Kami Berdiskusi Tentang ‘Mengapa Kita Harus Membahagiakan Kedua Orangtua?’, Berikut Inilah Hasilnya - Jurnal Darul Azis

Kami Berdiskusi Tentang ‘Mengapa Kita Harus Membahagiakan Kedua Orangtua?’, Berikut Inilah Hasilnya

Kami Berdiskusi Tentang ‘Mengapa Kita Harus Membahagiakan Kedua Orangtua?’, Berikut Inilah Hasilnya

Membahagiakan orangtua

Ada satu cita-cita yang hampir selalu dikatakan oleh orang Indonesia, utamanya anak-anak muda, yakni mereka ingin sekali membahagiakan kedua orangtuanya. Kami tertarik untuk menelisik lebih jauh tentang hal ini. Karena kami pikir, ini merupakan topik perbincangan yang akan selalu menarik untuk diulik.

Kami memulainya dengan melemparkan sebuah pertanyaan, mengapa kebanyakan di antara kita merasa (seolah-olah) harus membahagikan kedua orangtua kita?

Untuk itu, kami telah menemui pakar keluarga, Bu Susi, di kediamannya pada suatu malam dan berdiskusi sampai pagi. Berikut inilah rangkuman hasil diskusi kami.

Sebelum bertanya tentang orang lain, saya ingin bertanya tentang Anda terlebih dahulu. Apakah dulu Anda juga pernah bercita-cita ingin membahagiakan kedua orangtua Anda?

Oh tentu saja. Sebagai seorang anak yang terlahir dari keluarga yang kehidupannya pas-pasan, saya juga pernah punya cita-cita serupa itu. Itu sangat manusiawi. Namanya juga anak, ya ‘kan? (terkekeh) 

Sekarang, apakah cita-cita itu sudah terwujud?

Waduh…saya tidak tahu ya apakah saya sudah berhasil membahagiakan orangtua saya atau belum. Dan sayangnya saya belum sempat menanyakan hal itu, hingga akhirnya kemudian mereka meninggal dunia. 

Dengan demikian, jawaban itu sampai sekarang masih menjadi misteri. Hihihi 

Apakah cita-cita itu sampai sekarang juga masih ada?

Haha…sekarang saya ini kan sudah punya keluarga sendiri. Saya sudah tidak memikirkan hal itu lagi. 

Daripada mikirin hal-hal kayak gitu, tentu lebih baik saya fokus mikirin keluarga saya sendiri; anak dan suami saya.

Lantas menurut Anda sebagai seorang pakar keluarga, mengapa kebanyakan anak berkeinginan membahagiakan orangtuanya? Apa kira-kira hal yang melatarbelakanginya?

Saya melihat hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena doktrin sosial yang telanjur menjadi ‘norma’ dan yang kedua adalah karena ketidakbahagiaan itu sendiri. 

Selama ini kita selalu dicekoki doktrin perihal pengorbanan dan jasa-jasa orangtua terhadap anaknya. Tujuannya memang baik, yakni agar anak menjadi lebih hormat dan menghargai serta berbakti kepada orangtuanya. Tapi kemudian, karena masifnya doktrin tadi, justru membuat sang anak merasa telah berhutang budi pada orangtuanya. 

Padahal ya itu kan wajar-wajar saja. Nanti ketika mereka sudah berkeluarga, juga akan seperti itu. Membikin, mengandung, melahirkan, merawat, memberi makan, mendidik, dan membesarkan anak-anaknya. 

Kedua, bisa dipastikan anak yang berkeinginan keras untuk membahagiakan orangtua itu masa kecilnya susah. Tidak bahagia. Atau setidaknya, dia menyaksikan kehidupan keluarganya dulu susah dan menderita. Sehingga ia ingin membalas(kan) dendam atas hal itu.

Tapi meski demikian, menurut Anda apakah keinginan membahagiakan kedua orangtua itu bisa menimbulkan dampak positif?

Oh…kalau soal itu tentu saja. Bahkan banyak sekali dampak positifnya. Seperti anak akan jadi lebih termotivasi untuk belajar, bekerja, dan lain sebagainya. Ya walaupun pada akhirnya semua itu hanya untuk mereka sendiri sih..haha. 

Di samping itu, tentu saja dalam hal ini posisi orangtua menjadi lebih berharga. Artinya sang anak memang menganggap orangtuanya itu penting. Bernilai. Mereka menganggap bahwa orangtuanya adalah bagian dari dirinya. 

Setujukah Anda jika membahagiakan kedua orangtua dijadikan cita-cita? Seperti sekarang ini misalnya

Setuju-setuju saja, asal kita sudah paham caranya. Paham step-stepnya. Untuk bisa membahagiakan kedua orangtua, Anda harus melewati beberapa tahapan. 

Tahapan seperti apa yang Anda maksud?

Jadi begini, Anda harus bisa membedakan antara menyenangkan, membanggakan, membahagiakan, dan menyelamatkan. Itu semua adalah proses. Tahapan yang harus Anda lampaui, jika Anda bercita-cita membahagiakan kedua orangtua Anda. 

Nah, sekarang, Anda sudah berada pada tingkatan yang mana? Saya anggap Anda masih berada pada titik O, untuk mempermudah pembicaraan.

Saya punya formula yang mudah-mudahan bisa Anda aplikasikan.

