Seorang Lelaki yang Terikat Oleh Doa Calon Istri - Jurnal Darul Azis

Seorang Lelaki yang Terikat Oleh Doa Calon Istri

Seorang Lelaki yang Terikat Oleh Doa Calon Istri

Sore tadi, seorang teman bercerita pada saya perihal jodoh. Teman saya ini kini sudah berkeluarga. Enam bulan lalu, ia menikahi seorang gadis alumni pondok pesantren. Gadis itu pertama kali dilihatnya saat ia sedang bermain badminton di kantor kelurahan.


Selama hidupnya, teman saya ini tidak pernah pacaran. Bukan, bukan karena dia tidak mau. Karena kalau ditanya mau pacaran atau tidak, dia jelas mau. Ini terlihat dari beberapa kali ia tampak berupaya mendekati banyak perempuan untuk dijadikan pacar.

Bahkan upaya itu sudah dilakukannya sejak SMA, walaupun dengan cara yang sangat amatir. Saat masih duduk di bangku kelas dua SMA, dia berusaha mendekati seorang gadis yang ditaksirnya dengan niat dijadikan pacar. 

Namun ndilalahnya, karena teman saya ini orangnya pemalu dan tidak punya banyak keberanian kalau soal perempuan, ia keduluan orang lain. Cinta pertama yang selalu tampak indah dalam bayangan itu tak memberikan apa pun padanya kecuali rasa sakit hati dan penyesalan.

Tapi ternyata itu tak membuat ia terpuruk untuk waktu yang lama. Kegagalan cinta pertama tak membuat ia menyerah. Ia sadar, mungkin masih perlu banyak belajar lagi. Ia harus bersabar. Ini semua hanya ujian dalam perjuangan mendapatkan pacar, begitu pikirnya.

Maka ketika kemudian berkuliah, ia pun masih tetap berusaha untuk mencari pacar. Namun kali ini dengan teknik dan keberanian yang berbeda. Kegagalan telah memberikan banyak pelajaran.

Untuk mendongkrak kesuksesan, berbagai macam buku tentang cinta ia baca. Teknik-teknik berkomunikasi ia pelajari. Kemampuan memahami orang lain secara psikologi, ia tingkatkan. 

Tak hanya itu, ia pun di mana tempat selalu mencari kenalan-kenalan baru, utamanya seorang perempuan. Harapannya masih satu, ia ingin punya pacar. 

Ia ingin seperti teman-temannya yang lain; punya pacar dan lalu makan bareng atau nonton bareng atau ke kampus bareng dan bisa menjawab dengan gagah ketika ia ditanya punya pacar atau tidak.

Tapi apa mau dikata manakala aral selalu merintangi nasibnya. Walau sudah belajar demikian keras, toh ia tetap gagal juga. Padahal parasnya juga tidak jelek-jelek amat. 

Usut punya usut, ternyata kondisi itu bukan tanpa sebab. Kamu akan tahu sebabnya setelah menyelesaikan cerita ini.

Ini bermula pada suatu malam, teman saya ini iseng-iseng membuat acara buka-bukaan dengan istrinya tentang mantan pacarnya masing-masing. 

Si istri bercerita, semasa mondok pernah punya seorang pacar dengan sesama anak pondok. Itu satu-satunya mantan pacar yang dimiliki oleh istrinya.

Namun namanya saja di pondok, kehidupan dan pergaulan dengan lawan jenis sangat dibatasi. Aktivitas pacaran pun hanya bisa dilakukan melalui SMS. Dan itu pun tak berlangsung lama, tak sampai dalam hitungan tahun. 

Kehendak hati ingin menjalin kisah asmara, akhirnya kandas oleh karena si lelaki kemudian tersandung sebuah kasus yang sangat fatal, yang berakibat pada pengusiran dari pondok. Setelah itu, istri teman saya trauma dan bersumpah tidak mau pacaran lagi.

Sebagai lelaki yang ingin tampak lebih dari sang istri, teman saya pun tak mau kalah dengan cerita istrinya. Dengan membubuhkan bumbu kebohongan, ia pun mengaku kepada sang istri bahwa dirinya pernah punya seorang pacar di masa SMA dan seorang pacar lagi di masa kuliah. Kepada sang istri ia mengaku, aksi pacarannya tidak berjalan mulus karena masih dilakukan dengan malu-malu (ketika masih SMA) dan teralihkan oleh kegiatan organisasi (ketika kuliah).

Sesi pengakuan selesai. Semuanya lega.

Namun tanpa diminta, kemudian sang istri menambahkan pengakuan pula, bahwa dulu ia selalu rajin mengirim al-Fatihah untuk calon suaminya agar dihindarkan dari segala hal yang tidak baik. Itu dilakukannya setelah mendapatkan nasihat dari seorang ustadz. 

Mendengar pengakuan istrinya, sontak teman saya pun langsung terdiam. Tanpa bisa berkata apa-apa lagi, ia langsung memeluk sang istri. Erat sekali.

Sampai di sini, saya jadi teringat penggalan puisi Sapardi Djoko Damono.
"Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku tak 'kan pernah selesai mendoakan keselamatanmu."
Ia telah diselamatkan oleh doa seorang perempuan yang kini menjadi teman hidupnya. 

al-Fatihah untuk M Faizun dan keluarga kecilnya.

sumber gambar | aktual.com

2 comments

  1. Izin share mas.... terlalu keren buat saya... ceritanya...

    Istri sholehah.... memang perhiasan dunia..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Monggo Mas, semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan.

      Terima kasih sudah mampir :)

      Delete