Beramai-ramai Memasarkan Produk-produk Desa ke Kota - Jurnal Darul Azis

Beramai-ramai Memasarkan Produk-produk Desa ke Kota

Beramai-ramai Memasarkan Produk-produk Desa ke Kota


Saya lihat, iklim bisnis online di Indonesia saat ini masih berbentuk sebagai distribusi produk-produk kota ke desa. 

Pola bisnis seperti ini tidak sehat, dan hanya menguntungkan orang kota (terutama para pelaku bisnisnya). Sementara masyarakat desa hanya menjadi konsumen dan objek pasar pelaku industri di kota-kota besar. Sistem penjualan secara online mewajibkan pembeli menanggung ongkos kirimnya sendiri, harganya pun sering kali tidak jauh berbeda dengan ketika produk tersebut didistribusikan oleh perusahaan atau peritel. Di sini, yang diuntungkan hanyalah perusahaan ekspedisi dan para pelaku penjualan. Sementara konsumen tidak terlalu diuntungkan kecuali oleh “kemudahan semu” dalam berbelanja. 

Masyarakat desa, hingga saat ini semakin terobjektifikasi oleh dunia usaha, terutama setelah mereka terhubung dengan media sosial. 

Ada satu pertanyaan yang mengganggu saya belakangan ini. Lalu kapan dong masyarakat desa dapat memindahkan produk-produk mereka ke kota-kota besar sebagaimana masyarakat kota-kota besar telah mendistribusikan produk-produknya sampai ke pelosok desa dengan ongkos kirim ditanggung oleh orang-orang desa?

Ini pertanyaan yang akan coba kita jawab. 

****

Produk-produk dari desa itu, kalau tidak hasil pertanian ya kerajinan. 

Produk-produk pertanian pada umumnya diangkut oleh para tengkulak. Para tengkulak memainkan peran yang sangat vital dalam proses urbanisasi produk-produk pertanian dari desa. Dengan demikian, harga produk-produk pertanian di desa, kemudian ditentukan oleh pasar di kota-kota besar. Sementara itu, harga pasar di kota besar pun kemudian juga harus bernegosiasi dengan produk-produk impor. 

Di sinilah kekacauan itu bertemu dan bermula. Setelah dari kota, tengkulak-tengkulak itu pulang ke desa dengan membawa daftar harga-harga baru kepada para petani. Para petani hanya bisa menerima harga-harga tersebut, tanpa sedikit pun mampu menolak. Para petani di desa-desa tidak memiliki kekuatan dan daya tawar di hadapan masyarakat kota. 

Sekarang mari kita bicara tentang produk-produk kerajinan, seperti gerabah, kerajinan bambu, dan kerajinan kayu. Produk-produk ini bahan bakunya ada di desa, sehingga mereka tidak perlu “mengimpor” bahan baku dari kota, lebih-lebih luar negeri. Artinya, ongkos produksi jadi lebih murah.

Namun jamak diketahui, kendala terbesar bagi para pelaku usaha di desa adalah soal pemasaran. Mereka rata-rata buta pasar. Mereka pandai membuat, namun tidak memiliki akses pasar. Padahal produk-produk mereka sangat diminati dan dibutuhkan oleh orang-orang kota. Permasalahannya cuma satu: tidak ada penghubungnya. 

Sebenarnya ada sih pihak-pihak yang dapat menjadi penghubung, yakni para pelaku usaha di kota. Namun sering kali mereka sudah merasa mapan dengan produk yang sekarang, sehingga jarang ada yang mau menerima pasokan dari pihak lain. Penilaian kualitas produk-produk dari desa seolah-olah ditentukan oleh segelintir orang saja, yakni para penguasaha, bukan pengguna. Lingkaran setan tersebut harus diputus, karena tidak sehat. 

Lalu siapa dong yang dapat menolong mereka?

Anda. 

Ya, Andalah yang dapat menolong mereka. Anda yang tinggal di desa. Anda yang melek teknologi dan terhubung dengan internet. 

Coba tengok sekeliling Anda. Barangkali ada tetangga atau saudara Anda yang memiliki kemampuan membuat produk-produk tertentu, namun masih terkendala dengan pemasaran. Coba jepret produk-produk mereka dengan hengpon Anda yang bagus itu. Lalu unggah di media sosial Anda. Sekali, dua kali, tiga kali, hingga seratus kali, barangkali produk itu belum laku. Atau baru ada teman-teman Fesbuk Anda yang cuma nanya-nanya. 

Gapapa. 

Sabar.

Cobalah bergabung ke grup-grup fesbuk jual beli yang relevan dengan produk yang Anda jual. Misalnya Anda ingin menjual produk kerajinan bambu, carilah dengan kata kunci “Jual Beli Kerajinan Bambu.. (lokasi)”. Aktiflah di sana. Bantu orang-orang yang ada di grup itu, dengan informasi yang Anda punya. Intinya, jalinlah pertemanan dan persaudaraan di sana.

Baca juga: 7 Inspirasi Kerajinan Dari Bambu Sederhana Nampan

Jika hal itu sudah cukup konsisten Anda lakukan, maka kini saatnya Anda yang mengunggah produk. Tawarkan kepada mereka.

Boom….!

Belum ada yang beli.

Sabar….

Lakukan itu terus-menerus. Seperti halnya Anda mengomentari postingan teman Anda. Seperti halnya Anda meng-update status dan mengirim foto di akun pribadi Anda. Jangan lelah. 

Paling lama Anda hanya butuh waktu sekitar 1,5 bulan. Itu paling lama. Kenyataannya bisa lebih cepat dari itu. Karena yang namanya rezeki, tidak ada yang tahu. 

Selamat mencoba. 

***

NB: Oh iya, soal pengiriman barang biasanya menjadi terkendala sendiri. Solusi paling praktis bagi Anda adalah gunakan jasa pengiriman lewat bus. Biasanya lebih murah dan lebih cepat sampai.  

Please write your comments