Pemberontakan Puisi dan Matinya Koran Lokal di Kota Kami - Jurnal Darul Azis

Pemberontakan Puisi dan Matinya Koran Lokal di Kota Kami

Pemberontakan Puisi dan Matinya Koran Lokal di Kota Kami


Senjakala Media Cetak
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.50 Waktu Indonesia Mepet. Sementara aku masih duduk mematung di depan layar monitor komputerku. Tak ada satu kata pun mampu kutulis. Sepertinya ini hari yang buruk dalam sejarah kepenyairanku.

Tadi pagi, seorang kawan yang bekerja sebagai redaktur sebuah koran lokal meminta aku mengirim puisi dan akan diterbitkan pada hari Minggu. 

Aku langsung menyetujuinya karena kupikir aku bisa dan masih punya stok puisi lama yang memang belum pernah kukirimkan ke media massa.

Tapi siang tadi, ketika kulihat dan kubaca lagi, puisi-puisiku memberontak. Mereka tak bersedia kuutus ke media massa biar bisa dilihat oleh ribuan pasang mata. Kata mereka, kami masih belum dewasa dan ingin bertapa lebih lama. Kata mereka lagi, orang-orang sekarang sudah malas membaca puisi di koran.

Sekarang sudah pukul 00.01 dan aku belum juga menemukan kata untuk kurangkai menjadi puisi.

Hape pintarku berbunyi. Ada pesan WhatsApp masuk. Ternyata dari kawan redaktur yang tadi pagi memesan puisi.
"Bro, Sorry ya. Puisinya nggak jadi. Koran kami dinyatakan kukut pada jam 11.59 tadi."
Mendengar pesannya, aku tak tahu harus bahagia atau berduka.
Please write your comments