Setelah Irman Gusman Tertangkap Tangan, Apa Pelajaran yang Kita Dapatkan? - Jurnal Darul Azis

Setelah Irman Gusman Tertangkap Tangan, Apa Pelajaran yang Kita Dapatkan?

Setelah Irman Gusman Tertangkap Tangan, Apa Pelajaran yang Kita Dapatkan?

Irman Gusman Korupsi
Kedit gambar oleh http://kabarpolitik.com

Jumat malam itu ia tertangkap di kediamannya. Uang seratus juta rupiah dalam bungkusan menjadi bukti yang tak terelakkan. Ia diduga menerima suap dari seorang pengusaha untuk penambahan kuota gula impor di daerah yang diwakilinya.

Selama ini ia dikenal sebagai seorang negarawan. Lembut, berwibawa, dan santun menjadi ciri khas sosoknya. Ia juga dikenal sebagai tokoh antikorupsi. Bahkan pernah menjadi yang terdepan meneriakkan hukuman mati. Maka tak heran, jika banyak yang menyayangkan atau bahkan tidak mempercayai bahwa ia terlibat kasus korupsi.

Tapi sampai sejauh ini kita belum tahu kebenarannya, sampai penyidikan dan pengadilan berhasil membuktikannya. Kita hanya bisa menduga-duga dan mengikuti perkembangannya melalui pemberitaan media massa dan komentar warga. Hanya saja, setelah ia tertangkap tangan kita telah mendapatkan beberapa pelajaran. Apa sajakah pelajaran-pelajaran itu? Mari anak-anak, kita pelajari bersama-sama.
  
1. Menerima Tamu Malam-malam Itu Tidak Baik

Anak-anak, perlu kalian ketahui bahwa menerima tamu itu ada batas waktunya. Terlebih lagi jika kalian adalah pejabat negara. Kalian punya privasi dan hak untuk keluarga. Kalian punya hak untuk beristirahat setelah berhari-hari bekerja untuk rakyat dan bangsa.

Maka dari itu, jika ada tamu yang akan datang malam-malam ke rumahmu, maka jangan engkau terima ia. Ingat kata ibu kos dan pak RT, jam kunjung tamu maksimal pukul 21. Lebih dari itu, kamu berhak menolaknya.

Karena setiap yang datang tidak pada waktunya itu sangatlah berbahaya. Dan tercela.

 
2. Kebanyakan Mengonsumsi Gula Itu Bisa Bikin Diabetes

Hati-hati ya nak. Lihat itu kakek, nenek, paman, atau bibimu yang kini tidak bisa makan nasi. Penyakit diabetes yang dideritanya membuatnya sengsara. Tak bisa mereka terkena goresan luka. Tak bisa pula mereka menikmati yang manis-manis karena tubuhnya tak lagi kuasa menerima gula-gula. Mereka seperti itu, karena terlalu banyak mengonsumsi gula, nak. Dan mereka tidak sendiri. Ada banyak orang di negeri ini yang gandrung sekali dengan gula. Maka akibatnya, karena permintaan terhadap gula semakin banyak, harganya pun terus merangkak naik. Harga yang tinggi kemudian dijadikan alasan untuk mengimpor gula dari luar negeri. Agar harganya stabil, katanya.

3. Cintailah Gula Lokal

Pelajaran selanjutnya anak-anak, yaitu soal mencintai produk dalam negeri. Kita punya tanah, perkebunan tebu, dan petani sendiri. Dari mereka, gula-gula yang manis itu bisa kita nikmati. Gula-gula yang kuning langsat dan menguarkan aroma nan memikat.

Karena itu, jika pada suatu hari datang padamu gula dari luar negeri, sebaiknya tidak usah kamu beli. Tetap belilah gula dalam negeri.  Tapi kamu juga harus ingat, jangan banyak-banyak mengonsumsi gula. Kamu boleh mencintai gula, tapi jangan terlalu banyak mengonsumsinya.

Bingung ya anak-anak? 

Tuh kan, masa' gitu aja bingung. Kebanyakan mengonsumsi gula sih!

4. Suap Uang Itu Tak Jauh Lebih Enak Dari Suap Nasi Dari Orang yang Dicintai

Anak-anak, jika pada suatu hari ada orang yang menyuapimu dengan uang, kalian jangan mau. Sebab uang tidak akan bisa membuat kalian kenyang. Yang bisa membuat kalian kenyang hanyalah nasi. Terlebih lagi masakan Padang. 

5. Nilai Uang Itu Tidak Berdasarkan Angkanya, Melainkan Berdasarkan Siapa yang Memegangnya

Bagi kalian, barangkali uang seratus juta itu besar sekali. Iya ‘kan anak-anak? Kalau buat beli kerupuk, mungkin bisa dapat bertruk-truk. Kalau buat beli mobil-mobilan, bisa dapet satu mobil itu.
Tapi berbeda bagi orang-orang kaya anak-anak, terlebih lagi para pejabat negara. Bagi mereka, uang seratus juta itu sangat kecil nilainya. 


6. Lagi-lagi Ahok Diuntungkan

Tokoh yang kita bicarakan saat ini sedang dalam proses penyidikan. Tapi anak-anak, kalian perlu tahu bahwa ternyata ada orang yang diuntungkan dari kasus ini. Siapa dia?

Ahok namanya. Ia adalah Gubernur DKI Jakarta, ibukota negara kita 

Soal ini awalnya Bapak juga tak habis pikir. Tapi demikianlah yang terjadi kini. Bahwa di masyarakat kita muncul opini umum lagi : orang-orang santun, berwibawa, dan lembut itu cenderung korup dan lebih berbahaya. Setelah tokoh yang kita bicarakan ini tertangkap tangan, banyak orang yang kemudian berlari kepada Ahok sebagai perbandingan. Ahok yang suka teriak-teriak dan memaki. Ahok yang gaya bicaranya keras dan galak. Ahok yang blak-blakan dan ketus. Ahok yang di mata publik terkesan sebagai sosok pemimpin bersih dari korupsi.

Tapi anak-anak, kalian jangan terjebak dengan anggapan seperti itu. Orang yang santun itu pasti korup, belum tentu. Pun demikian dengan orang yang keras dan galak, belum tentu juga ia benar-benar bersih.

Kalian tetap bisa menjadi orang yang santun dan jujur secara bersamaan. Kalian juga tetap bisa menjadi orang yang galak dan blak-blakan dan terus mennyuarakan kebenaran dan kejujuran. Kalian tetap bisa menjadi diri kalian sendiri dengan segenap kebaikan yang menyertainya. Karena korupsi bukan soal penampilan dan pembawaan diri.

Korupsi itu soal niat, kesempatan, kewenangan, dan juga jebakan.

Demikian anak-anak pelajaran kita hari ini. 

Anak-anak.....!!!
Anak-anak.....!!!
Anak-anak.....!!!

Kok malah pada tidur...hadeh!!!


Please write your comments