Upacara Adat Kupatan Jalasutra, Ucapan Terima Kasih Kepada Sunan Gesang - Jurnal Darul Azis

Upacara Adat Kupatan Jalasutra, Ucapan Terima Kasih Kepada Sunan Gesang

Upacara Adat Kupatan Jalasutra, Ucapan Terima Kasih Kepada Sunan Gesang


Foto oleh kec-piyungan.bantulkab.go.id

Dusun Jalasutra berada di perbatasan Kabupaten Bantul dan Gunungkidul, tepat di bawah bukit bintang Piyungan, Jalan Jogja-Wonosari. Namun secara administratif dusun ini termasuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Bantul. Tidak banyak orang tahu, khususnya yang bukan penduduk asli Jogja bahwa ada dusun yang memiliki kekayaan budaya berada di sini
.
Di dusun inilah terdapat upacara adat Kupatan Jalasutra. Upacara ini biasa dilaksanakan pada hari Senin Legi, Bulan Sapar antara tanggal 10-15 menjelang bulan purnama jam 14.00-16.00 di Makam Sunan Geseng. Menurut legenda rakyat setempat, pada waktu permaisuri Pangeran Sedo Krapyak atau Mas Jalang mengandung, beliau mengidamkan ikan yang  bersisik emas atau dikenal dengan nama wader neng sisik kencana, oleh karena sulitnya mencari ikan tersebut lalu diadakanlah sayembara.

Ada seseorang yang menyanggupi mengikuti sayembara itu, yaitu Sunan Geseng. Sunan Geseng mengajukan syarat agar disediakan benang sutera untuk digunakan sebagai jala, karena ikan tersebut hanya bisa ditangkap dengan jala yang terbuat dari benang sutera. Akhirnya, sayembara itu dimenangkan oleh Sunan Geseng dan tempat untuk membuat jala itu kemudian diberi nama Jalasutra.

Sebagai tanda terima kasih atas jasa Sunan Geseng, ia diangkat menjadi sesepuh kerajaan dan diminta tinggal di kerajaan. Akan tetapi Sunan Geseng menolaknya, ia memilih tetap tinggal di Jalasutra. Di Jalasutra ia semakin berpengaruh dan segala macam kegiatan warga selalu meminta pertimbangannya. Sejak jaman Sunan Geseng masih hidup, masyarakat Jalasutra pada setiap tahunnya melaksanakan upacara Rasulan setiap habis panen padi.

Pada saat upacara Rasulan berlangsung banyak tamu yang datang bahkan juga termasuk dari Kraton. Untuk menjamu tamu dari Kraton, dalam setiap upacara selalu dihidangkan makanan yang bukan termasuk sesaji yaitu berupa ketupat berikut lauk pauknya.  Namun tidak seperti ketupat pada umumnya, ketupat Jalasutra dibungkus dengan daun gebang dan ukurannya lebih besar  yaitu 15 x 15 cm sampai 35 x 35 cm. Sedangkan cara mengolahnya berbeda dengan ketupat biasa sehingga rasanya juga berbeda, lauk-pauknya pun berupa Gudheg Manggar.  Ketupat Rasulan ini menjadi hidangan khas upacara Rasulan di Jalasutra sampai sekarang.

Maksud dan tujuan dari upacara Kupatan Jalasutra ini adalah sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan karunianya sehingga hasil pertaniannya bisa berhasil dengan baik, di samping itu juga memohon berjah agar hasil pertanian yang akan datang bisa lebih baik lagi dari tahun sebelumnya. Selain itu juga mendoakan kepada Nabi Muhammad SAW dan para leluhur termasuk Sunan Geseng agar selalu diberi rahmat dan berkah.

Peralatan yang harus ada dalam upacara adat Jalasutra adalah sesaji. Sesaji merupakan salah satu unsur yang harus ada dalam pelaksanaan upacara tradisional. Adapun sesaji dalam upacara Jalasutra di antaranya bunga rasulan, bunga telon, kemenyan, nasi ambeng, nasi gurih, ingkung, jajan pasar, hasil palawija, rengginang, puthu kering, ketan enthen-enthen, ketupat, dan Jodhang (tempat sesaji kenduri).

Prosesi upacara dimulai setelah shalat dzuhur, jodhang-jodhang yang berisi sesaji kenduri dari 6 padukuhan di wilayah dusun Jalasutra dibawa berkumpul di lapangan Jalasutra. Setelah segala sesuatunya telah siap, kemudian secara bersama-sama jodhang-jodhang tersebut dibawa menuju tempat upacara di makan Sunan Geseng. Arak-arakan jodhang menuju tempat upacara diikuti oleh warga dan diiringi dengan kesenian rakyat jathilan. Selanjutnya, jodhang-jodhang tersebut ditata dengan rapi.

Pukul 14.00 WIB acara dilanjutkan dengan beberapa sambutan dari Kepala Desa Srimulyo dan Camat Piyungan. Acara inti diawali dengan pemcanaan ikrar yang diucapkan oleh juru kunci makam Sunan Geseng. Isi ikrar tersebut merupakan ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada  Tuhan atas segala rahmat yang telah dilimpahkan sehingga masyarakat bisa memetik hasil pertanian dengan baik, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Kaum. Setelah selesai, acara dilanjutkan dengan makan  bersama dari sesaji kenduri yang telah disediakan berupa nasi ameng, nasi gurih, beserta lauk pauknya serta hasil palawija, jajan pasar, rengginang, dan enten-enten.
Please write your comments