Cerita Dari Kos-kosan : Cara Mengatasi Kucing yang Berak Sembarangan - Jurnal Darul Azis

Cerita Dari Kos-kosan : Cara Mengatasi Kucing yang Berak Sembarangan

Cerita Dari Kos-kosan : Cara Mengatasi Kucing yang Berak Sembarangan

Kucing lucu kayak cewek
Kredit foto oleh http://7-themes.com


Belakangan ini kondisi kos saya agak terganggu. Bukan oleh maling atau apa, melainkan oleh taik kucing. Saban hari ada saja taik kucing yang tiba-tiba menampakkan diri. Dibersihkan kemarin, hari ini ada lagi. Dibersihkan hari ini, keesokan hatinya pasti ada lagi. Di tempat yang itu-itu saja. Mau nggak dibersihkan, pasti akan bertambah lagi. Malah tambah banyak jadinya. 

Memang saat membersihkan, media yang dipakai hanyalah air dan pel-pelan. Sehingga kemungkinan, walau tak terlalu menyengat, baunya masih belum sepenuhnya hilang. 

Sebagai informasi, kucing di kos ada banyak sekali dari yang awalnya cuma satu. Mereka sudah beranak pinak tiga generasi. Tak ada yang berniat memelihara sebenarnya. Tau-tau ada kucing dan karena kami juga tidak antikucing, maka kami pun tidak melakukan upaya penggusuran. Dan tampaknya, mereka cukup betah 'ngekos' di sini, karena memang ada banyak makanan. Burjo ada di depan dan penghuni kosnya banyak yang menggemari masakan padang, khususnya menu ikan.

Meski memelihara kucing itu mulia dan pernah dilakukan Rasul,  namun kadang masih terpercik juga amarah ketika tiba-tiba ada taik kucing nongol di depan mata. Atau katakanlah jika mata bisa menghindar untuk tak melihatnya, baunya seakan malah mengejar-ngejar kita dan itu membuat kita tersiksa. Maka pada akhirnya, kalau tak mau tersiksa oleh aromanya yang enggak banget itu, (eh sebenernya lama-lama enak juga sih) ya tetap harus dibersihkan.

Tapi tetap saja, nyatanya saban hari membersihkan taik kucing itu menjengkelkan. Hingga pada akhirnya, berbekal data-data waktu kucing berak dan pendapat saksi mata, akhirnya kami sepakat untuk melakukan penyelidikan.

Namun seakan tahu sedang diselidiki, kebiasaan berak di sembarang tempat jadi terhenti. Hingga akhirnya kami merasa lelah, karena tak dapat melakukan operasi tangkap tangan. Dan begitu penyelidikan dihentikan dan kami mulai lengah, aksi berak di sembarang tempat terjadi lagi.

Kepanikan muncul lagi dan dengan sigap segera dibentuklah tim penyelidik. Saya kebetulan menjadi ketuanya. Semua anggota tim saya pastikan sudah bekerja dengan baik, tapi tetap saja tak ada hasil yang memuaskan. Kucing-kucing itu seakan ingin bermain kucing-kucingan dengan kami.

Hingga pada akhirnya, hari Sabtu kemarin, saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri bagaimana kucing itu hendak berak. Tentu sebagai ketua tim penyidik saya merasa ini merupakan kesempatan emas yang tak selayaknya untuk dilewatkan. Dan saya berharap ini akan menjadi penambah portofolio saya di dunia penyelidikan. Saya mengamatinya dengan penuh saksama dan ternyata sebelum berak si kucing itu mengendus-endus terlebih dahulu seakan memastikan kalau itu memang tempat beraknya. Setelah itu, barulah ia mulai melakukan aksinya bersamaan dengan terlontarnya suara bentakan dari saya. Si kucing lari terbirit-birit dan kemungkinan hilang sudah rasa 'ingin berak' dari perutnya.

Hari ini saya, sambil membersihkan taik kucing yang tampaknya masih baru, saya melaporkan kepada anggota tim bahwa pembesihan harus dilakukan secara terkonsep dan terpastikan kebersihannya. Dengan kata lain, harus menggunakan sikat kakus dan pewangi sampai bau taik kucing itu tak tercium lagi, bukan saja oleh manusia namun juga oleh si kucing. 

Sekarang aksi pembersihan sudah selesai dan kami berharap upaya itu dapat membuahkan hasil. Sungguh, kini saya tahu mengapa rumah yang di dalamnya ada kucing itu dikatakan mulia. Sebab ada banyak ujian yang menyertainya. Dan taik kucing ini, hanya sebagian kecil dari banyaknya ujian itu.

Jogja, 9 Oktober 2016
Tim Penyelidikan Taik Kucing  

dto

Darul Azis
Ketua
Please write your comments