Iustrasi www.istockphoto.com |
Selamat pagi Senin, terimakasih sudah berkenan menerima suratku.
Pagi ini aku senang sekali, karena bisa bertemu denganmu tanpa kekurangan suatu apa. Diri yang sehat, keluarga yang masih selamat, dan waktu yang masih sempat.
Pagi ini aku juga patut lebih bersyukur dari biasanya, karena masih beroleh kesempatan untuk bertemu denganmu; menghirup segarnya udara pagimu yang sejuk. Mungkin lebih awal dari mereka yang masih lelap dibuai mimpi; dari mereka yang terbaring sakit dan terlampau lemah untuk sekadar beranjak dari tempat tidur; atau dari orang-orang di luar sana yang tidak bisa lagi bertemu denganmu tersebab terhentikan waktu.
Karena pertemuan kita pagi ini, aku dapat menyaksikan embun jatuh membasahi dedaunan yang menjadikannya berkilauan, tatkala sinar mentari mulai menerpa. Indah sekali.
Suara burung-burung itu, membuat pagi ini semakin semarak dan menggembirakan. Ayam-ayam peliharaan, tupai, ikan-ikan di kolam, semua tampak begitu bersemangat menyambutmu selayak tamu kehormatan yang memang pantas untuk dimuliakan.
Suara burung-burung itu, membuat pagi ini semakin semarak dan menggembirakan. Ayam-ayam peliharaan, tupai, ikan-ikan di kolam, semua tampak begitu bersemangat menyambutmu selayak tamu kehormatan yang memang pantas untuk dimuliakan.
Oh... ternyata, aku bukanlah satu-satu makhluk yang bersyukur di dunia ini. Mereka sepertinya juga bersyukur karena pagi ini masih diberi kesempatan bertemu denganmu.
Barangkali karena syukur adalah sebuah kewajiban. Ah bukan, syukur adalah sebuah kesadaran. Ya, kesadaran dan ketahu-dirian terhadap Tuhan Sang Pemberi Kenikmatan dan Kehidupan.
Barangkali karena syukur adalah sebuah kewajiban. Ah bukan, syukur adalah sebuah kesadaran. Ya, kesadaran dan ketahu-dirian terhadap Tuhan Sang Pemberi Kenikmatan dan Kehidupan.
Sungguh, ini adalah Senin pagi terindah dalam hidupku karena aku mampu menyadari itu.
Oh iya, melalui surat ini aku sampaikan permintaan maafku padamu, karena selama ini telah menganggap kedatanganmu begitu menganggu setelah kemarin hari Minggu aku bersuka cita menikmati hari libur bersama orang-orang tercinta.
Aku juga sering menganggap kamu sebagai hari yang paling berat dan menyebalkan. Hari di mana tugas dan pekerjaan menumpuk tak terkirakan.
Duh.... andai dulu aku menyadari bahwa ada banyak para penganggur di luar sana yang sangat mendambakan pekerjaan, pasti aku tak akan berbuat seingkar itu padamu.
Aku seharusnya sadar, tugas-tugas hidup yang menungguku memang harus kuselesaikan sebaik mungkin dan sesegera mungkin agar selanjutnya bisa mengerjakan tugas (hidup)ku yang lain.
Bukan karena aku takut dipecat atau takut dimarah atasan, tapi memang karena itulah tanggungjawabku; karena itu merupakan cara terbaikku dalam mensyukuri kemujuran nasib yang telah Tuhan berikan. Sebab betapa banyak orang di luar sana yang belum menyadari hal itu, hingga membuat mereka terpaksa harus dirumahkan. Ya Tuhan.
Aku juga sering menganggap kamu sebagai hari yang paling berat dan menyebalkan. Hari di mana tugas dan pekerjaan menumpuk tak terkirakan.
Duh.... andai dulu aku menyadari bahwa ada banyak para penganggur di luar sana yang sangat mendambakan pekerjaan, pasti aku tak akan berbuat seingkar itu padamu.
Aku seharusnya sadar, tugas-tugas hidup yang menungguku memang harus kuselesaikan sebaik mungkin dan sesegera mungkin agar selanjutnya bisa mengerjakan tugas (hidup)ku yang lain.
Bukan karena aku takut dipecat atau takut dimarah atasan, tapi memang karena itulah tanggungjawabku; karena itu merupakan cara terbaikku dalam mensyukuri kemujuran nasib yang telah Tuhan berikan. Sebab betapa banyak orang di luar sana yang belum menyadari hal itu, hingga membuat mereka terpaksa harus dirumahkan. Ya Tuhan.
Sungguh, ini adalah Senin pagi terindah dalam hidupku karena aku mampu menyadari itu (dan semoga aku tidak sendiri, teman-temanku pun demikian).
Sebab jika tidak, aku pasti akan mengecewakan orang-orang yang turut menaruh harapan atas hasil kerjaku. Mereka adalah orang-orang tercintaku, yang selalu mendoakan keselamatan, kesehatan, dan kemuliaan atasku. Mereka adalah teman-teman kerja satu timku, yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan kritik serta saran. Dan kantor tempatku bekerja, yang telah memberikan imbalan atas dedikasi, komitmen, dan kinerjaku.
Ya...ini karena sejatinya aku tidak bekerja untuk diriku sendiri. Ada banyak orang yang juga berharap kinerja dan pelayanan terbaik dariku. Di mana mereka memang berhak atas itu. Tidak sepantasnya aku merebut hak mereka.
Wahai Seninku yang menyenangkan,
Kini aku telah bersiap untuk mengisi hari ini dengan sebaik-baiknya. Memulai pekan ini dengan semangat yang membara, penuh doa, dan syukur yang tak terkira. Aku telah bersiap untuk bertemu dengan orang-orang baik di luar sana : di tempat kerja, di jalan, di tempat makan, dan di tempat peribadahan. Aku akan menimba banyak hal dari mereka : kebijaksanaan, kebahagiaan, kasihsayang, dan masih banyak lagi yang aku pun tak kuasa untuk menyebutkan semuanya.
Sekali lagi terimakasih, karena pagi ini aku pun masih bisa menulis surat syukur ini dan menyebarkannya kepada teman-temanku. Semoga pagi ini mereka pun merasakan syukur yang sama, kebahagiaan yang serupa, dan semangat yang terjaga.
Salam dariku;
Sahabat yang selalu berusaha untuk bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bertemu denganmu.
P.s. : Tulisan ini sangat cocok untuk Anda bagikan di grup WA yang Anda ikuti pada hari Senin pagi.