Yang Berbahaya Adalah Laki-laki - Jurnal Darul Azis

Yang Berbahaya Adalah Laki-laki

Yang Berbahaya Adalah Laki-laki

Nabi Adam dan Hawa
Ilustrasi via luni.dvrlists.com
Tak ada yang lebih membahayakan di dunia ini selain laki-laki yang pandai bercerita. Aku sudah mengatakan ini berkali-kali padamu. Namun memang dasar kau keras kepala, berkali-kali pula kaumenyangkalnya. Kauberdalih karena kesepianmu, kebosananmu, dan kefanaanmu. Sebab bagimu, setiap cerita yang keluar dari mulut laki-laki adalah sabda keabadian. 

Memang dasar kau keras kepala, bukanya percaya, kau malah mendongengiku kisah Adam dan Hawa yang menurutmu telah dibelokkan sejarahnya, entah oleh siapa. Katamu, membela Hawa, sebenarnya ia tak pernah membujuk Adam untuk memetik buah khuldi. Ia menyadari segala tipu daya iblis, maka ia tak melakukan apa pun sebagaimana dibisikkan makhluk terkutuk itu.  

Hawa, katamu lagi, cuma meminta Adam berkisah tentang apa pun yang ia ketahui tentang surga. Karena hanya dengan mendengarkan cerita-cerita itu, kebosanannya tinggal di surga –yang hanya dipenuhi kenikmatan itu- perlahan akan sirna. Bosan tinggal di surga tentu akan berujung pada meninggalkan Adam, bukan? Sementara bagi Adam, karena tak ingin mengulang sejarah kelamnya terkungkung kesepian di surga, ia tak akan membiarkan itu semua terjadi. Dari hari ke hari, ia terus-menerus bercerita hingga menjadikannya pencerita ulung. 

Adam tetaplah Adam, katamu. Semua yang diketahui Adam pada akhirnya akan habis untuk diceritakan. Lalu dirangkai-rangkainya cerita yang lain, namun sayang, cerita-cerita fiksi itu sama sekali tak membuat Hawa tertarik, malah membuatnya semakin muak dan ingin segera pergi meninggalkan surga tanpa diikuti Adam

Tak ada yang lebih menakutkan bagi laki-laki, selain ditinggal pergi perempuan yang dipujanya, kauberkisah lagi. Tanpa sepengetahuan Hawa, Adam memetik buah Khuldi. Padahal ia tahu benar, dan juga telah berjanji, untuk tidak sama sekali menyentuh, apalagi sampai memetik dan memakan buah terlarang itu, karena itu sama artinya dengan berusaha merebut kekuatan Tuhan, Sang Maha Pengarang Cerita. Namun demikianlah Adam punya takdir, ia menghendaki keabadian bersama perempuan yang dipujanya, dimakannya buah khuldi itu cepat-cepat tanpa sepengetahuan Hawa.

“Kau tahu bagaimana perasaan Hawa ketika tahu bahwa Adam nekat memakan buah Khuldi?” tanyamu.

Aku diam. Itu pertanyaan bodoh dan tak mungkin kujawab, pikirku.

Hawa murka kepada Adam. Namun sebagai perempuan, ia tak mampu berbuat apa-apa. Hawa hanya dapat menahan kemurkaannya di dalam dada. Saat itulah, Tuhan berfirman  :
“Sesungguhnya, sebaik apa pun cerita yang keluar dari mulut laki-laki untuk perempuan yang dipujanya, tak sedikit pun Aku tutupi mata batin perempuan hingga ia tahu cerita yang sebenarnya. Maka berhati-hatilah kamu sekalian wahai perempuan!”

Sejak saat itu, Adam memang semakin mahir bercerita. Menjadi selayak pengumbar kata-kata.

Tapi sejak saat itu pula, Hawa menjadi perempuan paling tabah atas semua cerita dan sumpah serapah. Ditampungnya semua itu di dalam hati, sampai mungkin akan tumpah pada suatu hari. Gumpalan di dadanya itu, adalah wujud dari cerita-cerita Adam yang tak kunjung usai dituturkan.

Hingga kemudian Tuhan murka kepada Hawa. Oleh karena Hawa yang meski tahu bahwa cerita yang keluar dari mulut Adam adalah dusta adanya, tetap saja ia mau mendengarnya. Tanpa pernah berusaha menghentikannya. Sedangkan kepada Adam, dilemparkannya satu buah khuldi lagi ke mulutnya dengan maksud agar Adam diam. Tapi apa lacur, Adam semakin gemar bercerita. Sampai akhirnya Tuhan mengeluarkan mereka dari surga, secara terpisah.  
Dan kau tahu, apa yang kemudian dirasakan oleh Hawa? Kamu bertanya dengan mata menyala.
Hawa merasakan kesepian yang merajam. Tak tertahankan perihnya, membuat ia begitu merindukan Adam berikut cerita-cerita bualannya. 

"Ceritamu sangat tak masuk akal,"
 Kamu termangu. Aku meneruskan kata-kataku.


"Jadi kamu akan tetap menikah dengannya?

Kamu mengangguk. Aku senang dengan cerita-cerita yang ia bualkan, katamu beralasan.

Baiklah. Kalau begitu aku pergi. 

Aku berlalu dengan hati yang pilu. Dan kau! Tak pernah berusaha mencegahku.



 


Please write your comments