Mengapa Masa Lalu Sering Terkesan Indah? - Jurnal Darul Azis

Mengapa Masa Lalu Sering Terkesan Indah?

Mengapa Masa Lalu Sering Terkesan Indah?


Mengapa Masa Lalu Itu Sering Terkesan Indah?
Mengapa Masa Lalu Itu Sering Terkesan Indah?/Ilustrasi via The Brewin Blog

Tempo hari lalu salah seorang teman sekolah menandai saya dalam sebuah postingan Fesbuk. Isi postingannya adalah sebuah foto masa sekolah dengan bubuhan kalimat curhatan bahwa ia pengin sekolah lagi seperti dulu. 

Melihat postingan itu, sebenarnya saya ingin berkomentar panjang dan 'bijak', bahwa yang ia bayangkan tentang keindahan masa sekolah itu tidak sepenuhnya benar, melainkan hanya ilusi karena hanya dipandang melalui kacamata 'masa kini'. Namun komentar itu saya urungkan, karena saya pikir itu hanya akan merusak momen nastalgianya. Dan sebagai teman, saya tidak punya hak untuk itu.

Namun sekarang, gara-gara hal itu, saya jadi bertanya-tanya mengapa masa lalu sering kali terkesan lebih indah ketika dikenang dan dipandang hanya dari kacamata 'masa kini'? 

Bukan hanya orang lain, bahkan saya sendiri sering merasakannya. Ketika melihat foto-foto jadul (terutama era 90-an) saya sering terbawa perasaan. Ketika melihat anak-anak kecil sedang bermain, rasanya pun demikian. Rasanya ingin sekali bisa kembali ke masa itu barang sejenak saja. Bermain-main ke ladang atau ke sawah, memancing, hujan-hujanan, mandi di sungai, main gembot, karet, makan es balon, gulali, ataupun main petak umpet.

Namun bagaimakah sebenarnya yang kita rasakan saat itu? 

Biasa aja. Ya...sangat biasa. Normal dan memang demikianlah kenyataannya. Saat itu kita tak merasa momen-momen seperti itu indah. Malah sebaliknya, kita ingin cepat menjadi besar dan dewasa agar dapat melakukan apa yang oleh orang dewasa lakukan.

Orang yang sudah kehilangan orangtuanya tersebab meninggal dunia atau cerai, pasti suatu saat akan teringat dengan momen ketika ia bersama orangtuanya. Lalu menganggapnya bahwa masa-masa itu begitu indah. 

Namun bagaimana nyatanya ketika dulu ia masih bersama orangtuanya? Kalau mau jujur, sebenarnya rasanya pun biasa saja. Normal dan wajar. 

Orang yang sudah lulus sekolah sejak puluhan tahun, ketika melihat foto-foto sekolahnya dulu, pasti akan merasa rindu dengan masa-masa itu. Lalu beranggapan bahwa masa-masa indah adalah masa-masa ketika di sekolah. 

Namun bagaimana nyatanya ketika dulu ia masih bersekolah? Kalau mau jujur, sebenarnya rasanya pun biasa saja. Bahkan sering kali membosankan. Baik karena aturannya, rutinitasnya, maupun pelajarannya. Kalau sudah seperti itu, biasanya mereka akan merasa ingin cepat-cepat lulus. Lalu melanjutkan kuliah yang konon lebih asyik, menikah yang konon lebih enak  atau kerja yang konon lebih menarik,


Begitu juga dengan orang yang sudah bertahun-tahun meninggalkan bangku kuliah. Ketika suatu saat mereka menemukan momen atau benda yang mengingatkannya pada masa-masa kuliah, maka secara langsung ia akan terbawa perasaan. Padahal, dulu, ketika ia masih kuliah semua masa-masa (yang sekarang dianggap indah) itu ya rasanya biasa saja. Bahkan pada kondisi tertentu (menumpuknya tugas, ujian, kejaran deadline skripsi, dll) semua itu justru membuat ia tersiksa dan ingin segera menyudahi semuanya. Lulus, lalu bekerja, menikah, dan membangun keluarga bahagia.

Hal yang sama juga berlaku bagi misalnya orang-orang yang hidup di kota. Pada saat-saat tertentu, mereka menganggap kehidupan di desa jauh lebih indah dan menenteramkan dan itu akan membuatnya ingin kembali ke desa. Namun apa yang dirasakan oleh orang-orang desa? Justru sebaliknya, mereka ingin ke kota dan turut menikmati berbagai fasilitas yang ada. Bagi mereka, kota adalah tanah impian dan layak dirindukan.



Lalu, jika demikian apa yang sebenarnya terjadi?


Saya ingat dengan sebuah candaan yang populer di kalangan anak muda yang berbunyi, "Seseorang akan terlihat lebih menarik ketika kita masih berjuang untuk mendapatkan hatinya dan ketika sudah menjadi mantan". 


Sampai di sini, saya malah jadi ingat penggalan lirik lagu "Kehilangan"nya Bang Haji juga. Kalau sudah tiada baru terasa....bahwa kehadirannya sungguh berharga.

Mungkin itulah yang sebenarnya terjadi. Yakni karena kita belum bertemu atau malah sudah kehilangan momen tersebut. Sehingga semuanya jadi terkesan lebih indah. Walau sebenarnya (dulu) ketika dijalani, semuanya ya biasa saja. Bahkan dalam kondisi tertentu cenderung membosankan dan membuat kita ingin kembali pada kehidupan sebelumnya. 


Jika demikian, tidak bolehkah jika seseorang rindu dengan masa lalunya? Lalu mencoba mengulang masa-masa itu bersama kawan-kawan lamanya, keluarganya, atau kampung halamannya?


Tentu saja boleh. Justru itu bagus karena dapat menjadi momen tersambungnya kembali tali pertemanan atau kekeluargaan. Yang tidak boleh adalah jika keinginan itu justru menjebak seseorang pada masa lalunya sehingga ia tidak dapat menjalani hidupnya yang sekarang sebagaimana mestinya.


Kita tidak hidup untuk masa lalu ataupun masa depan. Melainkan hidup untuk hari ini. Seindah apa pun bayangan masa lalu, kita tetap tidak akan mampu kembali padanya. 

Jadi, lebih baik tetap menikmati masa sekarang. Kemarin sudah berlalu, esok belum tentu. Lakukan apa yang harus dilakukan. Cintai apa yang harus dicintai. Tinggalkan apa yang harus ditinggalkan. Selesaikan apa yang harus diselesaikan. Do your best today! Karena kita tidak tahu besok masih hidup atau tidak.



Please write your comments