Surat (Bantuan) Jawaban Buat Mbak Dian Sastro Idolaku - Jurnal Darul Azis

Surat (Bantuan) Jawaban Buat Mbak Dian Sastro Idolaku

Surat (Bantuan) Jawaban Buat Mbak Dian Sastro Idolaku

Foto via TagMention

Mbak Dian Sastro Idolaku, 

Perkenalkan Mbak, saya adalah penggemarmu yang sampai saat menulis surat ini merasa sudah tak sabar lagi menantikan datangnya tanggal 28 April 2016. Ya.. untuk apa lagi kalau bukan biar bisa segera melihat Mbak di layar bioskop. Demi nonton Mbak, saya sampai bela-belain nabung loh Mbak, dan rela dua kali sehari makan nasi telor di burjoan. Bayangkan Mbak, saya rela berisiko bisulan dan alergi karena kelebihan protein; dan itu semua saya lakukan semata-mata hanya demi Mbak. Mungkin,  apa yang saya lakukan itu sudah sangat biasa bagi Mbak. Karena saya yakin Mbak punya jutaan penggemar fanatik dan militan melebihi saya. Tapi tak apalah, saya tetap rela kok mendaku sebagai penggemarnya Mbak, walaupun misalnya pahit-pahitnya Mbak tak pernah mengakui saya. :(

Mbak Dian Sastro yang masih cantik jelita walaupun sudah punya anak dua,

Sejak dulu, sebagai penggemar garis keras, saya selalu mengikuti semua berita yang menyangkut nama Mbak. Terlebih setelah mini drama AADC versi line bikin geger jagat dunia maya dan menjelang rilisnya film AADC versi dua (eh tiga, eh.. dua apa tiga sih Mbak nyebutnya?),  saya makin gencar berburu berita tentang Mbak.

Terakhir saya membaca berita tentang Mbak tadi malam. Itu loh, yang dikutip Kompas dot kom waktu Mbak ngomentarin aksi #Dipasungsemen yang dilakukan 9 Srikandi dari Rembang di depan istana negara. Ketika saya menulis ini, berita tersebut sudah masuk dalam lima jajaran berita terpopuler di website Kompas dot kom dan telah dibaca sebanyak 4.036 kali. Ini jelas bukan sesuatu yang mengherankan, sebab Mbak tahu sendirilah pengaruh Mbak di negara ini. Apa kata Mbak, sudah barang tentu akan selalu menarik perhatian publik.  

Dari berita tersebut saya menyimpulkan tiga hal. Pertama, Mbak mempertanyakan apakah polemik itu terlalu politis bagi laki-laki, sehingga yang bicara justru perempuan? Begitu kan Mbak? CMIIW.

Kedua, Mbak menghendaki agar ibu-ibu itu lepas sajalah dari urusan politik dan kembali lagi ke urusan domestik. 

Dan yang ketiga, Mbak mempertanyakan sebenarnya ada problem apa sih di pendirian pabrik semen di Pati, dan kenapa bapak-bapaknya nggak ikut?

Mbak Dian Sastro Indraguna yang saya kagumi walau tak pernah balik mengagumi saya,

Saya yang baik ini akan membantu menjawab pertanyaan Mbak tentang aksi Kartini Kendeng itu, karena saya yakin mereka nggak bakalan sempat atau bahkan mau menjawab pertanyaan Mbak, kecuali kalau Mbak masih jadi anak pers kayak dulu waktu di film AADC 1.

Mbak, sebenarnya Mbak tidak sendiri kok. Beberapa hari yang lewat saya juga mempertanyakan hal itu. Bedanya mungkin, saya ini orangnya selo banget sehingga masih sempat untuk kemudian mencari tahu. Sedangkan Mbak, karena sedang sibuk mempersiapkan film baru yang tentang Kartini itu, Mbak jadi tak sempat mencari tahu. Lagipula, saya yakin juga mbak sudah terlampau lelah mencari kabar Rangga yang menghilang belasan tahun lamanya.

Jadi, sebagai wujud bakti seorang penggemar kepada idolanya, berikut inilah persembahan bantuan jawaban dari saya. Tolong dibaca dengan baik ya Mbak, jangan lupa senyum biar tambah manis. Nah gitu, sip. :)
 
Pertama soal apakah polemik ini terlalu politis bagi laki-laki sehingga yang bicara kok  justru kaum perempuan. Jawaban dari saya, ini ‘hanya’ soal momentum kok Mbak. Sekarang kan bulan April, bulannya Kartini. Bulannya kaum perempuan. Itulah juga sebabnya mereka menamakan diri sebagai Kartini Kendeng.
Dan saya rasa mereka juga sangat pantas menamakan diri sebagai Kartini Kendeng, karena toh mereka juga sama-sama sedang memperjuangkan sesuatu. 