Pertama, mari kita bicara soal menyenangkan orangtua. Ini tahapan yang paling elementer dan gampang saya rasa. Eh, salah, rada susah ding. Karena sering kali harus berbenturan dengan ego kita. 
Pada umumnya, orangtua itu ‘kan akan senang kalau anak-anaknya mau mengikuti apa maunya mereka.

Misalnya, kalau Anda disuruh bersekolah yang rajin dan Anda menurutinya, maka mereka akan senang. Orangtua melarang anaknya merantau, lalu larangan itu dipatuhi, tentu mereka akan lebih senang. Nah, menuruti apa maunya orangtua adalah cara kita menyenangkan mereka.

Kalau sudah bisa menyenangkan orangtua, untuk naik ke tingkatan selanjutnya maka tugas Anda adalah membuat mereka bangga. Sampai di sini Anda harus tahu terlebih dahulu, apa sebenarnya yang bisa membuat orangtua Anda bangga. 

Pada umumnya, orangtua akan merasa bangga ketika anaknya telah memiliki posisi dan prestasi sosial. Katakanlah Anda sudah punya pekerjaan dan penghasilan tetap. Di perusahaan bonafide lagi. Saya yakin, orangtua Anda tak akan lelah membangga-banggakan Anda kepada semua orang.

Kepada tetangga, sanak saudara, dan bahkan orang yang baru dikenalnya. Apalagi jika Anda bekerja di perusahaan plat merah, atau bahkan menjadi PNS. Hambok yakin, kebanggaan orangtua Anda akan sangat tidak ketulungan…haha 

Itu cuma sebagai contoh ya. Selebihnya Anda bisa mengaitkan dengan dunia Anda masing-masing. Anda yang saat ini bergelut di dunia bisnis, ketika bisnis Anda berkembang dan kemudian maju pesat, maka orangtua Anda jelas akan bangga sekali. Hal yang sama jika Anda misalnya, mampu berkuliah di luar negeri dengan beasiswa. Dan lain sebagainya. 

Nah, jika itu sudah berhasil maka Anda boleh naik pada derajat selanjutnya. Yakni membahagiakan orangtua. 

Di tahap ini, persoalan jadi agak lebih rumit. Anda mungkin bisa dengan mudah menyenangkan dan membanggakan orangtua Anda, tapi Anda belum tentu bisa membahagiakannya. 

Karena itu, Anda butuh lebih banyak referensi dan informasi. Anda butuh kemampuan berkomunikasi dan membaca hati. Anda butuh intensitas berinteraksi yang lebih tinggi. 

Anda juga harus lebih banyak bertanya. Misalnya, apa sebenarnya yang bisa membuat mereka bahagia? Apakah mereka benar-benar harus dibahagiakan karena selama ini kurang bahagia? Jika memang kehidupan mereka dulu menderita dan berkekurangan secara materi, apakah itu benar-benar membuat mereka tidak bahagia? Dan lain sebagainya.

Jika pertanyaan semacam itu tidak pernah Anda lontarkan, maka sama saja dengan Anda sedang menghina dan merendahkan derajat orangtua Anda sendiri!  

Jadi, jika tadi cara menyenangkan orangtua adalah dengan mematuhi keinginannya, cara membuat bangga orangtua adalah dengan menunjukkan prestasi sosial (baca : sukses dalam arti luas), maka untuk membuat orangtua Anda bahagia adalah dengan berbakti kepadanya. Itulah poin pentingnya.

Menurut Anda, bagaimana praktik terbaik berbakti kepada orangtua itu?

Menghormati. Menghargai. Menyayangi. Dan mencintai.

Indikatornya gampang saja. Kalau Anda sudah tidak jijik ketika harus menyeboki mereka, tidak risih dengan bau kencing mereka, tidak lekas marah dengan tingkah mereka yang seperti anak kecil lagi, tidak merasa berat ketika harus mengunjungi mereka (jika Anda tidak tinggal serumah dengan mereka), maka Anda sudah bisa disebut sebagai anak yang berbakti kepada orangtua.  

Lalu bagaimana soal menyelamatkan?

Khusus yang terakhir ini, mau tak mau kita memang harus berbicara soal agama. Oh iya, secara spesifik, ini lebih dikhususkan bagi mereka yang orangtuanya telah meninggal dunia.

Pada akhirnya, hanya doa sang anaklah yang akan menjadi cahaya bagi para orangtua di kehidupan selanjutnya. 

Ini adalah puncak dari semua hal yang kita bicarakan tadi. Bahwa cara terbaik untuk ‘membahagiakan’ orangtua Anda adalah dengan senantiasa mendoakannya, baik ketika mereka masih hidup di dunia maupun ketika mereka sudah hidup di alam lain. 

Jogja, 7 April 2017

Tribute to : Ridwan Budiyanto, jomlo yang senang belajar soal parenting. Tinggal  di kamar sebelah.

2 comments

  1. Mantap mas. Betul juga, terkadang kita merasa sudah membahagiakan orang tua dengan materi padahal ternyata orang tua bahagianya kalau dikasih menantu dan cucu *eh. ADa baiknya memang meminta orang tua membuat daftar apa-apa yang membuat mereka bahagia :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Mbak udah mampir.

      Perkara membahagiakan orang tua memang pelik Mbak. Kita harus hati2 benar.

      Sarannya boleh juga. Brilian!😁

      Delete