 |
| #MaafUntukMantan/Okezone |
Dear Mantan
Sebenarnya kamu nggak perlu repot-repot nyari foto-foto lawasmu lalu menyejajarkannya dengan fotomu yang sekarang, plus membubuhkan tulisan permintaan maaf padaku. Karena ketahuilah, tanpa kamu minta maaf pun, aku sudah memafkanmu sejak dulu.
Lagi pula aku tidak sepenting itu keles, jadi kamu nggak perlu sampai segitunya minta maafnya. Atau kamu pikir aku ini nggak tahu bagaimana perkembangnmu sekarang? Hello...ini jaman sudah canggih, Tan. Di jaman media sosial yang aku bisa menyamar jadi orang lain cukup dengan satu kali pendaftaran akun, aku sudah bisa memantau aktipitasmu selama 1x 24 jam non stop.
Bahkan kalaupun misalnya kamu jarang ngunggah foto-foto terbarumu di media sosial yang bisa kukepoin itu, aku masih bisa menerapkan cara tradisional-manual-irit sinyal, yaitu dengan meminta tolong ke temen-temenku yang juga temen-temenmu. Ya, semua itu tentu aku lakukan untuk sekadar tahu perkembanganmu setelah putus denganku.
Intinya Tan, sebagai mantan yang tetap sayang, baik, perhatian, dan senang menjalin silaturahmi, aku tetap akan memantaumu sepanjang waktu. Karena aku punya keyakinan, mantan yang jahat dan tahu diri adalah mantan yang tak pernah ngepoin mantannya. Dan aku bukanlah tipe mantan yang seperti.
Sambil sesekali kemudian, tanpa sepengetahuan siapa-siapa kecuali Tuhan, aku masih menangisi akhir cerita cinta kita yang harus kandas itu.
Sebenarnya kamu nggak perlu repot-repot nyari foto-foto lawasmu lalu menyejajarkannya dengan fotomu yang sekarang, plus membubuhkan tulisan permintaan maaf padaku. Karena ketahuilah, tanpa kamu minta maaf pun, aku sudah memafkanmu sejak dulu.
Lagi pula aku tidak sepenting itu keles, jadi kamu nggak perlu sampai segitunya minta maafnya. Atau kamu pikir aku ini nggak tahu bagaimana perkembangnmu sekarang? Hello...ini jaman sudah canggih, Tan. Di jaman media sosial yang aku bisa menyamar jadi orang lain cukup dengan satu kali pendaftaran akun, aku sudah bisa memantau aktipitasmu selama 1x 24 jam non stop.
Bahkan kalaupun misalnya kamu jarang ngunggah foto-foto terbarumu di media sosial yang bisa kukepoin itu, aku masih bisa menerapkan cara tradisional-manual-irit sinyal, yaitu dengan meminta tolong ke temen-temenku yang juga temen-temenmu. Ya, semua itu tentu aku lakukan untuk sekadar tahu perkembanganmu setelah putus denganku.
Intinya Tan, sebagai mantan yang tetap sayang, baik, perhatian, dan senang menjalin silaturahmi, aku tetap akan memantaumu sepanjang waktu. Karena aku punya keyakinan, mantan yang jahat dan tahu diri adalah mantan yang tak pernah ngepoin mantannya. Dan aku bukanlah tipe mantan yang seperti.
Sambil sesekali kemudian, tanpa sepengetahuan siapa-siapa kecuali Tuhan, aku masih menangisi akhir cerita cinta kita yang harus kandas itu.
Tapi begitu aku sadar, bahwa penyesalan di akhir tiada gunanya, aku lantas berhenti menangisi putusnya hubungan kita. Aku tak mau menyesal di belakang. Aku maunya menyesal di depan saja. Ya, menyesali kenapa dulu kita pake pacaran segala. Karena kalau tidak pacaran kan, pasti aku nggak bakalan semenyesal ini. Menyesal karena udah putuslah, menyesal karena kamu kelihatan lebih cantiklah, menyesal karena kamu sekarang lebih sukseslah dan penyesalan-penyesalan lain yang sungguh membuatku semakin menyesal. #Halahapaansih
Ya sudah Tan..sekali lagi kamu nggak perlulah mamerin kecantikan atau kesuksesanmu yang sekarang. Mbok ya kasihan sama aku.
Atau jangan-jangan kamu sebenarnya pengen balikan sama aku? Tapi karena kamunya gengsi makanya kamu bikin yang kayak begitu? Ngaku Tan, ngaku. =P
