Wahai Teman Masa Kecilku, Aku Merindukanmu - Jurnal Darul Azis

Wahai Teman Masa Kecilku, Aku Merindukanmu

Wahai Teman Masa Kecilku, Aku Merindukanmu

Roda waktu terus berputar, menggilas jalan usia kita dengan begitu pongahnya. Karenanya, kini kita telah menjelma sesosok manusia dewasa. Manusia yang sudah berhasil melewati berbagai pengalaman hidup berikut permasalahannya.

Wahai kalian teman masa kecilku, ingatan itu sungguh masih lekat di dalam benakku, bahkan tak jarang ia hadir menghiasi tidur malamku. Saat-saat ketika kita bermain dan tertawa bersama, masih begitu jelas terlihat di depan mata, terutama ketika aku sedang dirundung berbagai peliknya urusan dunia.

(Ah, ternyata tak mudah manusia dewasa, walau dulu kita sangat mendambakannya)

Menjadi dewasa (dan tua?) itu sama sekali tak menyenangkan. Dulu, semua bisa kita jadikan mainan; bisa kita jadikan bahan tertawaan; dan semua terasa sangat menyenangkan. Riak-riak masalah di masa kecil kita memang ada, tapi itu hanyalah sementara saja. Karena setelahnya kita akan kembali menjadi anak-anak yang rukun, bergembira, tanpa pernah menaruh rasa curiga.

Oh iya, bagaimana kabar kalian? Semoga baik-baik saja ya. Itulah harapanku selalu. Sebab jika rasa rindu itu datang, tak ada hal lain yang bisa kulakukan selain mendoakan untuk kebaikan kalian.

Sebenarnya sering kali terlintas dalam pikiranku untuk menghubungi kalian satu per satu,  ya..untuk sekadar bertanya kabar atau menyapa. Tapi ah.. entahlah. Di zaman yang sudah sedemikian canggih ini, tak tahu kenapa rasa sungkan justru semakin membesar, melebihi kesadaranku bahwa sebenarnya menyapa itu tak pernah ada salahnya. Menyisihkan waktu untuk bertemu juga bukanlah sesuatu hal yang sia-sia. Karena dulu kita adalah teman. Maka sampai sekarang pun masih demikian. Meski kita sudah hidup dengan banyak sekali perubahan-perubahan.

Lalu rasa sungkan itu terus-menerus menguasai perasaan. Takut mengganggu, takut tak dibalas, dan takut dilupakan, menjadi racun yang semakin menumpuk dalam angan-angan. 

Wahai teman masa kecilku, sedemikian jahatnya kah menjadi manusia dewasa (dan tua) itu?

Keceriaan masa kecil/Jadiberita.com

Sementara aku, tetap tak bisa membohongi diriku sendiri. Jauh di lubuk hatiku yang terdalam, aku sangat merindukan kalian. Dan satu-satunya obat rindu adalah bertemu. Atau jika itu masih juga tidak memungkinkan... ya sekadar menyapa.

Dan lagi-lagi, rasa sungkan benar-benar sulit untuk kuhilangkan. Apakah hal yang sama juga menimpa kalian?

Karena itu wahai teman masa kecilku, maafkanlah prasangkaku yang terlalu buruk ini. Menambah seribu satu alasan untuk terus diam dalam kerinduan.

Lantas aku menjadikan kesibukanku dan kesibukanmu sebagai setepat-tepat alasan. Hingga akhirnya kita jadi semakin saling melupakan dengan alasan sudah mempunyai kehidupan masing-masing; kita sudah dewasa dan menua.

 Ah, apa memang sebegitu egoisnya kah kehidupan masa dewasa  (dan tua?) itu?

Sungguh tidak! Aku tidak percaya itu. Aku yakin, kita pasti masih punya kesempatan untuk kembali bertemu. Seiring usia yang terus berjalan menuju senja dan seiring gelora rindu yang terus membuncah di dada. 

Tapi....kapan masa itu akan datang menghampiri kita? Kapan kita bisa bermain bersama lagi? 

Kapan kita bisa kembali bercanda dan tertawa bersama? Ya, walaupun tentu dengan kondisi yang sudah sangat berbeda.


Please write your comments