Oleh : Darul Azis
Kang Mas, tampaknya kepemimpinanmu kembali diuji. Drama KPK vs POLRI kembali mencuat ke permukaan pasca penangkapan dan penahanan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan pada 1 Mei 2015 lalu oleh Bareskrim Mabes POLRI. Padahal belakangan ini hubungan kedua institusi tersebut mulai membaik ya Kang Mas ya. Ya....meski imbas yang dirasakan rakyat masih belum mereda sih ; kondisi ekonomi negara kita semakin kacau karena konsentrasi panjenengan masih “terganggu".
Untunglah, kali ini Kang Mas Jokowi berani mengambil langkah bijak, meminta agar penahanan atas Novel Baswedan ditangguhkan sejak Sabtu (2/5) kemarin. Setelah ini, tentu kita berharap sikap Kang Mas Jokowi ini bakalan jadi titik tolak penyelesaian konflik antara KPK dan Polri. Agar rakyat, termasuk saya tentu, tidak semakin menderita dan Kang Mas Jokowi dapat kembali fokus pada program pembangunan yang sudah panjenengan sampaiken.
Keniscayaan
Kang Mas, panjenengan kan lulusan UGM, jadi pasti tahu lah ya kalau secara normatif adanya konflik dalam sebuah organisasi, terlebih dalam sebuah negara, menunjukkan bahwa organisasi tersebut hidup, tumbuh, dan berkembang. Kang Mas pasti juga percaya tidak ada konflik yang tak dapat diselesaikan, semua tergantung dan kembali pada pihak-pihak yang berkepentingan. Selama saluran yang menjembatani perbedaan terbuka, maka konflik akan memiliki makna positif. Dengan demikian sebuah konflik telah menjadi keniscayaan dan akan selalu mengiringi jalannya roda organisasi atau pun pemerintahan.
Dalam kasus KPK vs POLRI ini, panjenenganlah saluran jembatan itu. Karena secara struktur kelembagaan, baik KPK maupun POLRI berada di bawahnya Presiden (Ingat, panjengenan itu Presiden loh Kang Mas). Oleh karena kasus tersebut – yah bisa dibilang- tak lagi murni sebagai persoalan hukum, melainkan juga sarat dengan muatan politis, maka untuk dapat menyelesaikannya dibutuhkan kreativitas dan keberanian yang luar biasa dari Kang Mas. Panjenengan harus mampu mengajak kedua lembaga tersebut untuk berpandangan jauh ke depan dan kembali pada khitahnya masing-masing, yang juga merupakan cita-cita negara dan rakyat Indonesia itu.
Tegas dan Berani
Kang Mas, saran dariku nih ya (syukur diterima, enggak pun gak enggak apa-apa), agar panjenengan dapat menyelesaikan konflik antara kedua lembaga negara tersebut, hal utama yang harus panjenengan lakukan adalah menguatkan kepemimpian panjenengan terlebih dahulu. Karena jika ditelisik lebih jauh, secara politis, akar konflik KPK vs POLRI ini sebenarnya disebabkan oleh betapa masih lemahnya kepemimpinan panjenengan. Panjenengan masih ingat kan Kang Mas, dalam Kongres PDI-P beberapa waktu lalu, panjenengan seolah ora ana ajine di PDI-P. Dalam pidato politiknya, Yu Mega selaku Ketua Umum PDI-P juga malah terkesan merendahkan panjenengan. Yu Mega juga menegaskan kepemimpinan dan partainya berada di atas kekuasaan presiden, sehingga pemerintahan panjenengan pun harus tunduk pada kebijakan partai (#Diamahgituorangnya). Hal inilah yang menjadikan Kang Mas rentan dikanan-kirikan oleh (orang-orang) partai pengusung panjenengan. Akibatnya, situasi politik di bawah kepemimpinan panjenengan tidak akan pernah stabil. Padahal kestabilan politik ini akan sangat berpengaruh loh Kang Mas terhadap kestabilan ekonomi negara.
Untuk membangun kekuatan itulah Kang Mas, hemat saya, tak ada jalan lain bagi panjenengan selain harus tegas dan berani bersikap terhadap partai yang mengusung panjenengan dan orang-orang yang hanya akan mengganggu atau membebani pemerintahan panjenengan. Tenang saja Kang Mas, dalam hal ini panjenenganbisa berlindung di balik punggung rakyat Indonesia beserta para pendukung yang masih panjenengan punyai. Panjenengan harus ingat, keterpilihan panjenengan sebagai presiden bukan karena partai pengusung loh, melainkan karena sosok panjenengan yang didambakan rakyat untuk dijadikan sebagai pemimpin -selain karena panjenengan terlalu naif untuk menjadi seorang Presiden di republik yang kian mawut ini.
Kang Mas jangan khawatir, cemas, dan takut, karena di saat yang sama, sebagai rakyat, saya, mereka, dia, kami, akan terus mendukung Kang Mas, sebagai bentuk pertanggungjawaban politik kami saat pilpres lalu. Agar kepemimpinan panjenengan tidak terus dilemahkan oleh oknum-oknum oportunis yang hanya menjadi benalu pemerintahan panjenengan. Kang Mas Jokowi pasti kuat. Cemungud ea Kang Mas. :)