Panah Pak Presiden - Jurnal Darul Azis

Panah Pak Presiden

Panah Pak Presiden

Priamud.com ~ Presiden Joko Widodo dikabarkan akan mengikuti Kejuaraan Panahan Bogor Terbuka 2017. Kejuaran tersebut akan digelar pada 20-21 Januari 2017 mendatang di Pusat Pendidikan Zeni TNI AD Kota Bogor. 

Presiden Jokowi saat latihan memanah
Presiden Jokowi saat latihan memanah/foto via akun facebook Presiden Jokowi

Jika dilihat secara parsial, barangkali kita tidak akan menemukan tanda apapun di balik keikutsertaan Presiden dalam kejuaraan panahan tersebut. Seorang presiden mengikuti kejuaraan panahan adalah suatu hal yang wajar atau bahkan justru patut diapresiasi. Karena di sela-sela kesibukannya mengurus negara, ia masih menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan olahraga semacam itu. Ingat, kita juga pernah punya presiden yang, di sela-sela kesibukannya mengurus negara, juga masih sempat mencipta lagu, menulis buku, dan membuat album loh. Ehm..


Namun selama ini kita tahu Presiden Jokowi adalah sosok yang gemar memberikan kode-kode tertentu. Karena itu, keikutsertaannya dalam kejuaraan tersebut pasti bukanlah sebuah keikutsertaan biasa. Tetapi menyiratkan tanda-tanda yang, bisa saja, menakutkan dan membahayakan banyak pihak. Tanda apakah itu? Mari kita coba telusuri. 


Kita mulai dengan kembali lagi ke tahun 2016. Ini harus kita lakukan dan tidak bisa tidak. Karena memang berkaitan dengan tahun tersebut. Tapi tenanglah, kita tidak akan membahas semua, melainkan hanya menelisik peristiwa-peristiwa politik yang, kita semua tahu, telah mampu menguras energi bangsa Indonesia hingga akhir tahun kemarin. Dalam hal ini pun, kita hanya akan berfokus pada pascapenetapan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta : Agus-Sylvi, Ahok-Djarot, dan Anies-Sandi. 

Mengapa lagi-lagi menyangkut Pilgub DKI Jakarta? 

Karena dari sanalah suhu politik di negeri ini mulai memanas. Alasannya sederhana saja, kursi gubernur dan wakil gubernur di DKI Jakarta -yang notabene merupakan ibukota negara Indonesia- adalah jabatan strategis. Mereka yang telah berhasil duduk di kursi tersebut, digadang-gadang akan lebih mudah jika hendak naik ke kancah perpolitikan nasional. Terlebih presiden Indonesia saat ini, dulunya pernah juga menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. 

Karena itu, wajarlah kiranya jika kemudian ada begitu banyak pihak yang ingin turut bermain dalam helatan Pilgub DKI Jakarta. Baik itu para elit negara, korporasi, partai politik, pihak asing, dan lain sejenisnya.

Untuk memenangkan permainan tersebut, berbagai momentum dan isu selalu mereka manfaatkan. Salah satunya adalah dengan melemparkan isu agama dan rasialisme. Eksesnya, tidak hanya orang-orang yang berkepentingan dengan Pilgub DKI yang terlibat, tetapi pemerintah pusat pun pada akhirnya ikut menjadi 'korbannya'. Roda pemerintahan dan kekuasaan menjadi goyah dan kurang kondusif dan fokus pemerintah pun menjadi terpecah.


Dan hal itu pun sebenarnya juga bukan tanpa sebab. Terlepas dari fakta bahwa DKI Jakarta adalah ibukota negara di mana roda pemerintahan dijalankan dari sana, secara politik keduanya memang bersinggungan. Ingat, partai penguasa saat ini adalah PDI-Perjuangan di mana dalam Pilgub DKI Jakarta mereka menjadi pengusung pasangan Ahok-Djarot. Fakta lain, dulu Presiden Joko Widodo juga pernah berduet dengan Ahok, sehingga pasti hal tersebut akan memunculkan prasangka-prasangka politik dari pihak lawan. Sementara Jakarta sampai sekarang masih menjadi pusat pemerintahan.

Berenang, Berkuda, dan Memanah

Salah satu persoalan yang pada tahun 2016 lalu sangat menguras energi adalah kasus penistaan agama yang menimpa Ahok saat berpidato di Kepulauan Seribu pada September 2016 lalu. Dalam pidatonya, Ahok menyinggung salah satu ayat dalam Al-Qur'an, surat Al-maidah ayat 51. Pidato Ahok tersebut akhirnya memantik reaksi sebagian umat muslim Indonesia, yang diwujudkan dalam dua kali aksi damai atau yang kemudian lebih dikenal dengan aksi 411 dan 212.

Kasus tersebut toh akhirnya membuat pemerintah dan partai penguasa kelimpungan. Sampai membuat Presiden Jokowi nyaris tidak bekerja karena disibukkan dengan berbagai pertemuan politik kepada banyak pihak seperti Prabowo Subianto, Megawati, Surya Paloh, Setya Novanto, Romahurmuziy, Panglima TNI, Muhaimin Iskandar, dan para kiai dan ulama. 

