Ilustrasi/sumber gambar dari sini |
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatNyalah kita dapat berkumpul di sini, melaksanakan upacara bendera hari Senin sekaligus untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional, dalam keadaan sehat wal afiat dan hati gembira karena sedang tanggal muda.
Ibu, Bapak, dan hadirin yang berbahagia
Setiap tahun, pada tanggal 2 Mei, kita selalu memperingati Hari Pendidikan Nasional. Tanggal 2 Mei merupakan hari lahir Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia yang pemikirannya menjadi benih tumbuhnya semangat pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara mengumandangkan pemikirannya tentang pendidikan di Indonesia dalam tiga kalimat yaitu, "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani", di depan memberi contoh, di tengah mengobarkan semangat, di belakang memberi kekuatan (memberdayakan).
Pada abad 21 ini, ajaran Ki Hajar agaknya sudah kurang relevan lagi Bapak Ibu. Terlebih untuk pendidikan tinggi kita. Dengan metode pengajaran seperti itu, artinya Ki Hajar Dewantara hanya berfokus pada pendidikan yang berbasiskan pada guru. Sehingga bisa dikatakan hal tersebut hanya relevan jika diterapkan pada pendidikan tingkat dasar dan menengah. Dan sekarang, sudah selayaknya kita mulai mengenal tokoh pendidikan Indonesia lainnya, Moh. Syafei misalnya, penggagas pendidikan keterampilan yang sarat dengan praktek melalui pendirian pusat pendidikan INS Kayu Tanam di Sumatera Barat, yang kemudian menjadi dasar pengembangan sekolah vokasi dan kejuruan di Indonesia.
Ibu, Bapak, dan hadirin yang semoga masih berbahagia
Bertolak dari pemikiran di atas, maka HARDIKNAS kali ini kita peringati dengan tema "Ayo Kerja, Inovatif dan Kompetitif”. Tema tersebut merupakan seruan bagi seluruh kalangan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi untuk melakukan reformasi pendidikan tinggi, sebagaimana telah dimulai oleh Bapak Pendidikan kita. Reformasi pendidikan tinggi merupakan suatu keniscayaan pada saat ini, ketika kita menghadapi beragam tantangan luar biasa dalam skala lokal, nasional, maupun global.
Melalui pendidikan tinggi, kita mempersiapkan SDM IPTEK yang akan bersaing dalam pasar kerja nasional maupun internasional, serta akan memenuhi beragam tempat kerja. Tolong itu digarisbawahi ya bapak ibu. Kita punya kampus itu memang untuk perusahaan dan industri-industri yang ada di negara kita. Kampus kita itu, ya tak jauh beda dengan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja Indonesia. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan tinggi kita harus berorientasi pada pangsa pasar, perkembangan bisnis, dan permintaan perusahaan.
Ibu, Bapak, dan hadirin sekalian yang semoga sudah nonton AADC 2
Ayo kita kerja secara inovatif dan kompetitif untuk menghasilkan SDM IPTEK terampil serta inovasi dan teknologi yang berdaya saing sebagai tujuan utama pendidikan tinggi kita. Ini tolong digarisbawahi lagi ya bapak ibu (Siap! Udah pak). Dalam bingkai daya saing ini, kita tidak bisa menjalankan pendidikan tinggi dengan cara dan kualitas yang telah kita lakukan selama ini untuk menjawab tantangan masa depan. Karena kualitas yang kita capai di hari kemarin sangatlah berbeda dengan kualitas yang harus kita capai di hari esok dalam kecepatan pencapaian yang berbeda pula.
Di sisi lain, globalisasi serta era Masyarakat Ekonomi ASEAN membuka jalan bagi liberalisasi kerjasama pendidikan, riset, dan pengembangan teknologi antar institusi perguruan tinggi, lembaga riset, serta industri dalam dan luar negeri. Ini akan menjadi salah satu strategi dalam bingkai “competitiveness” untuk mencapai kualitas pendidikan tinggi yang diakui dalam berbagai kalangan secara global. Ingat bapak ibu, kita butuh pengakuan itu. Dan hanya dengan cara inilah kita akan mendapatkan pengakuan itu.
Ibu, Bapak, dan hadirin sekalian yang berbahagia walupun sudah kepanasan
Proses liberalisasi reformasi pendidikan tinggi tidak mungkin dijalankan oleh Pemerintah saja, atau satu pihak saja. Jumlah perguruan tinggi yang mencapai 4438, mahasiswa yang berjumlah lebih dari 7 juta, dan dosen yang berjumlah sekitar 300.000 merupakan kekayaan yang kita miliki. Untuk menjalankan liberalisasi reformasi dalam skala makro seperti itu, dibutuhkan kerjasama antar institusi pendidikan tinggi, institusi riset, berbagai unit pemerintahan lainnya, sektor industri dan swasta, serta pemangku kepentingan lainnya. Dalam bingkai tersebut, saya mengundang berbagai pihak untuk dapat berpartisipasi dan berkontribusi secara nyata dalam proses reformasi pendidikan tinggi kita menjadi pendidikan tinggi yang inovatif dan kompetitif. Sudah bukan jamannya lagi bapak ibu, mahasiswa turun ke jalan dan mengkritik pemerintah. Sudah bukan jamannya lagi mahasiswa hanya koar-koar tanpa berbuat sesuatu untuk bangsanya. Kalau di kampus masih ada yang kayak begini, tolong segera dikondisikan. Kini saatnya, mahasiswa-mahasiswi di Indonesia mulai menyibukkan diri dengan studinya, fokus pada keterampilannya, agar ketika lulus nanti mudah mendapatkan kerja.
Akhirnya, saya ucapkan selamat memperingati Hari Pendidikan Keterampilan Nasional kepada semua pimpinan perguruan tinggi, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa, serta komunitas pendidikan tinggi di seluruh tanah air. Semoga upaya kita dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di tanah air.
Wabillahit taufiq walhidayah,
Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Jakarta,
2 Mei 2016
Menteri RISTEKDIKTI Palsu Republik Indonesia
Disclaimer : Transkrip pidato di atas adalah palsu adanya, jadi jangan terlalu dibaperin. Kalau mau ngebaperin pidato aslinya, Anda langsung membaca transkrip aslinya saja di sini