Dear Bosku yang Baik Hati, Beginilah Kehidupan Karyawanmu Sehari-hari - Jurnal Darul Azis

Dear Bosku yang Baik Hati, Beginilah Kehidupan Karyawanmu Sehari-hari

Dear Bosku yang Baik Hati, Beginilah Kehidupan Karyawanmu Sehari-hari


Setiap kali aku berangkat kerja, harapan itu serta-merta menyeruak dalam angan. Sebagai karyawan, harapan tentang gaji, kesejahteraan, masa depan yang gemilang dan sejuta harapan lain terus-menerus kurawat dan kusimpan rapi, berharap satu per satu akan dapat kunikmati suatu hari nanti. Karenanyalah, aku senantiasa datang ke tempat kerja dengan wajah ceria, hati gembira, gairah yang menggelora dan semangat bekerja yang membara--seperti api! Dan sebagai bos, pasti senang bukan jika melihat karyawannya datang dengan wajah riang gembira? Iya kan, Bos?

Sesampainya aku di tempat kerjaku, di perusahaanmu, ternyata aku juga bertemu dengan wajah-wajah serupa, Bos. Wajah yang senantiasa penuh pengharapan. Bahkan aku juga sering melihat wajah anak, istri, dan orangtua mereka di wajahnya. Ya, kami memang tak bekerja untuk diri sendiri, ada keluarga yang setiap saat selalu menaruh harapan kepada kami. Itulah sebenarnya kekuatan dan semangat terbesar yang mendorong kami untuk terus bekerja lebih keras. Tiada pernah lagi kami perhitungkan jumlah tetes keringat yang kami cucurkan. Tiada pula pernah kami merasa rugi kalaupun harus memeras otak dan membanting tulang, karena semua itu kami lakukan demi cinta. Cinta kepada keluarga. Dan sebagai bos, pasti senang bukan jika melihat karyawannya bekerja dengan penuh semangat dan antusias? Iya kan, Bos?

Karena semangat itulah, aku tiada peduli lagi jika harus disuruh, ditekan, dibentak, atau bahkan dimarah. Hanya ada satu kata yang paling kutakuti, yakni kata 'kamu dipecat!' Aku sungguh tak menginginkan kata itu diucapkan padaku, dengan atau tanpa rasa hormat. 

Sebab itulah, aku selalu berusaha mengerjakan pekerjaanku dengan sebaik-baiknya. Aku selalu berusaha meminimalkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan. Aku juga tak pernah berhenti belajar demi meningkatkan kualitas diri. Karena aku tahu, hanya itulah yang akan menyelamatkanku dari pemecatan. Dan itu sangat menguntungkan perusahaan kan, Bos? Kami sepenuhnya sadar akan hal itu; berkat kerja keras dan prestasi kami maka perusahaanlah yang kali pertama akan merasakan dampaknya, baik berupa nama baik, peningkatan penjualan, atau bahkan penghargaan. Dan sebagai bos, pasti senang bukan jika mempunyai karyawan pekerja keras dan berprestasi? Sebenarnya bukan cuma Bos saja yang senang, keluargaku di rumah pun juga sangat senang jika aku punya prestasi di perusahaan tempatku bekerja, karena itu artinya semakin kecillah kamungkinan untukku diberhentikan, syukur-syukur bisa naik jabatan.

Bosku yang baik hati, 

Setelah berkutat dengan pekerjaan seharian, ketika hari beranjak sore, dengan sisa-sisa tenaga dan pikiran yang ada setelah seharian mengabdikan diri padamu, aku pulang. (Itu jika tidak ada tugas lembur darimu. Sebab kalau ada, tentu aku akan dengan senang hati menerimanya. Bekerja lembur adalah kesempatanku untuk mendapatkan uang lebih walaupun harus pulang terlambat dari biasanya. Aku yakin keluargaku akan memakluminya. Karena memang begitulah konsekuensinya jika ingin mendapatkan uang lebih, untuk sekadar membayar cicilan utang kami). Sesampainya di rumah, aku selalu merasa bahwa rumah adalah tempat melepas lelah yang paling ramah. Keluarga adalah obat pemulih tenaga yang tiada duanya (dengan catatan jika kondisi dapur kami masih dalam keadaan baik-baik saja. Bos musti tahu, pada akhir bulan, detik-detik menjelang kami gajian, biasanya kondisi dapur kami justru sangat memprihatinkan. Dan pada saat itulah keluargaku diliputi kemarahan, kejengkelan, dan keresahan. Sementara jika dapur kami dalam kondisi baik, maka rumah kami layaknya surga terindah yang diciptakan secara khusus oleh Tuhan). Rumah kami penuh dengan gurauan, candaan, dan kebahagiaan. Sungguh, tiada terkira rasa gembira itu. Kami selalu berusaha untuk mempergunakan momen singkat itu semaksimal mungkin, sebelum akhirnya istirahat satu sama lain. Seraya mencoba melepaskan diri dari berbagai beban pikiran tentang dunia ini --walau itu tak pernah berhasil kami lakukan. 

Karena aku tahu Bos, besok aku harus bisa mengulang rutinitas yang sama, dengan semangat dan gairah yang kembali membara. Demikianlah Bos kehidupanku sehari-hari. Terimakasih sudah mau membaca curhatan karyawanmu ini.  


Please write your comments