Dan dari semua pertemuan itu, yang paling menarik sebenarnya adalah kunjungan Presiden Jokowi ke kediaman Prabowo di Hambalang, 31 Oktober 2016. Dalam kunjungan tersebut, presiden Jokowi tampak diajak menunggangi kuda milik Prabowo. 

Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto tampak sedang menunggangi kuda di Hambalang (31/10)
Foto via akun facebook Presiden Joko Widodo

Peristiwa tersebut seketika mengingatkan saya dengan salah satu hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam tentang anjuran bagi para orangtua agar mengajari anaknya untuk berenang, berkuda, dan memanah. Kesemuanya merupakan olahraga fisik, sehingga tentu anjuran tersebut sangat baik untuk diterapkan. Ketiga olahraga tersebut juga memiliki makna yang sangat mendalam dan esensial. 

Pertama soal berenang. Kita tahu berenang merupakan olahraga yang dapat melatih pernapasan menjadi lebih baik dan lama. Olahraga ini juga membutuhkan kemampaun mengelola energi dan keseimbangan tubuh selama berada di dalam air.  Tak hanya itu, konon gerakan pada berenang juga melibatkan seluruh otot, sehingga berenang secara teratur dapat memacu aliran darah ke jantung, pembuluh darah, dan paru-paru menjadi lebih lancar. 

Secara filosofis, olahraga renang mengajarkan kepada perenang agar dapat melatih pernapasan (energi, kekuatan, kekuasaan) sehingga dapat bernapas dengan lebih baik dan lama ketika berada di dalam air. Tak hanya itu, berenang juga mengajarkan keseimbangan dan pelibatan seluruh organ tubuh. Mungkin itulah sebabnya Presiden Jokowi selalu berkata "Kerja, kerja, dan kerja" (olah napas, energi, dan kekuatan). 

Mungkin itulah sebabnya Presiden Jokowi sekarang ini giat sekali membangun infrastruktur ke berbagai wilayah Indonesia dengan melibatkan berbagai pihak, baik masyarakat maupun swasta. Yakni agar distribusi darah (kesejahteraan, keadilan, dlsb) bisa berjalan lebih merata dan lancar. 


Kedua soal berkuda. Secara eksplisit, olahraga ini mengajarkan kepada kita tentang bagaimana seseorang mampu mengendalikan binatang yang kuat agar mau menuruti apa kehendak si penunggang. 


Nah, jika demikian apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi tatkala berkunjung ke kediaman Prabowo saat itu sebenarnya menyiratkan tanda Presiden Jokowi sedang berusaha mengendalikan situasi politik negara yang kian memanas. Baik oleh karena isu Pilgub DKI Jakarta, dugaan penistaan agama, makar, dan isu-isu lain yang dimainkan oleh para elit dalam maupun luar negeri.


Dan ternyata, Presiden Jokowi sudah cukup berhasil mengendalikan situasi. Ahok sudah diproses hukum, aksi 411 dan 212 berjalan damai dan menjadikan Presiden Jokowi sebagai pemilik panggungnya. Tahun 2016 berhasil diakhiri dengan gembira, dengan iringan bunyi klakson bus yang mendunia. Telolet telolet.....om telolet Om.


Tapi meski demikian ternyata pada awal 2017 ini situasi kembali memanas. Om Telolet Om hanya menjadi kegembiraan sesaat karena setelahnya rakyat Indonesia kembali berseteru dengan berbagai macam isu : Pilgub DKI Jakarta, penistaan agama, TKA, FPI, PKI, hoax, korupsi, penodaan lambang negara, dan lain sebagainya. 

Sehingga kemudian tibalah kita pada kabar bahwa Presiden Jokowi akan mengikuti kejuaraan panahan. 

Olahraga memanah adalah olahraga yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi agar si pemanah dapat membidik sasaran dengan tepat. 

Namun jika kita kaitkan dengan sosok Presiden Jokowi dan kondisi politik kekinian, maka kita akan memperoleh pemaknaan yang berbeda. Yakni kurang lebih begini :

Setelah berhasil mengendalikan berbagai persoalan yang mencuat belakangan ini, ternyata 'gangguan-gangguan' itu masih tetap mengincarnya. 

Oleh karena itu, tampaknya Presiden Jokowi sedang akan melakukan eksekusi 'besar-besaran' terhadap pihak-pihak yang mengganggu jalannya roda pemerintahan dan yang terus merongrong kekuasaannya. Sasarannya barangkali bisa para penebar berita hoax, lawan politik, narkoba, koruptor, FPI, pihak asing, dan lain sebangsanya. 

Jadi mulai sekarang, pesan saya, berhati-hatilah! 

Di samping memang kondusifitas politik itu sangat dibutuhkan agar pemerintah dapat fokus bekerja, perlu Anda ingat juga bahwa di belakang Presiden Jokowi itu ada beberapa partai politik yang ingin mempertahankan kekuasaannya dan menancapkan kakinya di DKI Jakarta.  

Sekali lagi, berhati-hatilah! Dan berdoalah semoga Beliau tidak salah membidik sasaran. Sebab kalau itu sampai terjadi, Indonesia akan semakin gaduh.



Indonesia, 19 Januari 2017

Darul Azis


2 comments