkan suatu program perubahan yang direncanakan, atau biasa disebut sebagai proses perubahan proaktif. Perubahan yang direncanakan ini memiliki ruang lingkup yang lebih luas dan besar dibanding perubahan reaktif karena pendekatan ini mengantisipasi perubahan dalam lingkungan dan internal; melibatkan keterikatan waktu dan sumber daya yang lebih besar; memerlukan keteramplan dan pengetahuan yang lebih untuk keberhasilan implementasinya, dan dapat menimbulkan masalah-masalah yang lebih besar jika implementasinya gagal. Karena kompleksitas dan kecepatan perubahan yang terjadi itulah, pemimpin organisasi harus memahami pentingnya perencanaan perubahan organisasi. 

Kombinasi Pendekatan

Menurut hemat saya, sebenarnya pemimpin organisasi dapat mengombinasikan dua pendekatan di atas secara bersamaan.  Kombinasi ini diperlukan mengingat bahwa pada dasarnya permasalahan yang muncul dalam sebuah organisasi, baik dari dalam maupun dari luar, besar atau kecil, tetap memerlukan reaksi dan perencanaan penyelesaian. Reaksi dalam hal ini dapat kita sebut sebagai upaya penanggulangan atau penanganan masalah, sementara perencanaan perubahan dapat kita posisikan sebagai pencegahan. Dengan mengombinasikan kedua pendekatan ini, baik pemimpin, anggota, maupun organisasi dapat lebih antisipatif terhadap perubahan-perubahan maupun permasalahan dalam organisasi.Demikian, semoga hal tersebut segera menjadi perhatian kita.


Sumber bacaan : Handoko, T Hani, 1984. Manajemen. BPFE : Yogyakarta.

Please write your comments