Melihat Masyarakat Terdampak Korona Bekerja - Jurnal Darul Azis

Melihat Masyarakat Terdampak Korona Bekerja

Melihat Masyarakat Terdampak Korona Bekerja

dok. lampos.co
Cara orang-orang menyikapi dampak ekonomi Covid-19 patut kita perhatikan dan kita dicatat, agar dapat menjadi informasi di masa mendatang. Ini tentang bagaimana mereka beradaptasi, setelah mata pencahariannya tertutup akibat hantaman pandemi.
Buruh gendong di Pasar Beringharjo misalnya. Karena pengunjung sepi, mereka kehilangan sebagian pendapatannya. Tak banyak orang yang menyewa jasanya, kecuali para pedagang pasar--yang jumlahnya tidak seberapa karena banyak juga di antara mereka yang memilih menutup kiosnya. Kebetulan, dalam sebulan belakangan ini permintaan wedang uwuh begitu tinggi. Mereka pun kemudian di sela-sela waktu senggangnya meracik wedang uwuh dan kemudian dioper ke bakul. Mereka dapat untung sedikit demi sedikit.
Para pedagang asongan/jalanan/ kios koran saya lihat juga memiliki bentuk adaptasi tersendiri dalam mengais rezeki. Barang dagangan sebelumnya sepi, kini mereka beralih berjualan masker kain. Tak cuma masker kain, beberapa di antara mereka ada juga yang berjualan hand sanitizer. Konter-konter pulsa dan paket data juga melakukan hal serupa.
Belum lagi kita berbicara tentang para pedagang online. Tren belanja online di masa pandemi ini cukup meningkat, terutama untuk produk-produk kesehatan dan pangan. Para pelaku perdagangan online pun tanggap terhadap hal ini. Mereka menjajakan beras, sayur, minyak goreng, ikan, dan barang-barang pokok lain secara online, kadang dengan menambah layanan gratis antar ke rumah pembeli.
Mudiknya para perantau ke desa itu, kalau kita teliti lagi, sebenarnya juga merupakan bentuk adaptasi dalam menghadapi dampak pandemi. Di kota mereka kehilangan pekerjaan dan penghasilan, maka desalah satu-satunya harapan. Desa mungkin tak memberikan penghasilan, tapi mampu memberikan pangan.
Di luar sana, boleh jadi masih ada begitu banyak cerita serupa, yang juga perlu dicatat dan diingat. Cerita-cerita tentangnya, akan menjadi bukti bahwa beradaptasi dalam situasi seperti ini lebih penting dan utama dibandingkan dengan berharap bantuan dari negara. Kita sudah pernah merasakan segala macam pahitnya kehidupan, dan yang paling pahit itu, kita tahu adalah berharap kepada negara.

Yogya, 17 April 2020
Please write your comments