Bertani di Yogyakarta - Jurnal Darul Azis

Bertani di Yogyakarta

Bertani di Yogyakarta


15 Oktober 2018 adalah hari bersejarah bagi saya dan sahabat saya, Cholis. Hari itu, kami berdua akhirnya melunasi uang sewa sawah milik Dukuh Gedongan. 

Hari itu, kami benar-benar meneguhkan hati untuk bertani di sela-sela kegiatan keseharian kami. Langkah sudah demikian jauh, pantang untuk mundur. Pilihan sudah dipilih, maka harus bertanggungjawab atas pilihan itu. 

Saya jadi ingat ketika suatu siang di bulan September kami bertamu ke ruang kerja Sekretaris Desa Sinduadi, Pak Marno, untuk menanyakan perihal ada tidaknya lahan yang bisa kami sewa untuk menanam sayuran. Kami mengutarakan keinginan untuk bertani, bermodal gabungan uang tabungan yang kami miliki. 
"Tenan kowe arep tani? Apa isa nyekel pacul kowe? Aku kok ora yakin!"
Pak Marno siang itu melihat kami dengan pikiran yang tak percaya. Beliau benar-benar meragukan kesungguhan kami. Bahkan Beliau sempat menyarankan kami untuk bermain di sektor lain saja, menjadi pelaku di bidang penjualan sayuran saja, misalnya. 

Tak hanya itu, meski lahan yang bisa disewa pada dasarnya memang ada, namun Beliau masih meminta kami untuk berpikir dua kali dulu, berpikir masak-masak dulu, karena biar bagaimanapun uang yang akan kami keluarkan untuk sewa lahan tidaklah sedikit. Hari itu, kami tidak mendapatkan jawaban lahan yang bisa kami sewa karena kami dimintanya untuk berpikir-pikir lebih dulu, tentu setelah diberinya wawasan tentang pertanian di Jogja.

Keesokan harinya, saya menghubungi Pak Marno lagi dan mengatakan "Ya, kami jadi bertani". Lalu kami datang ke kantor dan diantar ke rumah Pak Dukuh Gedongan untuk melihat lahan. 

Setelah kami melihat lahan bersama-sama, Pak Marno pun masih mengingatkan kami untuk berpikir masak-masak dulu. 

Saya menduga, Beliau sebenarnya bukannya tidak percaya pada kami. Tapi ada hal lain, yang mungkin itu rasa sayang seorang ayah pada anak. Atu bisa jadi ada masa lalu dan anggapan terpendam pada dirinya tentang pertanian di negeri ini. Sebuah skeptisme, barangkali!

Tadi pagi, kami menyebar benih pertama kangkung kami. 
Please write your comments