Sebagai calon pemeran sosok Kartini, Mbak pasti tahu  Kartini dulu berjuang keras melawan budaya feodal bangsanya sendiri. Dan mereka, Kartini Kendeng itu sedang berjuang melawan 'budaya jual tanah kepada pemodal’ yang sering dilakukan oleh anak bangsa ini, oleh negara juga ding.

Maka, Mbak tak perlu heran kalau yang bicara justru kaum perempuan. Tapi sebenarnya bukan hanya itu alasannya. Alasan terkuat ada pada jawaban ketiga. Dan sebenarnya lagi nih ya Mbak, mereka berjuang seperti itu bukan hanya bulan April ini saja kok. Mereka  berjuang keras menolak pendirian pabrik semen sudah dalam hitungan tahun lamanya. Wis ket mbiyen.

Kedua, soal kehendak Mbak agar mereka kembali ke urusan domestik. Mbak, plis, cukuplah dengan kecantikan saja Mbak membuat saya gemas. Jangan dengan yang lain-lain macam kehendak Mbak yang satu ini. 

Justru mereka sampai seperti itu, karena sedang memperjuangkan urusan domestik. Urusan dapur, urusan perut anak dan suami mereka. Bayangno to Mbak, sumber penghasilan mereka itu ya cuma dari bertani, lha kalau sumber penghasilannya sedang terancam tentu periuk di dapur mereka juga terancam. Uang belanja untuk membeli sabun mandi dan sampo juga begitu.

Bagaimana mungkin mereka bisa melayani suami dengan baik, kalau anggaran untuk beli sampo dan sabun terancam? Mbak pasti tahu maksud saya.

Urusan dapur, sumur, dan kasur itu kompleks banget loh Mbak. Tanpa semen, bisa saja kita membuat rumah dari kayu dan bambu, tapi tanpa padi, sabun, dan sampo, rumah megah dan kokoh karena semen kwalitet nomor 1 sekalipun, akan nggak ada gunanya. Ambyar.

Tapi saya tetap berhusnudzan, Mbak bisa berkata seperti itu cuma karena pengaruh puisi-puisinya Rangga. Lha kok? Iya, itu loh diksi politik dan domestik kan rimanya sama. 

Semoga saja prasangka saya ini benar ya Mbak. Aamiin.

Terakhir, menjawab pertanyaan Mbak yang ketiga, tentang ada apa dengan pendirian pabrik semen di Pati dan kenapa bapak-bapaknya nggak ikut?

Waktu saya mencari-cari tahu kemarin, saya mendapatkan jawaban sederhana kenapa justru kaum perempuan yang beraksi. Saya mencari dari sumbernya langsung loh Mbak, ehm maksudnya dari ucapan mereka langsung. Ya..saya nonton di videonya ANTARA, jadi soal keberimbangan berita tak perlu diragukan lagi.

Jadi, selain karena momentum dan urusan domestik yang terancam, mereka rela beraksi seperti itu karena mereka takut kalau para laki-laki yang bergerak nanti malah emosian. Sebagai perempuan cantik dan meneduhkan, Mbak pasti pahamlah soal ini. Perempuan itu kan lebih sabaran Mbak, lebih tenang, dan bisa menahan diri untuk tidak melakukan kontak fisik atau berlaku rusuh. Karena biar bagaimanapun Jakarta itu panas Mbak. 

Cuma itu loh Mbak alasannya, bukan yang lain-lain dan macam-macam. Mbak juga musti ingat, mereka itu orang desa, jadi sudah barang tentu pikirannya lebih jernih, antisipatif, dan sederhana. Nggak neko-neko. Jadi Mbak nggak perlu bingung dan bertanya-tanya.

Akhirnya Mbak, saya berharap semoga ini bisa menjawab rasa penasaran Mbak tentang Ada Apa Dengan Pendirian Pabrik Semen di Pati(?). Sebagaimana film AADC 2 kelak yang mampu menjawab rasa penasaran kami tentang Ada Apa Dengan Cinta(?).

Ya sudah, karena sepertinya pertanyaan Mbak sudah saya jawab semua, saya tak pamit ke kamar mandi dulu. Karena jujur, ternyata nulis surat buat Mbak sungguh membuat saya harus segera keramas.

Terimakasih atas perhatiannya. Salam sayang dariku, penggemarmu.
                                                                                Jogja, 11 hari menjelang rilisnya film AADC 2, 2016
Please write your comments